BAB 7 - Steva atau Stevanya? (3)

36 24 3
                                    

Stevanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stevanya.

Stevanya.

Stevanya.

Stevanya!

"STEVANYA!"

Aku memekik di depan kaca koridor toilet kantor. Wajah yang terlihat mapan dan tua ini, tampak kesulitan membedakan mana delusi serta kenyataan. Rambutku mulai panjang, bahkan Fisa sudah tak bisa mengingatkan kapan aku harus potong rambut. Aku butuh perhatian Fisa! Bukan Stevanya! Rambut sedikit keriting aku remas, bisa aku ketahui kalau kantung mata wajah ini bertambah besar lagi gelap. Memunculkan tanda rona hari-hari abnormal yang telah aku lalui ternyata cukup berat.

Kadang-kadang, tawa pecah Stevanya menggema menggelikan di kepalaku. Aku kesulitan mengendalikan segala hal tentang Stevanya. Apakah karena aku telah tertular kutukan yang sama?

"Hah!"

Aku menyandarkan kepala di kursi empuk kantor. Kepalaku terasa berat sebelah, membuatku kurang fokus menyelesaikan tugas di komputer.

Sembari menenangkan pikiran-yang aku lakukan hanya mundur bersama kursi gerak tempatku duduk. Lalu, kursi itu berputar acak mengikuti gerak badanku. Aku mencoba meregangkan kedua tangan. Lalu, cukup lama menunduk lesu.

"Kenapa jadi seperti ini?"

Tuhan membiarkanku tenggelam dalam lamunan masalah. Padahal hanya soal anak kecil, apakah aku harus benar-benar membunuh Stevanya, sementara kenakalan pada anak-anak adalah hal lumrah?

Tidak. Stevanya adalah anak asing yang entah dikirim dari dunia mana. Bukanlah hal wajar ia melakukan kenakalan membahayakan.

Aku berusaha mengatur irama napas. Mengambil segelas air putih, lalu meneguknya sampai habis. Disaat kerongkonganku basah, namun tidak cukup membantu menghapus nama Stevanya di dalam otak.

"Kenapa aku menjadi aneh seperti ini. Apa aku ambil cuti saja?" ucapku usai mengambil buku tebal berjudul "The Psikological." Karena tidak tertarik membaca bacaan berbobot, kukembalikan lagi di samping meja komputer.

Sela detik selanjutnya, secuil penasaran memaksaku mengambil buku ilmu psikologi manusia barusan. Langsung aku mulai membacanya pada lembar paling tengah. Sementara, halaman lainnya terkibas menjemukan.

"Ah!" kejutku menegakkan badan. Menarik maju kursi agar aku bisa melipat tangan di atas meja. "Bab 12 - Stevanya." Begitulah judul bab yang tertera.

"Buku apa ini?"

Semakin aku dibuat melongo serta geram. Poin-poin pembahasan bab di buku itu hanya tertulis nama "Stevanya." Semuanya tertulis, "Stevanya - Stevanya - Stevanya - Stevanya - Stevanya - Stevanya - Stevanya - Stevanya."

"STEVANYA! AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Suaraku menggelegar, membanting buku secara acak sambil berdiri tersengal-sengal.

Bagus. Sekarang aku menjadi pusat mata para karyawan di deretan panjang meja komputer. Mereka terdengar berbisik, sedangkan karyawati di barisan belakang asyik menertawakan. Mereka pikir, gampang menjalani hari penuh kutukan seperti ini?

S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang