Bab 22 - Steva menjadi Ibu (2)

11 8 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

"Ah, Alexander."

Kemudian Stevanya berlari dengan pola kedua tangan ditekuk lebar, berayun serupa kepakan sayap burung.

"Alexander ...."

Kelincahannya berakhir di depan pagar kayu. Kedua siku Stevanya menyangga ujung pagar barusan. Kadang tersenyum, kadang bersuara sengau dengan perhatian sebuah saus mayonnaise.

"Andai kau akan menjadi suamiku ...." Membuang napas berat, lentik bulu matanya berkedip tak lebih dari angan-angan mendapatkan sosok dambaan.

Kesibukan Alexander dapat dicium bau hasil panennya, diceritakan dari mulut ke mulut, sekaligus melakukan tugasnya dengan sabar tanpa tahu ada yang sedang memperhatikannya.

Sebelum matahari merenggut kedamaian hatinya atau mengacaukan siul khas remaja laki-laki, Alexander tetap terbujuk hasil panen selama beberapa bulan melimpah ruah. Ia mencangklot tong anyaman kayu di belakang punggung, lalu berada di baris ke delapan untuk mencabut jagung masak dan masih tersisa ladang jagung subur. Tidak diketahui ke mana ayah serta ibunya, seakan-akan semua pekerjaan pertanian diselesaikan Alexander seorang.

Alexander bersedia melakukan semua tugas melelahkan itu sendirian. Ia hanya bersahabat dengan rasa syukur juga sengat matahari. Keberuntungannya ditutup hari ini, langit mendung tidak menurunkan hujan. Mungkin sebuah keuntungan atau hiburan yang dinanti banyak masyarakat desa.

S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang