Bab 24 - Steva menjadi Ibu (4)

8 5 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar rambut jelek!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar rambut jelek!"

"Rambut aneh!"

"Rambutmu itu bukan ciri khas masyarakat kampung ini!"

"Gunting saja rambutnya!"

Ini aku ... Stevanya. Berapa kali aku terpejam, menangis dalam kesendirian. Betapa aku membenci orang-orang di sekitarku. Mereka menipu apa yang membuat hati menjadi biru, mereka menghinaku dan mencari gara-gara agar aku terusir perlahan demi perlahan.

Aku masih ingat ... Setiap momen, setiap aku berdiri di tengah anak-anak menyebalkan. Mereka, bersorak dan tertawa kepadaku. Sebenarnya, mereka iri, sangat iri dengan paras cantikku.

Ini aku ... Stevanya. Bukan lagi menangis takut, aku menangis haru melihat kobaran api, memujaku.

Kedua singkap mata Stevanya terbuka. Saat itu juga terjun bebas bulir air mata. Ia tersenyum menyeringai di depan amukan api yang selama beberapa menit melahap habis ladang jagung. Karena bukan malam perayaan, tidak ada panen jagung untuk popcorn. Jika mau, pungut saja jagung bakar di tengah amukan merah. Tangan api berusaha menjangkau langit, berteriak bahwa tugasnya diselesaikan.

Stevanya berjalan mundur. Lalu, mencapai batas pengamatan. Tangan kirinya terkulai, memegang buku saku diary. Kondisi cover depan buku diary sempat menghambat bubuk-bubuk keceriaan di sekitar pelupuk mata. Bagian cover depan buku itu rapuh dimakan api. Meski telah padam, Stevanya menyayangkan halaman per halaman buku, mengecap gosong hitam kecokelatan. Bulatan dengan riak aneh, berjumlah banyak merusak jejak tulisan curahan hati si gadis berambut pirang.

* * *

Selama satu bulan penuh. Teror menakutkan menghantui kampung Chaspia. Pagi, siang, sore, malam. Selalu dikejutkan hilangnya anak-anak kecil yang selama ini menjadi kembang api kebahagiaan masyakarat kecil di tanah kelahiran mereka.

Terhitung, 70 anak-anak tak pernah ditemukan. Antara laki-laki dan perempuan, mereka hilang meski para orang tua menutup rapat pintu-pintu rumah. Tidur di sebelah ranjang sang anak, bahkan memeluk mereka. Hilang. Tanpa jeritan, tangisan, dan luput akan jejak fana.

S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang