Bab 20 - The Goliath

10 8 1
                                    

STEVA - Horor Story - The Goliath

STEVA - Horor Story - The Goliath

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Aku Gweniver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku Gweniver. Seorang gadis miskin dari desa Bakshia. Jujur saja, tidak ada yang menarik dari penampilanku ini karena rambutku yang merah keriting, pendek, dan sangat kurus dengan muka membosankan. Usiaku, baru sebelas tahun dan aku paling anti keluar rumah kecuali jika tidak dipaksa seperti sekarang.

Mereka ... mereka sangat jauh di belakangku dan terus menghujamku dengan kemarahan serta paksaan bahwa aku harus tetap maju, membawa pedang di tangan kanan, sedangkan tangan kiri membawa kepala Ayah. Ayah yang tidak aku tahu dan tidak mau aku kenal. Ibu adalah perempuan cantik di desa yang selalu berkencan dengan banyak pria, padahal setiap pagi, ibuku itu harus menjadi seorang anggota ordo keagamaan, yakni seorang biarawati taat. Tentu, aku memiliki banyak ayah, kecuali Ibu sering melakukan aborsi pada adik-adikku yang belum lahir.

"Aku ... aku tidak bisa!" Langkahku berhenti di tengah padang rumput luas. Sementara, sekelilingku adalah hutan pohon cemara raksasa. Sangat rimbun, gelap, dan mengancam. Aku dipaksa masyarakat desa seorang diri menghampiri sesuatu di dalam hutan itu. Mereka menyebutnya The Greatest Goliath - Steva. Entah sejak kapan, desa kami sering diteror raksasa perempuan misterius setiap malam.

"Kau bisa! Ayo lakukan!" pinta tuan Bellzehmoth. Pamanku yang selalu sering datang ke rumah, melakukan hubungan dengan Ibu. Sepertinya tuan Bellzehmoth membenciku dan sangat manipulatif. Berkali-kali ia selamat dari hukuman gantung diri karena memiliki pengaruh serta sekarung keping uang untuk menyuap hakim.

"Ibu ...." Suaraku bergetar. Teringat sosok Ibu. Sore tadi, Ibu dieksekusi warga desa karena ketahuan berbuat kotor di lingkungan gereja Utara. Ibu selalu menjamu Steva dengan kepala anak-anaknya selama ini. Mereka menuduh Ibu telah bersekongkol dengan iblis hutan, atau raksasa berambut pirang.

Aku semakin dekat, bertambah dekat. Terdengar derap langkah menggemparkan. Tanah bergetar, ketika ia lewat, pepohonan cemara tumbang terinjak. Pertama kalinya aku, tidak maksudku kami semua melihat wujud asli raksasa tukang teror itu.

"Dia hanya seorang wanita cantik!" pekikku menjatuhkan pedang serta bunga. Mereka ingin aku mati, sebagaimana Ibu. Aku anak yang dianggap sial dan cocok jadi santapan Steva.

Makhluk raksasa setingga 300 kaki itu berdiri menatap benci kepadaku. Ia sangat cantik, putih, dan berbadan langsing ideal dengan pakaian overall. Ciri rambutnya berwarna pirang dikuncir kepang dua.

Inikah yang disebut raksasa? Perempuan secantik ini?

Aku juga mendengar bisikan warga desa di belakang. Entah mereka berteriak atau terkagum-kagum dengan kecantikan Steva. Pelan-pelan aku membungkuk mengambil bunga. Namun, mulut Steva tampak mengembung menggelikan.

"Steva?"

Tiba-tiba Steva muntah. Memuntahkan jutaan tengkorak manusia sekaligus darah gelap hingga tercipta banjir besar yang menyapu hutan, diriku, sekaligus semua orang. Aku tenggelam, diseret arus air darah entah ke mana. Lalu aku pingsan.

Setelah aku sadar, aku telah berada di dalam perut manusia. Setengah badanku tenggelam dalam lautan asam. Inikah isi tubuh Steva? Aku ditelan Steva. Tinggal menunggu waktu untuk mati kehabisan napas atau asam lambung menghancurkan kulitku perlahan. Tidak ada pilihan.

Oh, Steva ... Siapakah engkau?

Tamat.

S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang