Bab 11 - Insanul Ma' (4)

29 16 2
                                    

Napas si kakek tua terhembus pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Napas si kakek tua terhembus pendek. Batinnya selalu risi menghadapi kenakalan Stevanya. Kenakalan yang tak akan ada satu pun manusia bisa betah meladeninya. Sepanjang waktu, Stevanya hanya ingin bermain. Ia tak menyebut jenis permainan apa yang dimaksud, hanya saja permainan yang diinginkan Stevanya selalu berkaitan dengan kematian.

"Kakek tua! Ayo main denganku!"

"Tidak!"

"Ah! Pokoknya harus main!"

"Enyahlah anak kecil sialan!" ketus tuan Horris segera berdiri, bersiap pergi jauh.

"Main! Main! Main! Wusssh!" Ketinggian dahan pohon tidak main-main. Betapa gilanya Stevanya bisa memanjat di atas sana. Bahkan, Stevanya tertawa riang sambil melompat turun ke bawah.

"Kau bisa mati jika asal turun!" Meski Stevanya memiliki sikap yang dibenci tuan Horris, tetap saja si kakek nelayan itu khawatir ketika anak kecil ceroboh melakukan sesuatu.

"Tangkap aku, Kek!"

Tuan Horris kesulitan memprediksi arah jatuh Stevanya. Insting penyelamatannya telah menumpul. Tindakan pencegahan tuan Horris mungkin tersimpan di otak, hanya saja berlainan dengan raga lemahnya. Tuan Horris hanya memandang di tempat.

"Stevanya!"

Bruaakk! Kepala Stevanya lebih dulu membentur tanah. Na'as, kaki kiri serta leher kepala Stevanya mengalami patah tulang. Keadaan memilukan seperti barusan, seorang Stevanya kekeuh tertawa riang.

"ASTAGA!" pekik tuan Horris berlutut kehilangan kekuatan berdiri.

"Kakek! Kenapa kau tidak menangkapku?" Kepala Stevanya belok ke belakang karena tulang lehernya patah. Begitu pula sebelah kakinya, bengkok ke belakang. Pemandangan paling ngilu yang pernah seorang manusia saksikan.

"Kau tidak sakit? Bertahanlah!"

"Lebih sakit lagi jika kau tidak mau bermain denganku," seru Stevanya ketika berjalan merangkak persis laba-laba raksasa.

"Kau membuatku takut anak aneh!"

"Kenapa Kakek takut pada anak kecil?"

"Cara berjalanmu itu. Jika kau mendekat, aku akan membunuhmu." Ancam tuan Horris mencari kesempatan melarikan diri.

"Kalau begitu, aku akan melompat!" Cekatan Stevanya dengan kepala menghadap belakang melompat ke batang pohon, menggunakan kukunya serta kekuatan lengan tangan untuk merangkul batang pohon besar.

"Seperti ini?"

Tantang Stevanya mulai melompat dari satu batang pohon ke batang pohon lainnya. Cara melompatnya telah terlatih. Tidak berhenti di sana, ia pun berpindah dari satu dahan ke dahan kayu sebanyak yang terbentang di tempat.

"Anak iblis!"

"Ayo! Kejar aku!" Mengira tuan Horris mau menuruti permainan kejar-kejaran, malah Stevanya pergi jauh menggunakan cara lompatan laba-laba hutan. Deretan pohon dianggap wahana kesenangan belaka.

S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang