Siang ini, cuaca tampak sedang tidak bersahabat dengan alam, awan hitam menutupi seantero kota jakarta yang ramai karena kendaraan yang lalu-lalang dan orang-orang yang sedang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.
Seperti seorang gadis yang kini sedang berjalan beriringan di trotoar dengan seorang gadis yang bisa dibilang kakaknya. Dua gadis yang bermarga Rovaline itu larut dalam diam karena sang kakak mengetahui jika adiknya tidak suka banyak bicara.
"Kakak." Panggil Geva kepada kakaknya yang bernama Zevanya Rovaline.
Zeva menghentikan langkahnya saat Geva berhenti. "Kenapa?." Jawabnya yang menatap ke arah sang adik.
"Bagaimana jika aku pulang saja?." Ucap Geva yang perlahan mendekati Zeva.
Zeva mengerut bingung. "Kenapa? Bukannya kamu ingin melihat pekerjaan kakak di rumah sakit?." Ucapnya yang melihat ke arah gedung yang tidak jauh dari mereka.
"Tidak perlu, aku tau bagaimana pekerjaan seorang dokter. Aku juga tidak ingin merepotkan kakak." Balas Geva. "Aku ingin mengantar kakak sampai sini saja." Lanjutnya.
Zeva sedikit berpikir menatap ke arah Geva, tiba-tiba setitik air hujan jatuh tepat di hidungnya. "Emm yah baiklah, tapi mungkin kau akan kehujanan." Gadis itu menatap ke arah langit.
Geva mengikuti arah tatapan Zeva ke langit dengan rintik hujan yang mulai muncul satu-persatu. "Tidak mengapa, aku akan berlari. Jika aku sakit, aku punya dokter pribadi yang bisa merawat-ku." Ucapnya yang langsung menutup kepalanya dengan kupluk hoodie-nya.
Zeva tertawa kecil karena ucapan sang adik. "Baiklah, hati-hati." Balasnya yang diangguki oleh Geva.
"Aku pergi dulu, kerja dengan baik agar kakak bisa terus menjadi panutanku." Ucap Geva yang sedikit melirik ke arah Zeva yang masih tersenyum karenanya.
Geva perlahan berjalan melewati zebra cross. Namun, disaat dirinya tepat berada di tengah jalan tiba-tiba...
Tiinn... tiinnn...!
"GEVA AWAS!."
Ciiittt!
Brakk!
"GEVAAA!!!" Teriak Zeva histeris saat melihat sang adik yang terseret jauh karena dihantam mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan sudah kehilangan kendali.
Sekujur tubuh Geva terasa sakit bukan main, gadis itu terkapar di jalan dengan darah segar keluar dari kepala dan hidungnya. Seketika para pengendara menghentikan kendaraan mereka untuk melihat gadis yang sudah berlumuran darah itu.
Zeva berlari sekencang mungkin memecah kerumunan dengan air mata yang mengalir di pipinya. Gadis itu langsung berlutut dan merangkul tubuh Geva yang dipenuhi dengan darah.
"Gevaaa!." Panggil Zeva dengan nafas yang memburu karena melihat keadaan sang adik.
"S-sakit." Rintih Geva dengan nada suara yang terdengar memilukan. Tangan gadis itu perlahan meraih wajah Zeva.
Bibir Zeva bergetar melihat Geva dengan nafas yang tinggal ditarik perlahan-lahan.
"Tolong adik saya!." Teriak Zeva yang menatap kerumunan.
"K-kakak..." Geva menggenggam tangan Zeva yang membuat sang kakak menatapnya. "A-aku minta m-maaf kalau punya salah sama k-kakak." Ucapnya yang terbata dan membuat Zeva menggeleng kuat.
"Jangan bicara seperti itu, kamu akan selamat! Tolong bertahanlah!." Ucap Zeva yang menggenggam erat tangan Geva.
Ukhuk!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT HER! [Transmigrasi Geva]
Teen FictionGevania Rovaline, seorang gadis yang dijuluki Ice Princess karena raut wajahnya yang tidak pernah berekspresi dalam keadaan apapun, gadis itu terkenal menakutkan oleh seantero sekolah karena sifatnya tersebut. Tidak ada yang berani mendekat karena t...