Dentingan piring di ruang makan keluarga Veldemoon itu menghalangi keheningan makan malam keluarga tersebut. Suasana di sana membuat Zeva sangat canggung karena semuanya sangat fokus dengan aktifitas makan mereka. Mungkin ini kebiasaan mereka, pikirnya.
"Galaksa, kamu belum punya niat untuk menikahinya?." Ucap Atlas yang membuat mata Zeva terbelalak, sementara dengan Galaksa, lelaki itu menghentikan aktifitasnya.
"Iya Gala, bukannya kalian udah lama pacaran? Kenapa nggak nikah aja? Bunda pengen cepat-cepat gendong cucu." Sambung Athena yang lebih membuat Zeva terkejut.
"Untuk aku sendiri, kapan pun aku mau, aku bisa mengajaknya untuk menikah, bahkan jika dirinya mengiyakannya sekarang, aku akan secepatnya menentukan harinya," ucap Galaksa yang menatap ke arah Zeva. "Tapi aku masih menunggu jawaban ratu ku, dan saat ini dirinya sedang membutuhkan hiburan karena ... ," Galaksa menjeda ucapannya yang membuat mereka di sana mengerut bingung, kecuali Aluna.
"Karena apa?" Tanya Athena penasaran.
Galaksa menghela nafasnya perlahan dan menggenggam tangan Zeva. "Dia tidak mempunyai siapa-siapa lagi, selain diriku." Ucapnya yang membuat mereka di sana terkejut bukan main.
"Be-beneran?" Sambung Reksa yang diangguki Galaksa.
Athena melihat Zeva yang hanya tersenyum, senyum yang penuh dengan luka, senyum yang menyembunyikan semua kelemahannya, hal itu yang membuat Aluna tidak tahan melihat sang kakak yang tepat berada di depannya ini, hatinya hancur saat melihat senyuman itu, hanya Galaksa yang menjadi kekuatan Zeva setelah orang-orang terdekatnya pergi meninggalkannya. Athena menatap gadis itu dengan iba, kemudian beralih tatap kepada Aluna.
"Aluna," panggil Athena.
"Iya, Bunda?" Sahut Aluna yang menatap ke arah Athena.
"Kamu tidak keberatan jika menemani Zeva di waktu luang kamu?"
Aluna mengangguk. "Yaa tidak."
"Aku rasa tidak perlu, tante, mungkin dia menggunakan waktu luangnya untuk pergi bersama teman-temannya" sambung Zeva yang merasa tidak enak karena Aluna.
"Aku tidak punya teman" ucap Aluna.
"Jangan panggil saya tante, kamu bisa panggil saya Bunda, dan kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami," ucap Athena.
"Aluna, Ayah tau apa yang kamu rasakan, mungkin kamu merasa keberatan jika Ayah dan Bunda dengan cepat menerima Zeva. Ayah dan Bunda minta maaf karena perlakuan kami selama ini tidak adil untuk kamu, apa yang ayah lakukan selama ini salah, sangatlah salah, dan Ayah benar-benar minta maaf, seharusnya Ayah me-ratukan kamu sebagai anak perempuan pertama Ayah. Ayah sungguh minta maaf, Aluna." Ucapan Atlas membuat tatapan Aluna beralih kepadanya.
Gadis itu benar-benar terbungkam, permintaan maaf dari seorang Ayah? Tidak bisa dihalau lagi, air mata Aluna berhasil lolos dan membasahi pipinya, tatapannya masih mengarah kepada Atlas yang juga menatapnya.
"Ti-tidak Ayah, tidak perlu minta maaf seperti itu," ucapnya yang menunduk. "Semuanya bukan kesalahan kalian, aku tau apa yang membuat kalian tidak menyukai-ku, tolong, berhentilah memohon seperti itu Ayah, aku tau, dan aku pernah menganggap kalian salah, karena perlakuan kalian kepadaku, tapi setelah aku sadari lagi ternyata memang akulah yang menyebabkan kalian seperti itu."
Aluna menatap Zeva dan Atlas bergilir. "Perlakukan dirinya dengan baik, Ayah, aku tidak ingin penderitaanku dirasakan oleh orang lain." Ucapnya dengan lirih.
Athena yang berada di sampingnya langsung memeluk gadis itu. "Sayang, maaf, Bunda minta maaf." Ucapnya yang mengusap pelan kepala Aluna.
Aluna merasa nyaman dengan pelukan Athena, rasanya hangat, ketenangan ditemukannya saat mendapat pelukan yang benar-benar ingin dirasakannya selama ini. Zeva yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, seketika dirinya mengingat Geva dan Mamanya, namun dirinya sebisa mungkin agar tidak menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/349840660-288-k132742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT HER! [Transmigrasi Geva]
Teen FictionGevania Rovaline, seorang gadis yang dijuluki Ice Princess karena raut wajahnya yang tidak pernah berekspresi dalam keadaan apapun, gadis itu terkenal menakutkan oleh seantero sekolah karena sifatnya tersebut. Tidak ada yang berani mendekat karena t...