Pagi ini, Aluna bangun lebih cepat karena dirinya harus sekolah. Namun, gadis itu masih kebingungan untuk memilih seragam karena semua seragam gadis itu tidak sesuai dengan Geva. Rok lipit yang melewati lutut itu membuat dirinya merotasikan bola matanya saat melihat tubuhnya di cermin full body.
"Ini seragamnya kenapa begini?. Dia orang kaya yang seharusnya bisa menyesuaikan cara berpakaiannya." Ucapnya dengan kesal.
Aluna berdecak sebal karena penampilannya. Pasalnya, ini bukanlah style seorang Geva, gadis itu selalu mengeluarkan seragamnya yang dipadukan dengan rok kup selutut yang tidak ketat. Dan sekarang, dirinya harus memasukkan seragamnya karena memang tidak cocok untuk dikeluarkan.
Gadis itu mengubah gaya rambutnya yang diurai begitu saja, tidak lupa juga dirinya memakai bedak bayi yang memang sudah berada di sana, dan memoleskan sedikit lip tint milik Aluna. Semua peralatan MakeUp gadis itu lengkap, hanya saja tidak ada yang disentuh karena mungkin Aluna sebelumnya tidak pandai memakai MakeUp.
Terlebih lagi dengan Aluna yang sekarang, gadis itu malah bergidik saat melihat MakeUp yang berjejer di depan cermin riasan itu. Untuk menyentuhnya saja dirinya enggan, apalagi untuk memakainya. Seketika pikirannya melayang membayangkan biduan dengan MakeUp menor yang sedang disawer, dirinya langsung berdiri dan beranjak dari tempat itu.
Gadis itu hendak melangkah keluar. Namun, netranya menangkap lemari berwarna pink yang seukuran dengan tubuhnya, semalam dirinya belum membuka lemari kecil itu karena sibuk dengan pemikirannya. Aluna membuka lemari itu, dan betapa terkejutnya dirinya melihat uang yang tersusun rapi seperti baju yang dilipat. Gadis itu menelan saliva susah payah, perlahan dirinya mengambil dompet kecil yang ada di atas susunan uang itu.
Aluna memeriksa isi dompetnya, lagi-lagi dirinya terkejut melihat dua black card yang ada di dalam sana. Aluna menggeleng, dirinya memang memiliki uang saat bersama dengan Zeva, namun tidak sebanyak ini. Uang itu bisa saja digunakan untuk membangun lima rumah sekaligus.
Gadis itu mengisi dompetnya ke dalam tas, dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam lemari itu. Aluna akan membeli seragam baru jika pulang nanti, jadi dirinya menyiapkan uang agar bisa singgah di toko seragam sekolah.
Aluna masuk ke dalam lift dan menuju lantai bawah, gadis itu mengedarkan pandangannya saat sudah berdiri tepat di ruang keluarga. Hening menyapa dirinya karena di sana tidak ada orang sama sekali.
Aluna mengambil langkah perlahan, namun dirinya langsung berpapasan dengan seorang lelaki yang baru saja turun dari kamarnya. Dirinya melihat lelaki itu sudah mengenakan seragam sekolah yang sama dengan miliknya.
Aluna menatap terus lelaki itu hingga tatapan keduanya bertemu. "Ngapain liatin gue?." Tanya lelaki itu yang membuat Aluna hanya menggeleng.
Setelah mendapat jawaban Aluna, lelaki itu mengerut bingung, biasanya gadis itu selalu memulai drama pagi hari dengan merengek untuk minta diperhatikan, namun kali ini tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut gadis itu.
Seketika ingatan tentang lelaki itu terlintas di pikiran Aluna. "Antareksa, dia adalah kakak terakhir Aluna?." Batin gadis itu yang menatap punggung Reksa yang menjauh.
"Lun?." Panggil seseorang dari sampingnya.
Aluna menatap lelaki yang memanggilnya itu, ternyata dia adalah Angkasa yang sudah berpakaian rapi. Namun tidak diketahui Aluna kemana dirinya akan pergi.
"Ayo sarapan dulu." Ajak lelaki itu yang langsung menuntun Aluna menuju ruang makan.
Setelah sampai di ruang makan, tatapan berbeda-beda dari beberapa orang di sana teralihkan dan terpusat pada Aluna. Gadis yang ditatap pun hanya diam dan menatap bergilir mereka dengan wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT HER! [Transmigrasi Geva]
أدب المراهقينGevania Rovaline, seorang gadis yang dijuluki Ice Princess karena raut wajahnya yang tidak pernah berekspresi dalam keadaan apapun, gadis itu terkenal menakutkan oleh seantero sekolah karena sifatnya tersebut. Tidak ada yang berani mendekat karena t...