⊚ 23 ⊚

97 20 0
                                    

Ada yang aneh setelah jamuan makan malam oleh Lisa kemarin. Jam perkuliahan sudah usai, namun Jimin tak menemukan sosok Taehyung maupun Lisa di kelas. Bahkan di beberapa lokasi yang sering menjadi tempat keberadaan mereka ketika di sekolah pun nihil. Di kantin tidak ada, di klub basket apalagi. Tempat itu akan beristirahat sementara waktu setiap kali para anggota selesai mengikuti sebuah pertandingan.

Hari-hari yang biasanya ramai, kini Jimin dapat merasakan bagaimana kesepian. Meski ada siswa lain yang pula berinteraksi dengannya, tetap saja berbeda. Jika sekarang Taehyung atau Lisa di sini, dia yakin suasananya justru lebih mengasyikkan. Entah kenapa dia mendadak sangat merindukan gadis jangkung nan cantik itu.

Kaki-kakinya terasa berat, malas menuju gerbang sekolah. Andai tidak terjadi apa-apa di antara dia dan Taehyung tempo hari, pasti mudah baginya hendak berkunjung ke apartemen duo Kim. Jimin hela napasnya lumayan panjang, mendesahkan keresahannya dan pulang sambil membawa perasaan gundah.

-----

Di depan rumah tiba-tiba Jimin terbelalak, lalu tersenyum lebar. Dia bergegas menghampiri sosok yang kini tengah berdiri di depan tembok. Lisa di sana menyambutnya dengan senyum sukacita. Gadis itu terlihat memesona. Rambutnya di ikat tinggi seperti buntut kuda. Dia mengenakan kaus ketat berwarna merah dadu dipadukan bersama celana denim hitam. Wedges rendah membuat Lisa kian menarik. Jenis sandal tersebut tampak cocok di tungkai jenjangnya.

"Lisa, kenapa enggak sekolah? Kukira ada apa-apa, aku sampai kepikiran." Air muka Jimin langsung berubah. Dia sungguh gembira setelah menemukan Lisa di depan rumahnya dalam keadaan dan suasana hati yang dia yakini amat baik.

"Dasar! Padahal baru sehari enggak ketemu." Jimin tertawa kecil ketika Lisa menyahutnya dengan bibir mencebik. "Aku tidak sempat mengabari, ada urusan mendadak dan kebetulan Taehyung yang membantuku. Makanya dia juga absen di sekolah." Lisa menerangkan apa adanya dan Jimin merasa cukup menanggapinya lewat anggukan. "Oh iya, sebenarnya aku mau mengajakmu jalan-jalan. Kira-kira bisa tidak? Sudah lima belas menit aku menunggu di sini, takutnya kamu malah--"

"Ke mana? Aku ganti baju dulu, ya? Sekalian mandi, sebentar doang kok. Enggak enak soalnya, bajuku penuh keringat," kata Jimin tergesa-gesa. "Tidak bau sebenarnya. Tapi, mana mungkin perginya pakai seragam 'kan?" Lisa yang menyimak sekadar bisa cekikikan.

-----

"Jangan lama-lama, nanti kita kehabisan waktu." Lisa mengimbuhkan selagi Jimin sedang merias wajahnya dengan polesan minimalis.

"Mau ke mana sih, Lis? Kok kayaknya buru-buru banget?" Jimin memasukkan pelembab bibir dan sebuah cermin kecil ke dalam tasnya. Kemudian dia merapikan handuk, tas, buku-buku yang masih berserakan di atas tempat tidur. "Kalau kamu enggak keberatan, kita makan dulu ya nanti? Perutku lapar sekali, aku cuma makan sepotong roti tadi pagi."

"Baiklah. Kalau begitu kamu harus mengenyangkan perutmu dulu. Makan saja apa yang kamu inginkan dan kamu bisa menganggap tawaranku ini sebagai penebusan buat acara makan malam kita yang gagal. Kemarin aku baru tahu kalau Taehyung sedang tidak enak badan. Suasana hatinya juga buruk. Dia bilang ada masalah kecil dengan teman-temannya." Sengaja Lisa mengangkat topik mengenai Taehyung, sembari dia berharap bahwa Jimin dapat menyadari sindirannya.

"Masakanmu enak padahal. Namjoon pantas banget memberi apresiasinya. Selain cantik, baik kepada siapapun juga pintar memasak. Kamu bikin iri gadis-gadis lain, Lis."

-----

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang