⊚ 17 ⊚

83 22 0
                                    

Ini adalah hari yang ditunggu seluruh siswa di sekolah, tanpa terkecuali aku dan teman-teman. Setelah lama berlatih, mengerahkan segala yang terbaik, menguji beragam teknik, menguatkan kemampuan fisik, mengeratkan kerjasama dan yang terpenting adalah membulatkan tekad untuk memenangkan pertandingan. Dan sejujurnya aku cukup yakin jika grup basket asuhan Namjoon Oppa punya peluang untuk merebut kemenangan.

Bukannya terlalu optimis, angkuh, atau sikap buru-buru lainnya. Terlebih posisiku adalah manajer mereka, aku tidak mau dicap sombong akibat omong besar. Tapi keberadaan si pemangsa, maksudku kapten, ya siapa lagi kalau bukan si bawel Kim Taehyung. Dari awal pertandingan dimulai, Taehyung sudah memperlihatkan aura pekatnya sebagai bintang lapangan.

Semua orang di sini. Rela duduk berdempet-dempetan, panas, berdebu, bahkan juga sesak karena kelewat ramai. Segala situasi tak mengenakkan terabaikan demi menyaksikan penampilan emasnya. Aku tidak tahu harus menggambarkannya seperti apa, tapi di otakku hanya kata itu yang berputar-putar. Terserah kalau kalian beranggapan aku suka melebih-lebihkan. Bagiku, Taehyung selalu bersinar di setiap tempat. Kehadiran dia membuat siapa saja yang berada di sekitarnya ikut merasa gembira dan bersemangat, salah satunya aku.

Pertama kali kami ketemu, aku tidak punya perasaan khusus padanya. Selain dia yang tampan, supel dan walau penampilannya berantakan, dia tetap keren. Level cerewetnya itu yang paling membuatku heran setengah mati. Aku pikir aku gila karena menikmati semua yang ada pada dia. Suka di pandangan pertama? Tidak, kurasa bukan hal seperti itu. Justru sebaliknya, aku kesal. Dulu dia sering menggangguku, sengaja memancing perdebatan denganku, belum lagi jahilnya yang tidak hilang-hilang sampai sekarang.

Bukan dimulai dari cinta? Memang itu yang kuyakini. Ada satu hal yang sulit untuk kuungkapkan. Aku merasa akan punya banyak cerita yang kami lewati setiap kali kulihat dia. Dan sejak hari pertama di sekolah, aku dan Taehyung selalu terperangkap dalam situasi yang melibatkan kami berdua. Terkadang sempat terpikir, seperti sedang mengkhayal tentang dia. Lalu, di satu waktu bayang-bayang itu justru benar-benar terjadi di kehidupan kami.

Lama-lama aku terjebak pikiran sendiri, terbiasa bareng, sampai aku lupa bahwa sesungguhnya hal itu disebut rasa nyaman. Andai bosan, aku tidak mungkin betah hampir seminggu penuh selalu melihat dan bersamanya. Aku pernah bermimpi, atau mungkin berimajinasi dalam keadaan sadar—di sana sosoknya begitu dekat, seperti saat kalian memiliki kekasih tambatan hati yang selalu ditunggu-tunggu. Fantasiku berganti menjadi sebentuk angan, harapan agar dapat terus bersisian dengannya. Cuma aku yang tahu dan entah dari mana kudapatkan keyakinan ini, tapi aku yakin dia pun menyimpan pemikiran yang sama.

Logika dan batinku menjadi waswas, ketika kutahu ada seorang gadis yang telah lebih dahulu berperan di dalam kehidupan Taehyung. Sosoknya sangat cerah dan berkilau. Lisa sempurna, penilaian dari banyak orang yang jatuh oleh pesonanya. Aku tidak perlu menyangkal kenyataan tersebut karena menurutku dia memang pantas menerima pujian itu.

Kedatangan dia tak bisa membuatku marah, benci, apalagi menjauh darinya. Kebaikan Lisa menelan bulat-bulat rasa egoku. Aku belum pernah punya teman dekat layaknya persahabatan erat di antara dua atau tiga perempuan yang banyak terlihat di kalangan pelajar di zaman sekarang. Berbagi ruangan, kesukaan, cerita, tak jarang rahasia-rahasia besar bersifat pribadi pun bakal diungkap secara terang-terangan. Dan aku bisa mengalami itu semua berkat dia, berkat Lisa yang notabenenya harus aku takutkan akan merebut posisiku di samping Taehyung.

-----

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang