⊚ 14 ⊚

95 23 0
                                    

"Aku tidak bermaksud meragukan kamu. Usaha keras memang perlu, bukan untuk membelakangi kondisi badan. Kalau kamu tidak bugar, apa masih mungkin menghadapi lawan di lapangan?" Sembari mendengarkan, Taehyung menyerahkan lengan yang satu lagi untuk dipijat juga.

"Anggota lain, ada yang pernah begini?" pertanyaan tersebut membuat Jimin agak bingung.

"Pernah pegal-pegal maksudnya?"

"Iya. Tapi, bukan itu yang mau aku tanya-"

Taehyung mendengkus saat mendapati Jimin kini menatapnya dengan pandangan heran. "Ya sudahlah, enggak usah dibahas. Tugasmu sudah siap belum? Aku lapar, temani aku makan di luar."

"Mana bisa. Kalau anak-anak selesai latihan, terus ruangan ini berantakan lagi, siapa yang mau tanggung jawab?"

"Kita kembali sebelum waktu latihan habis. Nanti aku bantu deh, 'kan masih dua jam lagi." Jimin menimbang-nimbang ajakan si pemuda Kim, sampai hela napasnya terdengar berembus ringan.

"Awas ya, kalau bohong!" ancam Jimin sebelum beranjak mengambil tasnya dan langsung keluar dari ruangan. Sementara, Taehyung tiba-tiba menjadi salah tingkah karena terlalu gembira.

-----

Jimin mengedar pandang ke sekeliling ruangan. Bukan kejutan lagi, malah lebih kacau dari biasanya. Sampah berserakan di lantai, tisu, botol dan kaleng minuman. Belum lagi baju kotor yang berlamparan ke sana sini. Taehyung memungut satu persatu botol bekas juga tisu. Dia melemparnya ke tempat sampah di pojok ruang. "Buat apa begitu? Gaya-gayaan segala, lenganmu 'kan masih sakit."

"Keren 'kan? Tenang saja, bakal masuk semua ini sampah." Seraya tetap memungut sampah serta menembakkannya ke keranjang, atraksi yang dia lakukan memang seperti adu kesombongan. Jimin berulang-ulang mendesah malas di situ.

"Terserah deh! Siapa juga yang mau peduli. Dikasih tahu keras kepala, bandel banget jadi orang." kaus-kaus lembab dikutip kasar oleh Jimin, melampiaskan kekesalannya terhadap si pemuda Kim.

"Ya ampun Ji, sewotnya ... hati-hati, cepat tua nanti. Seharusnya perempuan itu ya, punya sikap yang lembut, bicaranya halus. Bukan seperti penagih hutang." Justru panjang lebar si pemuda Kim sengaja menceramahi Jimin.

"Aku enggak dengar kamu bilang apa, enggak mau tahu juga! Jangan minta tolong sama aku kalau lengan, kaki atau punggung kamu sakit lagi." Jimin kian nyerocos, sikap Taehyung yang keras kepala menyebabkan emosinya ikut naik.

"Cuma kaleng sama plastik doang, Ji. Marah melulu kerjanya! Makanan tadi masih kurang, ya? Belum kenyang kamu? Aku belikan ramyun mau?"

"Taehyung!" Baik si pemuda Kim maupun Jimin sama-sama menoleh tatkala suara keras Lisa memanggil dari simpang koridor. "Aku cari ke mana-mana, ternyata di sini. Kamu kenapa enggak ikut latihan tadi? Aku cek ke tempat parkir, kamu enggak ada di sana." Seraya menghampiri, Lisa menginterogasi satu-satunya pemuda di sana. "Namjoon yang bilang kalau kamu izin dari latihan, kok aku enggak diberitahu?" Dengan wajah masam, Lisa bersedekap di hadapan Taehyung. Sepanjang siang dia menunggu, namun yang dinanti tak kunjung menampakkan diri. "Maaf ya, Ji ... gara-gara Taehyung, aku jadi lupa ada kamu di sini." Seketika keduanya bergeming, hanyut oleh pikiran masing-masing. Taehyung yang sibuk mencari alasan, sedangkan Jimin dengan banyak pertanyaan singgah di kepalanya.

Bersambung...

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang