⊚ 8 ⊚

98 21 1
                                    


"Ji, hei kenapa?" Taehyung mendadak cemas. Dia sedikit menjarakkan wajahnya dari si gadis manis agar bisa mengamati dengan jelas apa yang terjadi. "Pucat banget mukamu, jangan-jangan tidak sarapan. Iya 'kan?"  Berujung pemuda ini menepikan motornya ketika samar-samar mendengar Jimin merintih, seperti menahan sakit. Sempat mengangguk lemas, tapi dia tak berani menatap wajah Kim Taehyung. "Astaga, Ji...!" Taehyung tidak melanjutkan bicaranya. Dia menghela napas pelan sebelum buru-buru kembali menyalakan motornya. "Kau harus makan sesuatu dulu, baru kita bisa teruskan perjalanannya."

Sepuluh menit motornya berjalan di atas aspal, waktu yang singkat untuk dia bisa menemukan sebuah mini market dan memutuskan berhenti di situ. "Tunggu di sini!" titahnya pada Jimin sebelum kakinya mengayun ke dalam.

Di sisi kanan, Taehyung menemukan beberapa etalase berisi banyak jenis roti yang tersusun rapi. Dia mengambil sebungkus roti isi keju dan isi coklat, juga sebotol air mineral. Sejenak dia mengedarkan pandang guna mencari sesuatu. Begitu matanya melihat barisan kopi-kopi instan, dia bergegas mengambil sekaleng nescafe.

.
.
.

"Lain kali jangan bolos makan lagi, dihabiskan itu rotinya. Nanti kita singgah ke apotek buat beli obat." Usai menenggak kopi kalengnya, lagi dan lagi Taehyung berceloteh. Sedangkan, Jimin betah diam seraya mengunyah roti pemberian dia.

Jika biasanya Jimin yang bawel, maka sekarang ini kim Taehyung terdengar dua kali lipat lebih bising darinya.

Jimin memiliki riwayat sakit maag. Nyeri diperut tak tanggung-tanggung perihnya pada saat kambuh. Beruntunglah Taehyung cepat tahu dan bisa memberi penanganan sederhana, sehingga Jimin berangsur-angsur merasakan perutnya kembali damai.

"Tae, tugas kita bagaimana?"

"Masih sanggup memikirkan tugas, Ji? Utamakan kondisimu dulu, masalah tugas biar aku yang urus. Aku antar kau pulang setelah kita singgah untuk membeli obatnya."

"Maaf ya, aku jadi menyusahkanmu." Ekspresi Jimin tampak kecewa.

"Cuma aku temanmu satu-satunya, memang siapa lagi yang mau menolong gadis keras kepala kayak dirimu itu, bodoh lagi." Dengan santai Taehyung mencibir Jimin habis-habisan, cukup kesal karena gadis ini kerap tidak memperhatikan dirinya sendiri.

Ingin rasanya membalas cercaan Kim Taehyung, akan tetapi sikap pedulinya selalu berhasil menepis kejengkelan Jimin. Berada di sisi Taehyung membuat dia nyaman dan tidak pernah bosan. Jika boleh meminta, justru Jimin ingin egois sebab berharap agar Taehyung bisa selalu berada di dekatnya.

"Iya, aku tahu. Kau saja yang paling benar, yang paling oke dan pintar!"

"Aku cuma bercanda, Ji. Itu karena aku terlalu khawatir."  Taehyung mengusap-usap puncak kepala Jimin, menunjukkan senyuman yang menyebabkan dia kian tampan. "Kalau sudah siap kita jalan sekarang, supaya kau bisa segera beristirahat di rumah." Jimin mengangguk lambat, kemudian mengulas seringai tipis di bibirnya.

"Terima kasih ya, alienku."

-----

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang