Selagi menunggu anak-anak selesai latihan, Jimin memulai mengisi waktu senggangnya dengan mengerjakan beberapa tugas yang dia inginkan. Tidak ada kewajiban tertulis dalam hal ini, dia melakukannya murni atas dasar kepedulian terhadap teman-temannya.
Keranjang kosong pun ditaruh ke sudut ruang sebagai tempat perlengkapan yang sudah kotor nantinya. Jika diamati ke bawah, maka ada beberapa kaleng minuman ringan yang berserakan. Jimin tidak perlu berpikir ulang untuk memungut dan membuangnya ke tempat sampah, berlanjut juga dengan menutupi loker-loker yang dibiarkan terbuka oleh anak-anak.
Sedikit kegiatan tadi setidaknya dapat memperkuat ikatan Jimin dengan para anggota klub. Begitu dia memastikan tak ada lagi yang perlu dikerjakan, si gadis manis mengangkat kursi ke bingkai jendela, membuka daun jendela selebar-lebarnya. Tentu saja agar dia mendapatkan posisi menonton yang lebih nyaman.
Pandangan Jimin meluas ke lapangan, di sana Namjoon sedang memanggil bergantian nama pemain yang turun ke lapangan sore ini. Merekalah yang terpilih untuk menghadapi pertandingan bulan depan.
Bila diamati, pemandangan di sisi lapangan cukup indah. Berjejer pepohonan hijau rindang nan meneduhkan, selain sedap dipandang. Sesekali senyum Namjoon terukir untuk Jimin dan si gadis membalasnya dengan senyum tipis yang manis. Tingkah laku mereka tak lepas dari pengamatan Taehyung, ekspresi di wajahnya sulit diartikan. Kilat matanya berbeda seperti tak menyukai adegan itu.
Usai mengabsen nama pemain, latihan pun berlangsung. Jackson menjadi orang pertama yang mendribble bola, lalu mengoper ke temannya di sebelah kiri. Tapi, lawan sudah menghadang lebih dahulu dan dengan tangkas menangkap bola. Ternyata, Taehyung di sana, tangannya bagai magnet yang bisa sangat cepat menangkap bola. Dengan lihai dia berputar, mendribble bola melewati siapa saja yang menghadang di depannya. Dengan satu lompatan dan shoot ... bola masuk ke keranjang lawan.
Spontan jerit penyemangat dari penonton meramaikan lapangan. Bahkan Jimin pun refleks bersorak kegirangan dari jauh. Sedikit suaranya masuk ke rungu Taehyung, hingga si pemuda bersenyum persegi tak mau melewatkan kejadian ini. Dia kontan melirik ke arah jendela di mana Jimin masih memandangnya lewat raut kegembiraan.
"Taehyung memang keren!" Si empu yang dipuji menyeringai bangga ketika dua ibu jari mengacung untuknya. "Dia bisa dengar tidak, ya?" Monolog si gadis manis sebelum merasakan pipinya menghangat sebab tersipu. Flying kiss Taehyung melayang ke arahnya, seiring kerling mata yang sering dia berikan kepada gadis itu.
Menit ke menit berlalu, semua pemain kembali pada formasi yang sudah ditetapkan. Kepuasan Taehyung dan tim meluap karena berhasil melakukan satu tembakan langsung. Selanjutnya, diperlukan penguasaan emosi yang baik dalam hal ini. Terkadang, senang berlebihan dapat membuyarkan konsentrasi ke permainan. Justru para pemain tak boleh terpengaruh oleh banyaknya pendukung. Ini juga merupakan bentuk latihan antisipasi terhadap pendukung lawan yang kemungkinan lebih kuat. Baiknya, Taehyung bisa memahami peraturan tersebut dan benar-benar menguasi permainan.
Si pemuda bersenyum kotak mendapatkan bolanya lagi. Tangannya yang kokoh menggiring bola dan dengan kedua kakinya yang lincah dia melewati lawan sambil menyeimbangkan dribblenya. Rambut yang menutupi keningnya melambai-lambai tertiup angin. Netra sepekat arang memandang tajam bagai pemangsa. Rahangnya yang tegas terkatup rapat, sungguh saat ini daya tariknya menundukkan arena.
Pemandangan bagus di lapangan, menjadi pemicu rongga dada si gadis manis kehilangan kontrol. Ia berdegup kencang, sebentuk rasa yang tak mudah untuk dijelaskan dan masih terabaikan oleh Jimin.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Lowkey in Love with You
Ficção AdolescenteJimin dan Taehyung berada di tengah-tengah ikatan rumit yang disebut 'teman'. Si pemuda punya kebiasaan mengusili dan si gadis tidak merasa keberatan hari-harinya dipenuhi kejahilan. Lambat-laun ikatan tersebut menguat tanpa disadari, sejoli remaja...