⊚ 9 ⊚

94 22 0
                                    

Pagi ini kelas II A-1 kedatangan sisiwi pindahan dari luar kota. Gadis yang diketahui bernama Lisa Manoban tersebut kini tengah dikerumuni siswa lain. Parasnya sungguh cantik. Tubuhnya tinggi semampai, kulitnya mulus nan halus serta rambutnya yang tergerai hingga ke pinggang. Kecantikannya terpancar kala bibir semerah cherry miliknya mengulas senyuman manis.

Kentara kalau Lisa adalah gadis yang ramah dan gampang berteman. Semua siswa di kelas mengantre untuk mendapat giliran berkenalan dengannya. Tak heran jika kelak dia bakal menjadi salah satu siswi populer yang disukai anak-anak di sekolah itu. Menembus kerumunan, Taehyung datang tanpa tanggapan, disusul Jimin yang berjalan sama cepat di belakangnya.

"Itu tempat dudukku," kata Taehyung kala mendapati Lisa mengambil posisinya.

"Ya maaf, aku 'kan tidak tahu." Gelagat manja yang dia tunjukkan bukanlah sesuatu yang mengherankan bagi si pemuda Kim. Mau tak mau Taehyung mengalah dan memilih pindah.

"Ya sudahlah, pakai saja," jawabnya setelah duduk di kursi belakang.

"Eh Ji, sadar!!!" Hardikan Taehyung mengejutkan dirinya, sampai dia terperanjat dan nyaris salah tingkah saking bingungnya.

"Apaan sih?! Aku 'kan cuma kepikiran tugas kemarin." Dia tidak akan jujur mengenai terpana dia melihat dampak dari si siswi baru terhadap kelasnya.

"Hai, aku Lisa. Kamu temannya si Tae ya?" Kening Jimin berkerut di situ, reaksi refleks ketika akalnya sendiri tak tahu apa yang patut dia tunjukkan. Kenapa anak baru ini berlebihan ramahnya terhadap dia? Tidak seperti anak-anak baru pada umumnya yang justru memilih sedikit jual mahal di hari pertama.

Jimin melirik Taehyung sekilas, seakan ada kata-kata yang dia tunggu. "Apa Ji, Kenapa?! Kok melotot begitu matamu?!" Sikap sewotnya tidak tepat, bikin Jimin jengkel sampai hendak menarik rambutnya detik itu juga.

"Taehyung dan aku sudah berteman sejak kecil. Bisa dibilang hubungan kami sangat dekat. Aku perhatikan kalian cukup akrab, apalagi sekelas. Aku jadi ingin mengenalmu, apa boleh?" Pernyataan Lisa barusan mengubah suasana hati Jimin, dia berdebar-debar. Entah karena apa, rasa waswas jua berkeliling di benaknya.

Bukan pertama kalinya bagi Jimin mendapati para gadis yang secara terang-terangan ingin mendekati Kim Taehyung. Bahkan ada yang tak segan-segan mengatakan cinta kepadanya. Belum lagi surat cinta yang kerap mereka temukan di loker atau di dalam tas.

Serta merta pikiran Jimin mengulang kejadian berminggu-minggu lalu, ketika dia dan Taehyung berjalan di sepanjang koridor menuju tempat parkiran. Di tengah jalan, gadis cantik berambut pirang menghadang langkah mereka. Betapa tercengangnya Jimin saat gadis itu menyerahkan sekotak cokelat berbentuk hati, berikut simpul pita sebagai hiasan mempercantik. Kejutannya adalah ketika cokelat tadi dijadikan sebagai simbol pengantar bagi si gadis untuk mengutarakan perasaannya.

Dari mana asalnya keberanian gadis ini? Pikir Jimin.

Sekian menit kemudian, terdengar hela napas dari bibir Taehyung. "Maaf ya, aku belum kepikiran buat pacaran atau menjalin hubungan intim dengan seorang gadis. Tapi, terima kasih atas perhatianmu. Aku cukup tersanjung untuk usaha dan kebaikanmu ini."  Secara halus Taehyung menolaknya, dua kalimat yang menyebabkan Jimin melongo bertanya-tanya.

"Aku bisa mengerti. Tapi, aku berharap Oppa mau menerima cokelat pemberianku, aku pasti akan  senang." Meski berat hati, Taehyung tetap mengambil cokelatnya seraya menghadiahi si gadis seulas senyuman.

"Pasti kuhabiskan, terima kasih ya." Gadis itu pergi dengan wajah ceria. Tak ada kesedihan tergambar di wajahnya dan Jimin tidak akan bisa melupakan peristiwa langka itu. Sebentuk peristiwa yang nyaris saja menarik paksa pernapasan damainya.

.....

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang