⊚ 15 ⊚

87 25 2
                                    

Tiba di depan penatu, Jimin dikejutkan oleh seseorang yang mengambil bungkusan pakaian kotor dari tangannya. "Namjoon!" serunya saat mendapati pemuda yang dikenalnya itu tersenyum menyapa. "Tumben di sini?"

"Ya, aku juga membawa banyak kain kotor dari rumah. Setiap akhir minggu dan kebetulan di tempat biasa masih penuh. Daripada mengantre, mending kucari tempat lain." Namjoon menjawab seadanya selagi mereka masuk berbarengan.

"Di mana Tae?Kamu sendirian?"

"Kayak perangko, ya? Maunya menempel terus, weekend begini yang kamu cari juga si Taehyung. Padahal di sekolah ketemu setiap hari," katanya seraya memasukkan kain-kain kotor ke dalam mesin cuci. "Ini punyamu. Untunglah kita berjumpa di sini, pasti bosan kalau hanya sendirian. Jika mau kita bisa sama-sama menunggu, nanti kuantar kamu pulang." Jimin bergeming dan terlihat ragu menunjukkan senyumnya. "Pangeran Taehyung-mu tidak ada hari ini." Ledekan yang sangat tidak lucu bagi Jimin, sebab kalimat sekian hampir saja dia salah tingkah. "Si Taehyung pergi ke bioskop bareng Lisa." Beratnya helaan napas yang berembus cukup menjelaskan reaksi si gadis. Dia cemburu, namun bibirnya dipaksa tersungging untuk menutupi. "Hei, kain-kainmu tidak akan masuk sendiri ke dalam mesin." Jimin terkesiap, lalu mulai memasukkan satu-persatu pakaian kotor miliknya.

"Aku 'kan tidak tanya. Dia mau pergi ke mana bukan urusanku." Begitu selesai mengoperasikan mesin cuci. Dia berjalan ke bangku yang letaknya rapat ke tembok. Duduk di sana sampai mesinnya berhenti berputar.

Di matamu sudah terbaca kecemburuan, masih saja menyangkal. Namjoon menggelengkan-gelengkan kepala. "Aku beritahu agar kamu tidak terus menanyakannya."

"Omong-omong, Lisa ada hubungan apa dengan kalian? Akrab sekali kayaknya, apalagi dia tinggal di apartemen kalian." Jimin memperhatikan Namjoon yang kini bersedekap, memikirkan cerita yang akan dibaginya.

"Lisa adalah putri duyung kami."

"Putri duyung?" Kening Jimin berkerut, matanya bergerak liar, tak memahami maksud ucapan tersebut.

"Karena dia sangat cantik, Lisa suka bermain air dan bernyanyi. Dia atlet renang saat masih duduk di bangku SMP. Pertama kali melihatnya aku jadi memikirkan satu tokoh di animasi Little Mermaid. Sifat Lisa yang ceria mengingatkanku pada Ariel si putri duyung."

"Kelihatannya kamu sangat menyukai Lisa." Namjoon tertawa kaku, lalu mengembus kasar napasnya.

"Aku enggak bilang begitu. Aku, Lisa dan Taehyung sudah bersama-sama sejak kami masih kecil. Dan dia ... menyukai Taehyung selama itu. Tapi, Taehyung tidak pernah benar-benar menerimanya. Dia hanya menggantung perasaan Lisa hingga sekarang." Ada yang salah terjadi di rongga dada Jimin, seperti sebuah cubitan menyakitkan ke jantungnya.

"Taehyung menggantung perasaan ... Lisa?"

"Uhm, ya ..." Namjoon mengangguk lambat, lalu meneruskan ceritanya. "Cinta Lisa mungkin sedikit berlebihan. Dia tidak pernah memikirkan pemuda lain, hanya sosok Taehyung yang selalu ada di hatinya. Dan Taehyung adalah pemuda yang ingin dia nikahi, dia pernah bilang begitu dulu." Jimin merasakan tenggorokannya tercekat. Sejujurnya dia ingin menyudahi pembicaraan ini, menyesal akibat gagal menahan rasa penasarannya.

"Oh ..." Jimin mengangguk-angguk tanpa ekspresi terbaca, berjalan lambat ke barisan mesin cuci. Berpura-pura mengecek sesuatu di sana, padahal dia hanya ingin menyingkir dari omong kosong Kim Namjoon.

"Ji, apa cuma perkiraanku saja atau kamu memang punya banyak kepribadian?" Namjoon mengutarakan dugaannya, "Kamu agak berbeda saat ini, biasanya lebih santai jika bersama adik sepupuku itu. Apa kau tidak nyaman bersamaku?"

-----

Bersambung...

(END) Lowkey in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang