---Awal Bencana---
Desember/2029/New Catrioke
.
Hiruk pikuk Ibukota dengan gemerlap lampu kelap-kelip jalanan, suasana dingin bersalju tidak menghentikan aktivitas penduduk kota. Para penduduk terlihat begitu menikmati suasana malam tahun baru. Mereka menghabiskan waktu bersama keluarga dengan berbagai aktivitas.Beberapa dari mereka memilih menghabiskan waktu dirumah sambil menikmati minuman hangat bersama keluarga besar. Mungkin beberapa diantara mereka juga masih hanyut dalam suasana natal.
Namun sebagian besar penduduk di Ibukota, berkumpul di taman kota menunggu waktu tibanya kembang api tahun baru.
Namun berbeda untuk beberapa orang yang terjerat oleh pekerjaan. Membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu bersama keluarga mereka. Catrine, salah satu gadis yang harus terjebak di lab sebuah perusahaan penelitian dimalam tahun baru.
"Sialnya hidupku. Bahkan malam tahun baru aku tidak bisa pulang ke kampung halaman." Desahnya lesu mengingat kota kelahirannya yang ia rindukan. Apalagi mengingat bagaimana adik perempuannya yang begitu menggemaskan.
Ring Ring
Dering telepon membuat aktivitas Catrine terhenti. Ia mengecek ponsel. Masih dengan perlengkapan laboratorium yang ia kenakan.
"Aku mau angkat telefon dulu." Ucapnya berpamitan pada rekan-rekannya. Gadis itu segera melepas masker, kacamata lab, dan jubah putihnya begitu keluar laboratorium.
"Iya Bu?" Sapa Catrine begitu menempelkan benda pipih ditelinganya.
"Selamat Tahun baru sayang." Balas suara wanita paruh baya disebrang sana. Catrine tersenyum.
"Iya bu, selamat tahun baru." Jeda sejenak diantara keduanyan.
"Aku minta maaf tidak bisa pulang." Catrine mengelus tengkuk nya, merasa tidak enak hati.
Dirinya sangat jarang pulang, dan kini bahkan diperayaan tahunan dirinya kembali disibukan oleh proyek lab. Yah, deritanya menjadi ketua tim riset.
"Kakak!" Suara ceria seorang gadis mengagetkan Catrine. Ya, suara adik manisnya yang selalu ia rindukan.
"Jangan terlalu lelah, biar bisa pulang kesini." Suara ceria itu kembali membuat Catrine tersenyum. Ia mengangguk, meski tidak bisa dilihat oleh lawan bicaranya.
"Saat aku pulang ayo kita habiskan waktu bersama." Ucap Catrine.
"Tentu! Aku tidak sabar menyusuri bukit sambil mencari tanaman herbal bersama Kakak." Catrine tertawa, kebiasaan adiknya masih tidak berubah sangat menyukai tanaman herbal. Seingatnya kini, adiknya sudah berumur 12 tahun.
"Ya, mari lakukan itu." Obrolan berlanjut sampai beberapa menit kemudian.
"Sudah dulu, nanti aku hubungi lagi." Putus Catrine saat melihat salah satu rekannya berlari terburu-buru menghampirinya.
Seorang pria berambut klimis mengatur nafasnya yang memburu begitu berhenti tepat di depan Catrine.
"Ada apa?" Tanya Catrine heran.
Pria itu tidak menjawab tapi langsung menyodorkan papan berkas yang ia bawa. Catrine mengambil papan berkas itu, matanya dengan teliti bergerak mengikuti kata demi kata di kertas itu.
Keningnya berkerut kemudian menatap nyalang pada pria berambut klimis.
"Bukan aku yang memulai untuk melakukan uji cobanya." Jawab pria itu kelakaban begitu mendapat tatapan menyeramkan dari ketua tim nya.
Masih dengan tatapan penuh selidik, Catrine tidak mengalihkan pandangannya. Pria itu mencoba menghindari kontak mata dengan mata tajam Catrine. Dirinya sudah berjanji untuk tidak membocorkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/350082812-288-k29054.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Science Fiction--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...