---Kesatuan yang Rapuh II---
Entah kekuatan darimana, Isa mencekik leher Quillon begitu kuat membuat pria bertubuh atletis itu kesulitan untuk berkelit.
"Sia-lan Is-a." Suaranya serak, dadanya sesak karena oksigennya semakin menipis. Ia bisa melihat dengan jelas gadis didepannya sedang gelap mata dan tidak bisa berpikir rasional saat ini.
"Benar kata Nenek, semua wanita itu menakutkan saat marah," batin Quillon disaat penglihatannya semakin buram.
BUGH
Isa terpelanting kesamping sebelum sempat menghunus belatinya, tubuh Quillon ambruk. Callisto dan Casis segera menghampiri Quillon.
"KAU!" geram Isa.
"SADARLAH!" Callista menarik kerah baju Isa. Meski takut dengan sosok Isa saat ini, ia berusaha mati-matian mengumpulkan nyali untuk melayangkan tinju.
Ia tidak peduli jika nanti Isa akan membalasnya tapi yang terpenting saat ini adalah nyawa kedua rekannya.
"Apa kau tidak melihat tadi kondisi Nixia sekarat?! Kau malah mengancam orang yang mau menolongnya! Tidak berhenti disitu, kau hampir membunuh rekanmu sendiri!" Callista meluapkan kekesalannya.
Isa termenung, tangan yang menggenggam erat pangkal belati melonggar. Gadis itu terduduk lesu, menunduk menyesali apa yang sudah ia perbuat. Tangisnya pecah begitu pilu di lorong gedung.
Perasaan marah, bersalah, dan ketakutan datang silih berganti. Callista memeluk tubuh Isa meski tubuhnya sendiri masih bergetar merasakan situasi tadi.
"Kura-sa tadi nya-waku sudah mel-layang seteng-ah." Callisto menepuk punggung Quillon setelah pria itu memasok oksigennya kembali. Suaranya masih serak dan tidak begitu jelas, lehernya bengkak membiru.
"Aku benci firasatku." Casis memijat pangkal hidungnya melihat situasi kacau saat ini.
-
Saat ini Isa terduduk di ruang tunggu isolasi bersandar pada dinding dengan tatapan kosong. Tangannya menggenggam simpul berbentuk bunga yang sebelumnya terikat dipangkal belatinya."Kau akan membiarkannya?" Callisto berbisik mendekati Callista.
"Dia tidak mau diobati, biarkan saja asal dia tidak lepas kendali seperti tadi."
Ujung bibir Isa masih sedikit mengeluarkan darah dan pipinya lebam akibat pukulan dari Callista tadi. Ia menolak untuk diobati dan hanya menyeka lukanya saja.
"Bagaimana leher mu?" Quillon menunjukan lehernya yang terpasang penyangga leher pada Casis.
Usai kejadian tadi, Quillon segera dibawa untuk diobati. Ternyata cekikan Isa membuatnya mengalami trauma otot leher. Bahkan ia sekarang kesulitan untuk menelan ludah karena rasa sakit yang ia alami.
Sementara ini, Quillon diminta untuk mengurangi frekuensinya dalam berbicara sampai pembengkakan pada lehernya benar-benar pulih.
Isa melihat Quillon dengan perasaan bersalah, ia tadi benar-benar kehilangan rasionalitasnya.
"Sial." Isa menggenggam simpul semakin erat dengan kedua tangannya, kepalanya semakin menunduk merasa begitu bersalah."Aku seharusnya bisa mengontrol emosiku," lirihnya menyalahkan diri sendiri.
-
Didalam ruang isolasi.Nixia diikat dibrangkar bilik kaca yang terpisah. Tubuhnya kejang dan semakin pucat, lendir terus menerus keluar. Satu jam ia dibiarkan tidak ada tenaga medis yang berani mendekat.
Bahkan Rosela ragu untuk menanganinya. Selama delapan tahun ia terus mempelajari virus, sampai kini ia masih belum bisa menemukan obat yang benar-benar terbukti efektif.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Fiksi Ilmiah--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...