---Gema Ketahanan---
Di bawah langit yang gelap, malam menyelimuti pondok di atas bukit dengan suasana sunyi yang hanya dipecahkan oleh suara desir angin lembut. Keempat gadis duduk membentuk setengah lingkaran di depan perapian yang membara, cahaya kehangatan memainkan bayangan di wajah mereka. Dalam genggaman mereka, cangkir-cangkir berisi minuman hangat mengeluarkan uap yang lembut.
Dengan suara rendah, mereka berbicara tentang mimpi yang belum terwujud, tentang kerinduan untuk kembali ke masa-masa lebih baik.
Terkadang tawa terdengar, memotong keheningan malam, mengingatkan mereka bahwa mereka masih bisa menemukan sukacita di tengah krisis yang tak berkesudahan.
Tepat pada saat itulah, angin bertiup lebih kencang, dan kobaran api yang membara menjaga mereka dari dinginnya malam.
Susana kembali sepi tanpa ada suara yang keluar dari bibir. Mereka menatap api yang memberikan kehangatan dalam diam dengan isi pikiran mereka masing-masing.
"Apakah masih ada orang yang kita kenal selamat diluar sana?" Suara lembut Rosela memecah keheningan. Tidak ada yang menjawab mereka semua hanya diam.
Pertanyaan yang selalu muncul di setiap harinya.
"Aku rindu keluargaku." Lirih Callista. Lengan kanan Nixia menjulur merengkuh tubuh Callista dalam pelukannya, lengan kiri gadis itu masih setia memegang cangkir teh yang isinya masih tersisa setengah. Sesekali gadis itu mengusap dan menepuk bahu Callista.
Rosela yang melihat rengkuhan Nixia pada Callista terhanyut dan menempelkan kepalanya di pundak Isa. Isa hanya diam sambil terus menyeruput teh hangat.
---
Suara burung-burung kecil mulai bersahut-sahutan, menyapa matahari yang bersemayam. Tanah yang tadinya terbungkus dalam misteri malam kini terlihat jelas, terkuak oleh sinar pagi yang memancar.
Di antara pepohonan dan rerumputan, cahaya pagi merayap dengan perlahan, menyingsingkan pagi dengan penuh kelembutan. Pondok yang berdiri kokoh di atas bukit perlahan tapi pasti mulai disinari oleh sang mentari yang hangat.
Para gadis memulai rutinitas pagi mereka masing-masing, kemudian mereka melakukan sarapan bersama, satu jam setelah sarapan. Mereka satu persatu mulai keluar pondok, melakukan peregangan tubuh.
"Ouch dingin." Callista langsung memeluk tubuhnya sendiri. Angin musim semi yang masih membawa sisa-sisa musim dingin membuat tubuhnya menggigil.
Berbeda dengan Callista yang masih enggan untuk melakukan aktivitas diluar pondok. Isa sudah melakukan berbagai gerakan untuk memanaskan tubuhnya bersama Nixia dan Rosela.
Usai semua melakukan pemanasan mereka, saling berhadapan dengan membawa belati. Mereka saling menyerang satu sama lain, memandang seakan mereka semua adalah lawan.
-1 jam kemudian-
"Sshh." Desis Isa saat Rosela mengobati pahanya yang saat latihan tadi tergores ujung belati Nixia.
Kini mereka berempat sedang duduk mengistirahatkan tubuh di depan pondok, sambil menikmati semilir angin pagi.
"Selesai." Ucap Rosela setelah mengikat perban.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Fiksi Ilmiah--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...