Chapter XXX. Paths to Remedy

156 26 0
                                    

---Jalan Menuju Penawar---

Lebih lama dari yang mereka perkirakan. Ternyata Rosela butuh waktu lebih lama untuk berhasil membuat formula penawarnya.

Dibantu rekan-rekannya mencari bahan dan alat yang dibutuhkan. Setiap formula yang diujikan hanya memberikan reaksi efek yang tidak memuaskan.

Casis dan Argiros bahkan rela menangkap monster hidup-hidup untuk digunakan sebagai objek pengujian Rosela.

Meski formula yang Catrine buat ada di dalam peti itu sangat membantu dalam penelitiannya. Rosela menggaruk kepalanya memikirkan satu set suntikan ekstrak yang ada dalam peti.

"Apa kegunaannya?" Rosela memutar suntikan.

---
September / 2037 / Ibukota New Catrioke

Selama dua bulan Rosela melakukan penelitian, musim dingin mulai tiba. 

Satu hal yang mereka sadari, pergerakan monster tidak seagresif sebelumnya. Mengingat pertempuran di Distrik Icemeet, tidak mungkin musim mempengaruhi mereka.

Pekikan keras mengalihkan perhatian semua orang. Sendok yang Callista pegang, jatuh. Tubuhnya mengingat pekikan ini.

"Jangan-jangan?" terka Callista menatap Quillon, Nixia, dan Isa.

Mereka langsung berlari, melihat itu Casis dan Callisto segera mengikuti mereka.

Dari atas gedung, dalam kejauhan mereka bisa melihat monster berlendir dengan ukuran yang lebih besar. Tingginya hampir sama dengan gedung berlantai tujuh.

Mereka semua tertegun. Tubuh Callista seketika gemetar. Sekelibat dua orang Distrik Icemeet yang mati ditusuk oleh makhluk itu muncul dalam ingatannya.

"Apa itu?" Argiros dan Lilith menyusul mereka ke atap.

---
"Makhluk itu kanibal." Qahir langsung memberikan informasi yang dia dapat selama hampir tiga minggu mengamati pergerakan monster raksasa yang muncul tanpa disangka-sangka.

"Banyak dari monster lebih memilih tidak mendekatinya."

"Sial! Apa-apaan ini? Kita melawan monster dengan ukuran normal saja sudah kesulitan. Apalagi ini?!" Argiros menggebrak meja.

Suasana mendadak hening. "Bagaimana dengan Rosela?"

"Dia masih melakukan penelitian."

"Jangan sampai dia tahu masalah ini. Biarkan dia fokus dengan penawarnya," perintah Casis yang diangguki oleh mereka semua.

Datangnya monster raksasa itu membuat semua orang menjadi was-was. Meski sejauh ini makhluk itu tidak melakukan apa-apa, rasa tidak tenang terus menyelimuti mereka.

Rosela masih dibantu rekan-rekannya dalam melakukan penelitian. "Berapa lama efek yang bekerja pada makhluk itu?" Kepalanya mendongak menatap langit-langit.

"Dua hari." Helaan nafas Rosela jelas terdengar.

"Argh! Bagaimana aku bisa tidak mencatat komposisi yang aku gunakan pada Nixia?"

Rosela berjongkok frustasi. Rambutnya serasa akan lepas dari kepalanya. "Bisa-bisa aku depresi karena selalu begadang," gumam Rosela bangkit.

Rosela melihat rekan-rekannya yang terkapar diantara kertas penelitiannya. Dengkuran halus terdengar dari segala penjuru ruangan.

Di meja diskusi, ujung matanya menangkap seorang gadis yang masih setia membaca data penelitian. Helaan nafas terdengar jelas keluar dari Rosela.

"Kau, kenapa tidak tidur?" tanya Rosela pada Nixia yang ikut menemaninya begadang.

"Akhir-akhir ini kau sering menghela nafas," kekeh Nixia tanpa menatap Rosela. "Begitukah?" tanya Rosela tertawa kecil.

Nixia meletakan setumpuk kertas di hadapannya. "Bacalah, ada pertanyaan yang ingin ku ajukan."

Mata Rosela mengerjap saat menyadari sesuatu selesai membaca data yang Nixia berikan. "Antibodi?" gumamnya.

"Apa ada kemungkinan obat yang kau buat sudah tepat tapi tidak bisa bekerja efektif karena lamanya virus?" Rosela terlihat berpikir sejenak.

"Ada kemungkinan begitu, mungkin saja waktu itu berhasil karena infeksimu belum terlalu lama."

"Bagaimana dengan antibodi?"

"Aku tidak yakin. Bisa saja antiobodi menjadi faktor utamanya?" terka Rosela.

"Kita lanjut besok saja, lagipula aku juga tidak tahu bagaimana cara bisa mendapat antibodinya." Rosela mengemas barang-barangnya.

Gerakannya terhenti tatkala Nixia memberikan sebuah kartu memori kepada Rosela. "Aku menemukan ini di kotak ulang tahun yang ada di meja Catrine, periksalah."

Dibalik lensa kacamatanya, Rosela tidak berhenti memeriksa isi data dalam kartu memori yang Nixia berikan.

---
"Apa kau sudah melihat isinya?" Rosela datang tiba-tiba di saat sarapan, menyeret Nixia ke ruang terpisah.

Nixia hanya mengangguk. "Kau tahu apa artinya Nix?" tanya Rosela lagi yang direspon sama oleh Nixia.

"Aku tidak bisa," ucap Rosela. Nadanya bergetar, air mulai berkumpul di pelupuk matanya. Ia bahkan tidak berani menatap Nixia.

Hening keduanya. "Lalu apa kau akan membiarkan makhluk itu?" Rosela menggeleng, ia memunggungi Nixia.

"Nix kumohon." Bulir bening mulai membasahi pipi Rosela. Nixia menatapnya tak tega. Meski ini keputusan sulit, saat ini tidak ada pilihan lain.

"Ikut aku." Kali Nixia membawa Rosela ke atap gedung. Dengan membawa teropong, Nixia meminta Rosela melihat ke arah yang ditunjuknya.

Seketika tenggorokan Rosela tercekat. Melihat sosok besar berlendir yang ada disana. "Apa kau masih tetap akan diam?"

Rosela menjadi ragu-ragu. "Lakukan. Aku percaya padamu."

Wajah tenang Nixia membuat hati Rosela campur aduk. Pikirannya kalut.

"Lalu bagaimana dengan Isa? Apa kau ingin menyakitinya?" Nixia hanya tersenyum kecut merespon pertanyaan Rosela.

"Ada harga untuk tujuan yang ingin dicapai, Sel." Nixia tersenyum. Angin musim dingin manyisir rambut hitamnya.

Tanpa kedua gadis itu sadari, percakapan mereka ternyata didengar oleh seseorang. Giginya bergemelatuk mendengar percakapan antara Rosela dan Nixia. Tangannya mengepal kuat hingga kukunya melukai telapak tangannya.

---
Setelah pengujian panjang yang memakan waktu dua minggu sejak petunjuk yang Nixia berikan. Rosela baru menyampaikan penawar yang benar-benar efektif.

Ia membuktikan dengan sampel salah satu monster. Penawar yang telah dibuat disuntikan. Dan selama pengamatan dua minggu terakhir ia bisa hidup menjadi manusia normal. Dan masih dalam proses pemulihan. 

Argiros didepan semua orang tengah mendemonstrasikan alat yang akan mereka gunakan. Berbentuk seperti senapan. Tapi buka peluru isinya, melainkan formula buatan Rosela.

Kapsul merah mirip dengan jeli. Kapsul itu akan pecah saat ditembakan ke monster. Setiap orang akan dibagikan 25 kapsul. Untuk sekarang orang yang selamat ada sekitar 70 orang.

Dari perkiraan ini, mereka berharap bisa mengimbangi jumlah monster. "Ingat! Aku tidak ingin kalian melakukan pertarungan jika tidak terdesak. Prioritas kita adalah memberi mereka penawar tanpa melukai," peringat Argiros di akhir demonstrasi nya.

"Sekarang, aku akan umumkan nama dan posisi." Perhatian semua orang tertuju kepada Casis.

"Quillon Whitman, Callisto Ashbourne, Isabilla Thorne, Argiros Walden, dan Casis Walden. Sebagai tim khusus."

"Callista Marlowe, sebagai ketua regu 1. Lilith Walden, sebagai ketua regu 2. Rosela Crestwood dan Qahir Azrael sebagai penanggung jawab lini belakang."

Isa mengernyit mendengar nama-nama yang disebut. Ia tidak menemukam nama Nixia disebut dalam daftar.

---tbc---

How to Escape||Outbreak Unleashed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang