Chapter XVIII. Beneath the Surface

203 26 0
                                    

---Dibawah Permukaan---

Dalam keheningan yang canggung mereka duduk di bangku meja besar dalam sebuah laboratorium yang luas.

Rosela melirik pria dengan wajah kaku yang duduk tenang di atas kursi rodanya. Rambutnya ditata rapi selain itu, kacamatanya menambah kesan dingin pria itu.

"Anda mengenal Rosela?" Suara Casis memecah keheningan.

"Tidak." Mereka semua mengerutkan dahi mendengar jawaban pria itu.

"Tapi aku sering mendengar ceritanya." Kali ini Rosela dibuat bingung. Karena ia tidak mengingat memiliki kenalan seperti pria itu. 

"Saya Andero Lerio, Rosela bisa ikut saya sebentar."

Mereka semua menatap pria itu curiga. Rosela memasang wajah bingung, bergantian ia menatap rekan-rekannya dan pria bernama Andero itu.

"Saya tidak akan menyakitimu, ikut saya atau kalian bisa pergi dengan tangan kosong." Rosela langsung beranjak begitu mendapati dua pilihan itu.

"Apa tidak apa-apa membiarkan Rosela sendiri?" Nada suara Callisto dipenuhi rasa khawatir.

Mereka saling pandang satu sama lain dalam diam, meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Rosela akan baik-baik saja.

.
Diruangan terpisah

"Hah..." desahan Andero membuat Rosela sedikit terkejut.

"Kenapa aku mau melakukan ini?" gerutu pria itu sambil membawa sebuah kotak menuju hadapan Rosela.

Pria itu menatap tajam pada Rosela sebagai objek kekesalannya, membuat gadis itu merasa tidak enak hati meski tidak tahu mengapa Andero kesal padanya.

"Tenanglah An, tidak seharusnya kau melampiaskan kepada orang lain," monolog Andero meredakan emosinya.

"Ini titipan Catrine untuk dirimu, seharusnya aku mengantar langsung ke Distrik Norfolk." Rosela berjalan mendekati Andero untuk menerima kotak itu.

"Bagaimana kau mengenal Kakakku?"

"Yah, kita rekan kerja. Dia kepala tim riset di divisiku." Andero mengelus tengkuknya ketika mengingat Catrine.

Rosela membuka penutup kotak. Didalamnya berisi beberapa barang random dan berkas-berkas.

"Lalu dimana Kakakku sekarang?" Andero termenung mendapat pertanyaan Rosela. Ya, ia sudah memperkiraan situasi mengenai pertanyaan Rosela. Tapi, ternyata tetap saja tidak mudah untuk menceritakannya.

"Ini bukan kisah yang menyenangkan untuk ku, begitu juga untuk dirimu." Andero mengusap wajahnya gusar,

Flashback.

"Lakukan protokol isolasi!" Usai Catrine mengeluarkan perintah itu, ruang laboratorium benar-benar kacau balau.

Semua orang sibuk melakukan persiapan sampai tidak ada yang menyadari lolosnya monster berlendir dari ruang terpisah.

Karena diselimuti penuh ketakutan mereka semua berlomba-lomba untuk menyelamatkan diri. Tapi dalam hitungan jam, hampir seluruh staff dan tenaga medis sudah bersimbah darah.

Bahkan anggota tubuh beberapa dari mereka sudah terpisah.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Andero melihat Catrine masih terpaku.

Pria itu segera menyeret Catrine untuk kembali masuk keruangan tempat dirinya tadi bersama Elias.

Meski diruangan terpisah suara rintihan dan jeritan masih bisa Catrine dengar. Pandangannya kosong tapi, air mata terus mengalir.

"Trine..."

"Catrine!"

"SADARLAH!" Suara bentakan Andero menyadarkan gadis itu.

"Ah...aku harus menyelamatkan mereka." Catrine langsung beranjak berdiri tapi Andero langsung menahan lengan Catrine.

"Kau sudah gila?!"

"Ini tanggung jawabku An."

"Yang benar saja." Andero tersenyum miring.

Dirinya tidak habis pikir disituasi seperti ini Catrine masih memikirkan soal tanggung jawabnya.

"Kenapa kau yang bertanggung jawab?! Jika Elias si brengsek itu saja melarikan diri!"

"Aku kepala tim An." Wajah tegas Catrine tidak memudar.

Tubuh gadis itu membeku saat berbalik dan melihat situasi mengerikan di laboratorium.

"Sudah terlambat Cat, mereka semua..." Tidak perlu medengar penjelasan Andero lebih lanjut, Catrine bisa melihat sendiri betapa mengerikannya laboratorium.

Dirinya bisa melihat, beberapa anggota tubuh seperti tangan, kaki, bahkan kepala yang terkoyak dan putus dari tubuh mereka berserakan di lantai lab.

Seketika perutnya mual, kepalanya pusing karena shock melihat hal mengerikan itu.

"Kita selamatkan diri." Andero memegang bahu Catrine.

"Masih ada waktu sebelum mutasi mereka terjadi." Catrine menatap Andero, rambut pria yang selalu klimis itu terlihat begitu berantakan. Catrine mengangguk.

Melihat situasi diluar ruangan tentu tidak memungkinkan mereka untuk keluar melewati pintu utama.

Sebuah ide muncul saat dirinya melihat ventilasi. Dari sana jalan keluar untuk mereka. Saat mereka tiba di loby, situasinya juga tidak berbeda jauh seperti laboratorium bahkan sudah ada beberapa monster yang muncul.

Meski lelah, tidak ada waktu untuk mereka istirahat. Mereka langsung menuju ruang kantor dilantai atas.

Mereka naik melewati tangga darurat. Keadaan sepi di lantai atas. Beberapa ruangan terlihat kacau dengan barang-barang yang berserakan.

"Kurasa mereka sudah melakukan evakuasi."

"Kita harus cepat menyelamatkan aset riset An." Seakan diburu waktu, mereka segera memilah berkas-berkas yang sekiranya penting untuk diselamatkan dan meninggalkan sisanya.

Catrine melirik meja kerjanya. Gadis itu segera mengambil kotak dan memasukan barang-barang berharganya. Berkas yang sudah dipilih sebelumnya juga dijadikan satu.

Mereka bergegas menuju basement, tempat mobil Andero terparkir. Derap langkah yang menggema ternyata menarik perhatian monster.

Satu demi satu dari mereka mulai bermunculan.

"F*ck!" umpat Andero saat mendapati mobilnya terjepit dan tidak bisa dibuka.

"Tidak ada waktu, lari!" Keduanya berlari. Kemanapun mereka berlari, mereka selalu dipertemukan dengan segerombolan monster.

Andero dan Catrine terpojok, dengan saling memunggungi mereka mencoba melindungi satu sama lain.

Mereka melemparkan barang apapun yang bisa mereka pakai untuk senjata. Jelas mereka kalah jumlah, membuat Andero menjadi korban dari segerombolan monster.

Catrine melepaskan kotak begitu saja untuk mempertahankan tubuh Andero agar tidak terseret. Meski ia harus menjadikan tubuhnya sendiri sebagai tameng.

Tubuh ramping Catrine semakin terseret, tangannya semakin mencengkaram jas lab. Andero. Semakin lama tubuh mereka semakin tenggelam. Bahkan untuk mempertahankan kesadaran saja begitu sulit bagi mereka.

Dor!

---Tbc---

How to Escape||Outbreak Unleashed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang