---Awal Hubungan---
Sesuai kesepakatan yang dibuat, kini bertambah tiga orang pria yang tinggal di pondok. Usai kekacauan dengan ketiga pria misterius itu hari-hari yang tenang di pondok diatas bukit sudah kembali seperti hari-hari sebelumnya.
Keempat gadis dan tiga pria melakukan rutinitas sehari-hari dengan saling berbagi tanggung jawab. Memasak, mengumpulkan sumber daya, membuat strategi, dan menjaga keamanan. Ketujuh orang mendapat semua bagian sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.
Seorang pria dengan celemek bergambar kucing asik berkutat di dapur. Tubuh kekarnya mondar-mandir menggabungkan bahan masak satu dengan lainnya serta bumbu. Rambut bergaya undercut bewarna biru tua begitu mencolok.
"Ehm, enak." Ucapnya begitu menikmati rasa yang ia cicipi.
"Makanan siap, ayo segera sarapan." Pria itu segera membawa sepanci soup yang panas ke meja makan.
"Woah!" Mata Callista berbinar melihat dan mencium soup yang telah matang. Tidak hanya Callista, ketiga gadis lainnya juga takjub melihat bagaimana visual soupnya.
"Jangan meremehkan bakat memasak ku, para gadis." Ucap Quillon Whitman, dengan sombongnya.
---
"Bagaimana kalian bertemu?" Seorang pria dengan surai merah bata, Callisto Ashbourne. Pada Nixia dan Isa yang sedang memilah beberapa ranting didepan pondok.
"Kami sudah kenal sejak kecil." Isa menjawab tanpa mengalihkan fokusnya dari ranting.
"Lalu apa sedang kalian lakukan?." Kali ini Quillon yang bertanya.
"Membuat alat primitif." Sahut Isa, masih fokus memilah ranting.
Setelah menemukan ranting yang cocok, Isa segera menyerahkan satu ranting panjang dan satu ranting yang lebih pendek kepada Nixia.
"Buat ini sebagai pelurunya." Nixia menyerahkan beberapa ranting kepada Isa. Tanpa kata, Isa langsung membuat ujung ranting meruncing seperti sebuah anak panah.
Sedangkan Nixia mulai melakukan tugasnya. Ia secara perlahan melengkungkan ranting yang lebih panjang. Kemudian bagian tengah ranting yang lebih pendek ia lengkungkan. Dilanjut meletakan ranting pendek yang sudah ia lengkungkan diatas bagian tengah ranting panjang sebelumnya, gadis itu memastikan bahwa ranting pendek bisa bergerak bebas.
Tali kuat, diikat pada ujung atas ranting panjang, tangannya dengan lincah menarik dan melilitkan pada bagian bawah ranting kemudian mengikatnya diujung bawah ranting.
Nixia meletakan anak panah yang dibuat Isa diatas tali yang bertegang, kemudian menarik bagian bawah ranting panjang untuk mengencangkan tali. Gadis itu berdiri dan merubah arah tubuhnya menghadap ke sebuah area kosong. Ia tekan bagian atas ranting pendek tadi yang jadi pemicu untuk melepas panah.
"Tambahkan karet, agar panah bisa lebih cepat Nix." Isa menyodorkan karet gelang. Seperti permintaan Isa, Nixia menambahkan karet gelang pada kedua ujung tali dan mengikat karet pada ujung bawah dan atas tali
Dipercobaan kedua, panah melesat lebih cepat dan berhasil menancap di batang pohon meski tidak dalam.
Callisto dan Quillon menganga melihat bagaimana dua gadis itu membuat crossbow sederhana hanya dari ranting pohon.
"Hebat bukan?" Bisik Callista yang tiba-tiba sudah ada disamping Quillon, membuat pria itu bergeser karena kaget.
"Apa semua alat itu kalian yang membuatnya?" Casis Walden, pria yang dari tadi hanya diam tanpa suara, menunjuk pada alat pertahanan yang disusun dengan rapi di dinding pondok.
"Bisa iya bisa tidak." Callista mengerutkan dahi tidak yakin membuat ketiga pria itu ikut mengerutkan dahi.
"Karena sebagian besar alat itu dan itu dibuat oleh Nix." Callista berdiri menunjuk dinding luar dan dalam pondok yang tersusun rapi alat-alat pertahanan.
"Uwow." Kagum Quillon.
"Jangan coba-coba untuk suka pada Nix. Karena Isa bisa membunuhmu jika itu terjadi." Peringat Callista dan berlalu memasuki pondok.
---
Dalam waktu dua bulan ketujuh manusia yang dipertemukan dengan awal yang berantakan mulai bisa menunjukan kekompakan mereka.
Meski, kedua belah pihak masih belum bisa mempercayai satu sama lain. Tapi hal itu tidak membuat kekompakan mereka pudar.
"Apa sebenarnya monster itu?" Rosela duduk di sofa depan perapian.
Mereka bertujuh berkumpul diruang tengah sambil menyeruput teh yang terbuat dari tanaman bernama harmony leaf, salah satu tanaman herbal guna menyeimbangkan energi tubuh.
"Apa kalian tidak memiliki informasi soal monster itu?" Rosela kembali bertanya sambil menatap Casis dan Quillon, mereka hanya menggeleng. Mata Callista menyipit sejenak, kemudian kembali seperti biasa.
ZZZZT, ZZZZT
Bunyi alat komunikasi yang tidak memiliki sinyal.
"Hah." Desah Nixia frustasi.
Sudah beberapa minggu belakang ini dirinya dan Callisto mencoba memperbaiki alat komunikasi yang membuat Nixia tertarik memberikan ketiga pria ini tempat untuk tinggal.
Permasalahan saat ini menurutnya adalah kurangnya informasi dari luar. Maka dari itu selama delapan tahun Nixia mengupayakan berbagai alat komunikasi untuk bisa mendapatkan informasi dari luar.
"Tidak ada yang berhasil." Nixia tertunduk lesu, berjalan gontai kearah Rosela dan menyenderkan tubuhnya ke tubuh berisi Rosela.
"Kau sudah bekerja keras." Rosela mengelus surai hitam Nixia.
-
Terang cahaya bulan menyinari menembus pohon-pohon. Suara serangga malam menjadi pengiring tidur tubuh-tubuh yang lelah menjalani hari.Suasana pondok yang sepi karena mereka yang sudah mendalami alam mimpi. Hanya Isa dan Casis yang terjaga untuk mengamati situasi. Isa duduk di bangku meja makan, sedangkan Casis yang terjaga di ruang tengah.
Hanya pendar lilin yang menemani malam sunyi mereka.
Isa menyibukan diri dengan tangan yang memegang pensil dan menghoreskannya di kertas polos sampai garis-garis membentuk sebuah gambar.Dilain sisi, Casis dengan tenang menggosok bilah tajamnya dengan kain.
Sampai, suara bisik-bisik orang mengobrol terdengar.
---Tbc---
Rosela Crestwood (20)
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Khoa học viễn tưởng--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...