Chapter XXXII. Final Confrontation: Blood of Peace

201 26 0
                                    

---Konfrontasi Terakhir: Darah Perdamaian---

Setelah mengetahui fakta itu. Isa menjadi lebih lengket dengan Nixia. Selama ada kesempatan, Isa akan terus bersama dengan Nixia.

Rekan-rekannya yang lain tidak ada yang menganggu mereka. Bahkan Qahir sekalipun.

---
Hari H.

Isa menatap bingung Nixia yang mengikatkan sebuah gelang macrame. "Anggap ini sebagai jimat keberuntungan," ucap Nixia menunduk. "Jika..." Nixia menjeda sejenak.

"Jika kau merindukanku, kau bisa melihat gelangnya sepuasmu." Nada Nixia sedikit bergetar. Tanpa gadis itu sadari air matanya menetes di punggung tangan Isa.

Isa langsung mengalihkan pandangannya. "Kenapa harus melihat gelangnya jika aku bisa langsung menemuimu," sahut Isa mencoba menjaga nadanya tetap jenaka.

"Hehe, benar juga." Nixia terkekeh.

Callista dan Rosela memperhatikan keduanya. Air mata ikut mengalir, tapi mereka mencoba untuk tidak menunjukannya.

"Wah irinya, kau hanya membuat untuk Isa?" protes Callista bergabung. Nixia mengeluarkam dua gantungan kunci kerajinan macrame berbentuk bunga. "Ini jimat keberuntungan kalian."

"Kau terkadang sangat manis, sampai membuatku gemas." Callista memeluk Nixia erat.

"Hati-hati, aku selalu mendoakan keselamatan kalian." Senyum Nixia menatap seluruh rekan-rekannya. "Kau memang harus melakukannya," canda Isa.

Mereka semua secara bergantian memeluk Nixia sebelum berangkat. "Terimakasih," bisik Casis.

Isa memeluk erat tubuh kurus Nixia cukup lama. "Aku berangkat."

Begitu tubuhnya berbalik, keduanya tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka. Nixia terisak dalam pelukan Rosela, menatap punggung Isa menjauh.

Isa melangkah dengan mantap mencoba tegar. Ia mengusap setiap tetesan air matanya. Callista merangkul Isa, menepuk punggung gadis itu.

---
Selama proses pertempuran, mereka berencana membuat penawar jumlah besar yang nanti akan digunakan oleh tim khusus guna memusnahkan monster raksasa.

Nixia sudah terbaring dalam bilik kaca. Kedua lengannya dipenuhi selang yang tersambung ke kapsul kosong. Dengan tenang ia mulai menutup kelopak matanya.

Qahir bertugas melindungi Rosela dan Nixia selama proses itu. Baru kemudian dia akan bergabung dengan tim khusus, memberikan penawarnya.

Mereka semua menuju atap gedung. Bersiap membawa senapan dengan penawarnya, menunggu datangnya monster.

Menggunakan darah Nixia yang berada dalam kapsul kaca sebagai umpan. Mereka memecahkan dua kapsul di titik yang sudah mereka tandai.

Gemuruh kedatangan mereka mulai terasa. Dalam hitungan mundur. "5, 4, 3, 2, 1."

Mereka mulai menembakan kapsul-kapsul penawar. Regu Lilith mengurus segerombolan monster di tengah Ibukota New Catrioke.

Regu Callista menyebar di perbatasan. Tugas mereka semua hanya menembakan penawar tanpa terlibat dalam oertempuran. Beberapa monster mencoba untuk naik.

Monster secara membabi buta mendobrak gedung-gedung. Mereka bahkan tak segan memanjat pohon demi bisa meraih mereka yang ada di atas.

Jumlah monster mulai berkurang. Beberapa dari mereka berhasil mencapai atap bangunan yang rendah. Mulai mencoba menyerang.

"Jangan melukai titik vitalnya!" peringat Lilith.

-
Disisi lain. Casis dan tim khusus memperhatikan pergerakan monster raksasa. Casis mengangguk memberikan Argiros sinyal untuk melempar umpannya.

Setiap derap langkah monster itu menyebabkan gempa bumi. Mereka bersiap memasang alat di pinggang mereka.

Dalam aba-aba, mereka meluncurkan grappling hook. Menggunakan alat itu, bagaikan diberi sayap, mereka terbang dari gedung satu ke gedung lain dengan tuas yang menarik tubuh mereka, sembari menggoreskan senjata mereka ke bagian tubuh monster itu.

Casis dan Argiros melepas grappling mereka. Memasang yang baru dengan melumuri garam. Menembakan tepat di kepala monster.

Tubuh mereka tertarik, Argiros menggunakan katana panjangnya melukai leher monster dengan gerakan secepat kilat sebelum monster bisa menjangkau tubuhnya.

"Lapisan area jantungnya terlalu tebal." Callisto dan Quillon sudah mencoba menembakan penawar, namun kapsulnya tidak bisa menembus kulit tebal monster itu.

"Menggunakan garam saja ini masih sulit." Argiros melihat serangan yang ia buat tidak terlalu dalam di leher monster itu.

Isa memutar otak. Ia menyambar kapsul darah Nixia yang dibawa Casis. Melumuri ujung tombak dan kapaknya menggunakan darah.

"Mari kita coba." Isa langsung menekan tuas. Tubuhnya terbang ke bangunan lain. Dia memposisikan tubuhnya tepat didepan jantung monster itu.

JLEB

Ia tancapkan dua senjatanya. "Ah sial!" Senjatanya tersangkut, Isa melepaskannya karena tubuhnya nyaris dijangkau monster.

"Meleleh!" Mereka semua memicingkan mata, melihat kulit monster yang meleleh akibat tancapan senjata Isa.

---
Tubuhnya sudah mencapai batas dan mulai mengalami kejang. Puluhan kapsul-kapsul, mulai penuh.

"Rosela! Hentikan!" teriak Qahir tidak tega melihat tubuh Nixia yang tersiksa.

Pupil matanya digantikan dengan bagian putih matanya. Mulutnya terus mengeluarkan pekikan kesakitan.

Rosela segera mematikan alat dan menyerahkan kapsulnya kepada Qahir agar segera bisa digunakan. Rosela berlari membuka bilik kaca. Ia bergegas melepas semua jarum di lengan Nixia.

Tangisnya pecah, tubuhnya roboh di sisi ranjang Nixia. Tangannya memeluk Nixia yang hembusan nafasnya sangat lemah. "Maafkan aku," ucapnya tergugu.

---
Mata mereka melihat kedatangan Qahir.

"Nixia sudah melakukan tugasnya. Manfaatkan sebaik mungkin dan jangan sia-siakan waktu kalian. Keluarkan semua yang kalian punya." Casis berkata dengan sorot mata tajam.

"Bahkan jika tubuhku remuk, aku tidak akan menyerah." Isa menimpali.

Datangnya Qahir, personil mereka bertambah. Memanfaatkan darah Nixia, mereka secara bergantian meluncurkan serangan tanpa henti.

Salju mulai turun. Nafas mereka mulai tersengal. Tubuh monster itu masih belum juga ambruk. Tapi jelas tubuhnya sudah melemah.

Langkah terakhir, mereka mulai mengeluarkan senapan yang sudah mereka modifikasi. Tiga kapsul mereka masukan dan mulai membidik jantung monster yang kulitnya sudah terbuka.

Secara bergantian mereka menembakan kapsul hingga memukul mundur monster itu. Tapi itu masih tidak cukup. Karena grappling mereka habis.

Menggunakan tombak besi berukuran besar yang ujungnya sudah dilumuri penawar. Isa dan Quillon bersiap melompat dari atap gedung menghunus jantung monster sekuat yang mereka bisa.

Digantikan Argiros dan Callisto dibelakangnya menambah kekuatan agar tombak menancap lebih dalam.

Dan di akhir. Secara bersamaan Casis dan Qahir bergelantungan di tombak dan menekannya hingga tombak menembus jantung monster.

Tubuh besarnya ambruk ke belakang. Lelehan lendirnya mengalir.

Disisi lain tim Lilith dan Tim Callista juga mulai menyelesaiakn tugas mereka. Beberapa orang mengalami luka, tapi tidak fatal.

Hembusan nafas kelegaan mengudara ditengah hujan salju yang turun semakin lebat.

Desember / 2037 / New Catrioke

How to Escape||Outbreak Unleashed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang