---Es Penyembuh---
Hujan mengguyur Distrik Icemeet.
Lamat-lamat, kesadarannya kembali. Suara hujan menyapu indera pendengarannya. Matanya terbuka terbelalak, ia langsung bangun karena kaget.
"Jangan bergerak." Rosela menahan tubuh Callisto agar tetap berbaring.
"Rosela," ucap Callisto. Ia memeluk tubuh Rosela erat. Perasaan lega mengisi relung hatinya melihat gadis didepannya baik-baik saja.
"Cal," panggil Rosela malu, pipinya memanas, dan tubuhnya tiba-tiba membeku. Yang patut ia syukuri adalah pria dihadapannya saat ini tidak bisa melihat reaksinya.
"Ekhem." Deheman menyadarkan Callisto membuatnya segera melepaskan pelukannya. Mereka berdua melepas pelukan dengan buru-buru.
Nixia mengulum senyum. "Kurasa seharusnya aku tidak datang," sesalnya dalam hati.
"Casis menyuruh untuk berkumpul." Nixia segera melangkah pergi tapi tiba-tiba tubuhnya berbalik. "Ah, Casis berpesan Callisto juga ikut jika sudah bangun," lanjutnya.
"Ku kira di Distrik Icemeet akan berjalan mulus tapi, siapa sangka kita malah disiksa dan disekap." Quillon menunduk lelah jika mengingat kembali apa saja peristiwa yang terjadi pada mereka.
"Galen hebat," kagum Callista dan Isa.
"Baru 3 minggu ia mengembalikan posisi kepala distrik. Namun, sudah banyak yang berubah. Kurasa dia benar-benar pemimpin yang bijak." Senyum Callista terbit.
"Kau bicara begitu karena Galen tampan, benar kan? Jangan lupa, dia pria berumur 50an meski fisiknya terlihat seperti umur 30an," beber Quillon.
"Yah, aku tidak munafik. Galen memang tampan meski dia sudah berumur 50 tahun." Ia mengangkat bahu sengaja menekankan pada umur Galen. Kemudian melirik Isa.
"Aura pria matang," gelak mereka.
Quillon mendengus mendengar lelucon Callista dan Isa. Casis hanya menyimak tanpa berminat untuk menanggapi.
Nixia bersama Rosela dan Callisto bergabung. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Casis menatap lurus Callisto.
"Masih kuat untuk hidup," jawabnya tersenyum miring.
"Target kita molor," ujar Casis serius langsung merubah suasana. "Seharusnya kita disini hanya semalam dua malam, tapi karena kejadian tidak terduga kita jadi menghabiskan waktu satu bulan lamanya."
"Ini bukan salah siapa-siapa, jadi jangan merasa saling menyalahkan diri sendiri." Casis melirik Callisto sekilas.
"Galen memberi kita tempat tinggal sementara, dia juga membebaskan kita mau tinggal berapa lama disini. Tapi kita tidak bisa membuang waktu lagi, jika begini kita akan semakin lama menemukan penawar dan cara menyembuhkan virus ini," beber Casis.
Mereka semua mengangguk setuju.
Selain itu Rosela juga ingin mengusut kebenaran dibalik eksperimen yang filakukan oleh Kakaknya dan Andero. Ibukota New Catrioke adalah satu-satunya tempat yang saat ini menyimpan kebenaran itu.
"Tunggu, bagaimana dengan monster raksasa yang ada disini?" tanya Callista.
"Aku, Nixia, Isa, dan Quillon melihatnya saat dikirim keluar." Callista memeluk tubuhnya sendiri merasa merinding mengingat perasaan intimidasi saat bertemu monster raksasa itu.
Mereka yang disebutkan Callista mengangguk.
"Bahkan saat itu, kita tidak bisa bergerak karena saking takutnya dan gemetar," imbuh Quillon."Apa mungkin jika virus itu juga menginfeksi hewan?" tanya Nixia.
Mereka semua saling melempar pandang, pertanyaan Nixia cukup membuat mereka memutar otak.
"Apa kalian pernah melihat hewan setelah gelombang monster?" Casis mengedarkan pandangannya.
"Burung," jawab Callista serius.
"Selain itu?"
Mereka kembali memikirkan. "Kurasa tidak ada." Mereka semua menggeleng.
"Aghh... Ini benar-benar rumit untuk dipikirkan." Quillon mengacak rambutnya kasar.
Pembahasan hari itu berakhir dengan mereka belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang Nixia lontarkan. Mereka akan mencari tahu itu juga selama perjalanan nanti.
Menunggu Callisto benar-benar prima, mereka menghabiskam waktu mengumpulkan sumber daya kebutuhan mereka. Tidak jarang mereka ikut membantu penduduk dalam memulihkan distrik.
Malam terakhir mereka di Distrik Icemeet. "Jangan ada yang tertinggal, pastikan kalian memakai pakaian yang hangat besok," ucap Casis mengingatkan kembali.
"Sejak tadi aku melihatnya diam, apa ada sesuatu?" Callisto menyenggol Callista. Mata keduanya tertuju pada Rosela yang duduk diam cukup lama.
Callista menggeleng tidak tahu. "Wajahnya terlihat tidak baik sejak pagi ini." Isa ikut menimbrung.
"Nixia sudah menanyakan apakah dia sakit? Rosela hanya menjawab dia baik-baik saja." Isa berlalu melanjutkan mengemas barang-barang.
"Jika kalian sangat ingin tahu, kenapa tidak tanya langsung?" saran Quillon yang sejak tadi menyimak obrolan mereka.
"Apa kau pikir dia akan menjawabnya dengan jujur?"
"Benar juga." Quillon memgangguk membenarkan.
---
Juli / 2037 / Distrik IcemeetHujan tiba lebih awal dari yang seharusnya, mereka hanya berharap perjalanan mereka lancar dan tanpa hambatan.
Casis tidak menginginkan lagi anggotanya terluka. Dari peristiwa Nixia hingga yang terjadi di Icemeet. Ia merasa bahwa tidak pantas disebut sebagai pemimpin kelompok.
Dalam hati kecilnya merasa begitu bersalah. Tapi Casis lihai dalam menyembunyikan isi hatinya untuk tidak ditunjukan pada orang lain.
"Terimakasih atas bantuan kalian. Kami akan selalu berhutang budi." Galen memeluk Casis.
"Datanglah kapan saja, kami akan dengan senang hati menyambut kalian." Nyonya Karen memberikan perbekalan untuk kelompok Casis.
"Terimakasih Nyonya." Rosela memegang tangan Karen. "Jaga kesehatan kalian, kami doakan perjalanan kalian lancar, kalian berhasil mencapai tujuan yang diharapkan."
"Kami akan segera membawa berita baik." Mereka mengangguk mantap menyetujui ucapan Rosela.
.
.
.
.
.
---tbc---
![](https://img.wattpad.com/cover/350082812-288-k29054.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Science Fiction--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...