---Hadiah yang Misterius---
Flashback
Usai berbelanja bersama, Callisto memilih berjalan terpisah menyusuri sudut lain pasar. Kedamaian Distrik Erast yang asing baginya sejak tragedi ibukota belum pernah ia merasakan kehidupan sedamai ini.
Selama delapan tahun, ia selalu memikirkan bagaimana bertahan untuk hari ini, mencari tempat aman untuk besok, dan sejauh mana dirinya mampu bertahan dalam situasi mengerikan itu. Bahkan untuk bersedih karena berpisah dengan keluarganya saja Callisto tidak sempat.
Dari segala kedamaian yang ada di Distrik Erast, selain penampungan Erast yang nyaman dan bersahabat, makanan disini juga lezat-lezat.
Dalam penyusurannya di pasar, Callisto tertarik pada sebuah kedai penjual barang bekas. Kedai dengan ukuran yang sama dengan kedai lainnya. Namun, ornamen luar yang terkesan klasik menjadikan kedai itu lebih menarik dari kedai lainnya.
Kling!
"Selamat datang, Tuan," sapa penjaga toko begitu lonceng pintu terdengar.
"Tokonya terasa lebih luas di dalam," batin Callisto mengedarkan pandangan mengelilingi ruangan kedai.
Penataan barang yang rapi dan kreatif membuat Callisto tanpa sadar menyunggingkan senyum seakan merasa puas dengan penataan ruang dalam kedai.
Tempat bersih dan klasik, Callisto sangat menyukai suasana kedai ini. Ditambah di langit-langit banyak lampu gantung menambah kesan estetik ruangan itu.
"Ada yang bisa aku bantu, Tuan?" tanya pemuda penjaga kedai. Callisto menebak jika pemuda itu lebih muda darinya melihat dari wajahnya yang masih remaja.
Callisto berjalan mengelilingi rak-rak yang memajang berbagai alat-alat klasik dari radio, telepon, mesin ketik, dan lampu. Semua barang dengan teknologi kuno.
"Jika Anda mencari barang bekas modern maaf, kami tidak menjualnya Tuan," katanya, "sejak gelombang monster sulit untuk mencari alat dengan teknologi modern yang benar-benar berfungsi disaat kita tidak lagi menjadi kota modern."
"Saat ini, barang yang kuno lebih berguna dibanding alat modern yang sulit ditemukan sumber dayanya." Pemuda itu menepuk radio kuno yang terpajang disalah satu rak.
Kling!
Bunyi lonceng mengalihkan perhatian dua pria itu. Seorang gadis memasuki toko dan langsung menghampiri Callisto.
"Sudah selesai? Saatnya kembali Cal," ajak Rosela. Didepan kedai Callisto bisa melihat teman-temannya yang menunggu, dari pintu kaca transparan kedai.
Tanpa menunggu jawaban dari Callisto, Rosela pergi keluar kedai setelah melayangkan senyum ramah pada pemuda penjaga kedai.
"Nona itu kekasih Anda?" tanya si pemuda tiba-tiba membuat Callisto menatapnya heran.
"Bukan, dia hanya rekan ku."
"Aku seperti pernah melihat Nona itu."
Callisto diam dan hanya menatap pemuda yang bersikap seolah-olah sedang mengingat siapa Rosela.
Tanpa ambil pusing, Callisto melangkah pergi menuju pintu keluar. "Darimana asal Anda?" Pertanyaan itu menghentikan tangan Callisto yang sudah membuka pintu.
"Norfolk." Pemuda itu berjengkit kaget dan langsung berlari menuju meja kasir.
"Tunggu sebentar aku ada sesuatu untuk disampaikan," cegah pemuda itu melihat Callisto yang semakin membuka lebar pintu hendak pergi.
Callisto kembali menutup pintu dan berjalan mendekati meja kasir. Disana pemuda itu terus bergumam, "Harusnya disini, dimana ya?" Kata yang terus berulang keluar dari bibirnya ditengah sibuknya mencari barang.
Sambil menunggu, Callisto sesekali melirik keluar melihat teman-temannya.
"Ini!" seru pemuda itu muncul dari bawah meja mengembalikan fokus Callisto pada pemuda itu.
Ia menyodorkan selembar foto dan sebuah alat yang Callisto ketahui itu alat komunikasi dengan teknologi modern.
"Ada seseorang yang memintaku untuk memberikan barang ini jika bertemu gadis yang mirip dengan difoto dan berasal dari Norfolk."
Tangan Callisto mengambil selembar foto dua orang gadis. Jika dilihat dari wajahnya, mereka terpaut beberapa tahun. Seorang gadis berkacamata dengan senyum lembut dan gadis belia mungkin umur sepuluh tahun tersenyum bahagia memeluk gadis berkacamata.
"Cat & Rose." Callisto membaca tulisan tangan yang mulai pudar dibalik kertas foto itu.
"Jika benar itu dia, temui aku saat kalian hendak meninggalkan distrik di ujung selatan kota Distrik Erast. Disana ada pohon paling besar," katanya, "jika dia bukan yang dimaksud, kembalikan barangnya besok dijam yang sama disini."
Flashback end.
"Ba-bagaimana?" Rosela terkejut ketika foto itu diserahkan Callisto.
Dilihat dari reaksi Rosela, Callisto bisa menebak jika foto gadis belia itu adalah Rosela. "Ini kan?!" Seru Callista ketika mengintip foto.
"Kak Cat- mmph." Sebelum sebuah nama lolos Isa sudah membekap mulut Callista.
"Mau mencobanya?" tawar Callisto.
"Coba saja Sel, mungkin itu petunjuk untuk kita." Isa mendorong Rosela yang terlihat ragu-ragu. Mereka semua yang disana diam tapi, seakan menyetujui perkataan Isa.
Rosela duduk, menyanggupi. Callisto langsung beranjang dari tempatnya dengan hati-hati, pria itu memasangkan alat dipelipis kiri Rosela.
Saat alat itu hampir menyentuh kulit pelipis, ujungnya terbuka dan rambut-rambut halus seperti akar tumbuhan mencuat bergerak-gerak. Gadis itu berjengkit kaget merasakan pelipisnya seperti disengat sesuatu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Callista mewakili rasa penasaran semua orang disitu.
"Rasanya seperti disengat. Apa kau yakin sudah memasangnya dengan benar?" sinis Rosela.
Kepalanya kini terasa seperti ditusuk oleh puluhan jarum tipis. Ia mulai merasakan pusing, Callisto menahan pergalangan tangan Rosela yang mencoba melepas alat di pelipisnya.
"Call-" Callisto mengusap alat itu pelan pergerakan Rosela menjadi lebih tenang.
"Melihat sesuatu?" Rosela mengangguk menanggapi pria yang masih memegang pergelangan tangannya.
Beberapa menit kedepan, mereka membiarkan gadis itu berdiri diam. Sesekali tangannya menggeser ruang hampa didepannya.
Seperti sebelumnya, Callisto juga membantu melepas alat komunikasi setelah Rosela puas melihat isinya.
Mereka semua menatap Rosela dalam diam, seakan-akan meminta penjelasan. Tapi, Rosela hanya memasang wajah bingung menatap rekan-rekannya. Ia bingung bagaimana cara menjelaskan apa yang dia lihat dalam alat komunikasi tadi.
---Tbc---
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Fiksi Ilmiah--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...