---Pemberontakan Es---
Kejadian yang dialami oleh mereka yang selamat dibeberkan dari satu sel ke sel lainnya secara diam-diam. Kebenaran yang selama ini ditutupi, banyaknya penduduk Distrik Icemeet yang hilang dan tidak pernah kembali.
Iode selalu berkilah jika mereka dikirim ke wilayah yang lebih baik, hidup lebih makmur, dan tempat yang aman.
Faktanya, mereka dibawa hanya sebagai perisai hidup demi kenyamanan orang-orang etnis asing yang diberi suaka.
"Kalian yang pendatang tega membunuh kami yang pribumi!"
"Kalian tidak tahu terimakasih!"
"Akan kami balas nyawa keluarga kami yang mati akibat ulah kalian!"
Teriakan para penghuni sel kepada para penjaga semakin menjadi. Mereka marah, teman, saudara, bahkan keluarga mati hanya sebagai makanan monster.
--
PRANG"Bagaimana bisa bocor?!" Nafas Iode memburu.
"Ada delapan orang selamat kemarin. Tamu yang dibawa Daniel juga ada dalam kelompok yang selamat."
Wajah Iode memunculkan urat-urat kemarahan.
"Kurasa anggotaku bekerja dengan baik." Casis tersenyum miring, ia bersandar di ambang pintu.
"Sudah kubilang, kau bukanlah siapa-siapa bagi kami." Amarah Iode kian memuncak mendengar provokasi Casis.
"Kau yang memulai permainan ini, mari kita lihat siapa yang bertahan." Casis menatap tajam Iode, wajahnya yang tetap tenang malah semakin membuat Iode emosi melihatnya.
---
Semakin tidak terkendalinya situasi dalam sel, para penjaga mulai menyiksa penghuni sel yang tidak terima dengan perlakuan yang mereka dapat."Jangan-jangan kau mendapat luka karena memberontak?" tanya Callista menatap Quillon yang lukanya sedikit lebih baik. Quillon hanya tersenyum miring.
Seorang penjaga berhenti di depan sel Callista. "Kenapa kesini? Kau mau menyiksa salah satu dari kami? Ha?!" tantang Callista berdiri dihadapan penjaga itu. Hanya tralis besi sebagai pemisah mereka.
"Bawa aku, akan ku gorok lehermu," ancam Callista.
"Dengar," bisik penjaga itu. "Ini pesan dari ketua kelompok kalian." Penjaga itu menyodorkan kunci.
Callista menatap bingung, setengah tidak paham. "Dia memberiku kunci." Callista berbalik memamerkan banyaknya kunci yang tergantung dalam ring besi. Salah seorang beranjak dan mencoba semua kunci untuk membuka gembok.
Klik
Gembok terbuka. Mereka langsung keluar sel dan secara bergantian membuka sel-sel yang tersisa. Tidak adanya penjaga membuat mereka lebih leluasa.
"Bagaimana kau bisa dapat kunci?" tanya Isa, setelah semua berhasil keluar sel.
"Ini pesan dari ketua kelompok kalian."
Nixia, Quillon, dan Isa mengerutkan kening bingung. "Itu yang penjaga tadi katakan."
"Ahh, Casis," ucap mereka kompak.
"Kita ambil kembali yang menjadi hak kita!" Teriakan lantang Galen terdengar begitu membara. Mereka yang disana juga tidak kalah membara menanggapi semangat kepahlawanan yang Galen tunjukan.
Tanpa membuang waktu, mereka mengambil barang apa saja yang bisa menjadi senjata.
Callista melirik Nixia dan Isa. "Bergabung?" tanyanya.
"Sudah lama kita tidak melakukan hal seru bukan?" Isa melakukan peregangan, wajahnya tersenyum. Ia merasa akan menikmati keributan ini.
"Cewek gila." Quillon menepuk jidatnya sendiri.
--
Kerusuhan dan keributan tiba-tiba terjadi di dalam kastil. Lepasnya mereka yang ada di sel, memberikan serangan tiba-tiba membuat para penjaga yang tidak siap kaget.Iode yang hobi berpesta itu masih dengan nyaman menikmati pesta tanpa mengetahui apa yang terjadi didalam kastil.
BRAK
Pintu didobrak, orang-orang dengan pakaian lusuh dan membawa senjata memasuki aula kastil. Galen, yang berjalan di paling depan menodongkan senjata apinya kepada Iode.
Ruangan mendadak menjadi tegang. "Iode, kau tidak tahu terimakasih! Kami sudah memberimu dan etnis mu suaka. Tapi ini balasan yang kau berikan?!" hardik Galen.
"Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi. Banyak penduduk yang mati karena ulahmu, maka bayarlah dengan nyawamu sendiri!"
Aula pesta menjadi pertempuran perebutan keadilan.
Nixia, Isa, dan Callista berlari menyusuri lorong gelap menuju menara kastil. Mereka mendapat tugas terpisah saat bertemu Casis di depan aula.
Mereka mendapat info bahwa Rosela dan Callisto di sekap ditempat terpisah.
BRAK
Isa menendang pintu kayu. Callisto tergantung terbalik selayaknya kelelawar. Matanya ditutup, dan beberapa sayatan di tubuhnya masih mengeluarkan darah.
Rosela sendiri terduduk lemas, matanya bengkak. Mereka menerka mungkin Rosela menangis dalam waktu lama.
"Callisto, kau sanggup berjalan?" Nixia melepas borgol di kaki dan tangan pria itu.
Ruang aula berubah menjadi tempat berdarah, amarah penduduk asli distrik benar-benar sudah di ujung tanduk.
"Kau lihat? Jika bukan karena suaka yang Distrik Icemeet berikan, kau tidak akan bisa menikmati kemewahan saat ini."
Casis menghadapi Iode satu lawan satu. Selama berhari-hari ia sudah menahan amarahnya karena berani-beraninya menyentuh anggota kelompoknya yang sudah berjuang mati-matian untuk sampai dititik ini.
Kilat cahaya dari pisau Casis memancar. Ia melesatkan serangan, meski bisa ditangkis. Pria itu memutar pisaunya mengubah arah serangan dengan cepat. Iode yang tidak sempat bereaksi mendapat tusukan yang cukup dalam di perut kirinya.
Tanpa menjeda, Casis memberikan sayatan dileher Iode, hingga darah segar mengalir. "Aku marah kau menyentuh orang-orangku tapi, bayaran atas nyawamu bukanlah hak ku."
Manik hijau terangnya menatap Galen, dengan sopan Casis tersenyum dan mempersilahkan Galen mengambil alih Iode.
Iode dengan susah payah mempertahankan hidupnya. Tangannya mencoba meraih sepatu lusuh Galen.
"Jangan harap kau bisa meminta ampunanku." Tatapan Galen begitu nyalang.
DOR
.
.
.
.
---tbc---Galen Afador (51)
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Fiksi Ilmiah--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...