---Istirahat di Tengah Tantangan---
Nyala api unggun ditengah kota mati. Angin musim panas dimalam hari menerpa, membuat api menari menjilat langit-langit malam. Cahaya api membentuk kilauan di mata orang-orang yang berkumpul di sekitarnya, wajah-wajah yang terangkat dari bayangan oleh sinar hangatnya.
Wajah lelah mereka tercetak dalam bayang-bayang. Pertarungan sore hari tadi dengan monster menguras sebagian besar energi mereka.
Callista sudah terlelap tidur dalam sleeping back-nya.
"Apa ada luka lain?" Tanya Rosela saat mengobati luka gores di lengan kiri Nixia. Nixia menggeleng."Segeralah istirahat." Titah Isa mengambilkan minum.
"Kenapa Isa sangat perhatian kepada Nix?" Bisik Quillon pada Callisto yang sedang memperbaiki radio.
"Apa jangan-jangan," Quillon menutup mulutnya seakan terkejut. Callisto yang melihat tingkah Quillon mengernyit.
"Jangan memikirkan hal aneh." Senggol Callisto menghentikan temannya sebelum memikirkan hal yang bukan-bukan.
---
Panas terik matahari tidak menghentikan langkah ketujuh orang yang masih menyusuri ujung distrik Norfolk. Cuaca yang sangat panas membuat Isa melilitkan jaket dipinggang.
"Bisakah kita break?" Pinta Nixia, wajahnya pucat keringat terus bercucuran.
Mereka beristirahat dibawah pohon rindang.
"Nix, bernafaslah." Rosela memperhatikan bagaimana pernafasan Nixia yang tidak normal. Tubuhnya panas.
Nixia menggeleng lemah saat Quillon menyodorkan sebotol air. Mereka semua resah melihat kondisi Nixia, wajahnya kian pucat, nafasnya mulai tersengal-sengal.
"Nix tetaplah sadar." Tegur Rosela saat kelopak mata Nixia sedikit menutup.
"Isa." Rosela memanggil Isa karena kondisi Nixia semakin mengkhawatirkan.
Isa membuka jaket Nixia. Perban luka yang ada di lengan kiri Nixia sudah beralih warna menjadi merah. Rosela segera membuka perban.
Rosela membola melihat kondisi lengan Nixia. Seingatnya luka goresan semalam tidak sebesar ini, hanya seukuran satu ruas jari. Tapi hanya dalam semalam lukanya sudah semakin melebar.
"Lendir?" Batin Rosela saat melihat darah bertekstur lendir. Dirinya tidak ingin mendiagnosis sembarang. Gadis itu langsung membuka tas ransel mengambil capsul berisi cairan biru pucat dan memasukannya kesuntikan.
Kemudian menyuntikan cairan itu ke pembuluh darah Nixia. "Sel?" Pupil mata Isa bergetar melihat cairan itu dimasukan ketubuh Nixia.
"Ini hanya antisipasi Is, jangan berpikir terlalu jauh." Rosela memberi pengertian pada Isabilla.
Tidak lama setelah disuntik, Nixia tertidur akibat reaksi cairan.
"Apa itu tadi?" Tanya Casis.
"Ekstrak daun aetherleaf." Rosela menunjukan capsul yang masih berisi cairan bewarna biru pucat.
"Kegunaannya?" Quillon dan Callisto serempak.
"Pencegahan reaksi dari virus."
"Sejauh ini aku hanya tahu ekstrak aetherleaf bisa memblokir reaksi virus." Rosela menatap Nixia yang tertidur ditemani oleh Isa.
"Apa Nix terkena infeksi?" Tanya Quillon hati-hati.
"Mungkin, aku tidak begitu yakin. Aku juga belum mengetahui lebih jauh soal penawar dan penularan virus." Usai memberikan penjelasan, Rosela segera menghampiri Casis. Mereka berdua sedikit menjauh, berbicara empat mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Escape||Outbreak Unleashed
Ficção Científica--- Desember 2029, semangat Natal dan tahun baru yang penuh kegembiraan di kota New Catrioke menjadi tumpah ruah. Namun, euforia itu tiba-tiba berubah menjadi malapetaka ketika kota ini terkena wabah virus misterius yang merubah penduduknya menjadi...