Chapter XXVIII. A Gathering of Fates

152 22 0
                                    

---Perkumpulan Takdir---

"Ku kira ikan ternyata kita malah dapat manusia." Seorang pria menghelas nafas.

"Mana ada orang normal yang memancing menggunakan tali tambang?" Seorang pria berkulit tan menyela.

"Lalu," pria itu menatap Callisto dan Nixia.

"Bagaimana kalian bisa muncul dari sana?" Callisto tidak menjawab karena merasa waspada.

Iris abu-abu pria itu fokus kepada sosok Nixia yang masih terbatuk. Wajah gadis itu terangkat menampilkan wajah berkulit pucat yang familiar baginya.

"Phoenixia Aldridge?" Nixia menoleh saat dirasa seseorang memanggil namanya.

Callisto menggeser tubuhnya menutupi Nixia dari tatapan pria itu. "Kau benar Nixia, bukan?!" Bukannya menjauh, pria itu malah semakin mendekati tubuh Nixia.

Nixia memicingkan mata, mengingat siapa pria dihadapannya ini hingga tau nama lengkapnya. "Siapa?" tanya gadis itu polos.

"Qahir. Qahir Azrael."

Nixia malah menatap Callisto. "Kau tahu dia?"

Nixia masih menggali ingatannya. "Qahir? Apartemen 302?" Qahir mengangguk begitu semangat.

---
Qahir menyodorkan segelas minuman hangat untuk Callisto dan Nixia. "Siapa yang akan mengira kita bertemu lagi?"

"Bagaimana kau bisa mengenal Nix?" tanya Callisto.

"Ah, kami dulu tetangga apartemen."

"Apartemen?" Callisto mengalihkan pandangan keoada Nixia. "Aku lahir di New Catrioke sejujurnya." Nixia tersenyum kikuk.

"Siapa lagi yang kau bawa kali ini?" Suara yang familiar terdengar.

Pria berambut pirang panjang dan bermata hijau. Sejenak Callisto dan Nixia tertegun menatap pria itu. Sekilas pria itu mengingatkan mereka pada, "Casis," ucap mereka kompak.

Pria itu tersenyum miring mendengar nama yang disebutkan kedua orang asing dihadapannya.

---
Disisi lain, dalam sebuah bangunan. Mereka beristirahat sejenak.

"Bagaimana kita menemukan mereka berdua?" Isa kembali uring-uringan.

Isa berjalan kesana kemari bagai setrika. Ia tidak bisa tenang. "Kenapa selalu Nix?" ucapnya frustasi.

"Ada satu tempat yang terpikirkan olehku." Casis angkat bicara.

Mendengar ucapan Casis, Isa begitu antusias. Gadis itu bergegas mengambil ranselnya. "Hah," Callista, Rosela, dan Quillon menghela nafas.

"Isa benar-benar jadi gila jika terpisah dari Nixia," celetuk Callista berbisik pada Rosela.

"Jangan sampai Isa dengar ucapanmu." Senggol Rosela.

Mereka lanjut berjalan menuju tempat yang Casis sebutkan. Dipertengahan perjalanan, lagi lagi mereka menemui segerombolan monster.
Dengan sisa orang yang ada mereka bertempur.

Jumlah monster dirasa tidak berkurang mau mereka habisi berapun. Stamina mereka mulai mencapai batas. Rosela sudah kesulitan mempertahankan diri.

Nafas mereka memburu, tubuh mereka sudah kelelahan. Casis memutar otak, mencari cara bisa keluar dari situasi ini.

JLEB

Pisau menancap di jantung monster, mengagetkan Casis. Pipinya sedikit tergores. Beberapa orang keluar dari persembunyian mereka. Diluar perkiraan Casis, kelompoknya mendapat bantuan dari mereka.

How to Escape||Outbreak Unleashed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang