Them and How They Met

901 48 2
                                    

Semua karakter yang ada di cerita ini adalah milik Masashi Kishimoto.

Kepada pembaca, diharapkan memeriksa kembali tags atau tagar, takut ada topik yang membuat kalian gak nyaman selama membaca.

Chapter ini merupakan flashback dan dari sisi Sakura, nantinya cerita ini juga Sakura centric sih. Oh ya, bisa sambil dengerin lagu DAY6 yang ada di atas, kurang lebih makna lagunya sama kayak kisah SasuSaku di chapter ini, ehe!

Terima kasih. (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

.
.

Sakura dan Sasuke pertama kali bertemu sekitar empat tahun yang lalu. Saat itu, baik Sakura maupun Sasuke tidak ada yang tahu kalau ajakan dan perintah ayah mereka untuk datang ke sebuah restoran mewah di tengah kota adalah awal dari segalanya.

Sakura mengingat semuanya dengan baik. Empat tahun lalu, dirinya yang masih sibuk berkutat dengan pelanggan harus buru-buru melepaskan atribut khas toko rotinya dan menaiki bus untuk sampai di restoran yang dimaksud sang ayah. Hari itu, Sakura tidak memikirkan apa-apa karena ayahnya memang sering menelepon untuk mengajak makan malam berdua, bedanya, ajakan sang ayah malam itu disertai kalimat, "cepatlah!! Ayah tunggu sampai lima belas menit! Kau ini selalu mementingkan pekerjaan dari pada ayah!" Bagaimana Sakura tidak panik?

Sesampainya di sana, bukan hanya sang ayah yang Sakura temukan, tapi juga dua pria dewasa lainnya, mereka memakai kemeja putih dengan dasi yang sudah dilonggarkan. Sakura mengernyit bingung, tumben sekali ayahnya berhadapan dengan orang-orang kantoran seperti ini. "Jangan-jangan ayah berniat menjual toko rotiku?!" batin Sakura yang sudah terlanjur berburuk sangka.

Setelah beberapa perbincangan, akhirnya Sakura mengetahui bahwa pria paruh baya di hadapannya adalah CEO sebuah perusahaan; Uchiha Company, sementara yang tak banyak bicara adalah anaknya yang merupakan pekerja kantoran di perusahaan tersebut.

"Kami ingin menjodohkan kalian."

Satu kalimat penuh keyakinan yang keluar dari mulut Uchiha Fukagu berhasil membuat Sakura tersedak makanan yang tengah dikunyahnya. Gadis berambut merah jambu itu buru-buru menegak air dan menatap Fukagu dengan penuh keterkejutan.

Sakura menolak keras keinginan Fukagu dan ayahnya sendiri, ia juga menegaskan bahwa dirinya belum siap menikah meski usianya sudah matang. Berbeda dengan Sakura yang berusaha sekuat tenaga agar perjodohan itu tidak terlaksana, Uchiha Sasuke, pria yang dijodohkan dengan Sakura tidak memberikan tanggapan apapun seolah-olah sudah mengetahui dan akan menyetujui segalanya.

Berkali-kali Sakura memberikan isyarat pada Sasuke untuk membantunya menggagalkan perjodohan mereka, tapi yang Sasuke lakukan hanya membuang pandangan dan terdiam seribu bahasa, dia baru hanya akan mengangguk saat sang ayah menanyakan satu dua hal.

Pada akhirnya, sekuat apapun tekad dan keinginan Sakura untuk menolak perjodohan tersebut, dia tetap akan kalah oleh seorang Uchiha Fukagu, tatapan dan nada bicaranya seolah-olah tidak memberikan ruang bagi Sakura untuk membela diri. Belum lagi dengan sang ayah yang hanya cengengesan dan mengiakan segala ucapan Fukagu sambil mengangguk-angguk.

Pembicaraan malam itu ditutup dengan jawaban Sakura; "saya akan mempertimbangkannya matang-matang," yang berhasil membuat ayahnya dan Fukagu tersenyum sumringah. Kedua keluarga yang baru saling kenal itu berjabat tangan sebagai tanda akan berpisah. Sakura yang diselimuti rasa gondok pada Sasuke tidak membalas senyum tipis pria itu, melainkan hanya menjabat tangannya dan menatapnya dengan sinis.

.
.

Beberapa bulan setelah pertemuan dengan keluarga Uchiha, kehidupan Sakura berjalan seperti biasa, dia amat bersyukur karena ayahnya tidak membicarakan apapun tentang perjodohannya dengan Sasuke, bahkan menyebut nama pria itu saja sangat jarang.

Lagi pula, Sakura juga tidak mau pusing memikirkan apa yang terjadi, dia memilih untuk fokus bekerja dan mengelola toko rotinya. Sakura tidak akan membiarkan urusan pribadinya mengganggu bisnis dan karyawan-karyawan yang sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri.

Seperti biasa, Sakura berangkat ke toko rotinya pada pagi hari dan pulang sendirian. Namun, pada suatu malam, sebuah mobil sedan terparkir tepat di depan tokonya yang baru saja tutup. Sakura celingukan, bingung apakah si pemilik mobil mau membeli roti atau hanya sekadar parkir. Satu menit setelahnya, Sakura terkejut akan kemunculan Sasuke dari dalam mobil, pria itu langsung menangkap mata Sakura dan menghampirinya.

Rupanya Sasuke memang ingin membeli roti di toko Sakura, hanya saja tokonya sudah terlanjur tutup, setelah berpikir satu dua menit, jadilah dia keluar dan menawarkan diri untuk mengantar Sakura pulang ke rumah. Awalnya Sakura ingin menolak, tapi dia urungkan saat menyadari langit sudah mulai meneteskan air hujan yang lama kelamaan semakin deras.

Mereka pulang bersama. Di sepanjang jalan, Sasuke mengajak Sakura berbincang-bincang dan menanyakan kabar ayahnya. Dengan senang hati Sakura menjawab pertanyaan Sasuke, mereka juga berdua membicarakan banyak hal, mulai dari pekerjaan hingga keluarga. Ternyata Sasuke bukanlah orang yang menyebalkan, dia juga tidak sama sekali menyinggung apapun tentang perjodohan mereka, dan hal itu membuat Sakura merasa tenang.

Waktu terus berlalu. Hubungan Sakura dan Sasuke berjalan dengan baik, sebagai teman tentunya, tidak lebih dari itu. Mereka kerap pulang bersama kalau Sasuke datang ke toko Sakura pada malam hari untuk membeli roti. Dan Sakura pun selalu menyapa Sasuke saat tidak sengaja melihat pria itu di pusat perbelanjaan. Baik ayahnya Sakura atau Fukagu merespon hubungan anak mereka dengan gembira.

Empat bulan sebelum tahun baru, tepatnya pada malam hari di musim gugur, Sasuke menelepon Sakura dengan suaranya yang serak. Pria itu menangis tersedu-sedu, berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan bahwa sang ayah, Fugaku, sedang sakit dan dinyatakan kritis oleh dokter.

.
.

Pada malam hari yang dihujani salju, Sasuke datang ke toko roti Sakura. Pria itu membuka pintu dan masuk dengan langkah kaki yang berat. Rambut hitam Sasuke terlihat acak-acakan, tubuhnya yang kekar tidak dipakaikan baju hangat seperti orang pada umumnya. Sasuke berjalan menuju Sakura yang sejak awal sudah menyadari kehadirannya.

Sasuke ambruk di hadapan Sakura, bukan pingsan, melainkan berlutut dan mulai menangis. Untungnya saat itu toko sudah tutup sehingga tidak ada yang melihat mereka. Sakura ikut terduduk, menenangkan Sasuke.

"Tolong menikah denganku..."

Meski terkejut bukan main, tapi Sakura mengerti, ini pasti ada hubungannya dengan Fukagu yang sedang sakit keras. Meski Sasuke terlihat dingin dan kaku pada awal pertemuan mereka, dia adalah anak laki-laki yang sangat menyayangi ayahnya. Mungkin tindakan Sasuke pada malam hari ketika ia dan Sakura dijodohkan juga merupakan bentuk hormatnya pada Fukagu.

"Kau tidak perlu meminta maaf, Sasuke-kun."
"Ayo kita menikah, demi ayahmu."

.
.

Berbeda dengan sebelumnya, Sasuke lah yang lebih banyak bicara dan bertindak selama proses persiapan pernikahan. Dia yang memilih dan mengurus tempat, dekorasi, hingga catering. Sementara Sakura hanya terima jadi, sesekali memberikan tanggapan atas pertanyaan pelayan-pelayan di rumah Sasuke mengenai dekorasi dan gaun pengantin.

Pernikahan diadakan di halaman belakang rumah keluarga Uchiha yang luas. Segalanya disusun dan dilakukan sesederhana mungkin, tamu yang hadir pun tidak lebih dari dua ratus orang. Sakura senang karena Sasuke mau mempertimbangkan perkataannya; bahwa Sakura tidak nyaman kalau harus berdiri lama di depan ribuan orang untuk waktu yang lama.

Waktu berlalu begitu saja, tahu-tahu mereka sudah pindah ke sebuah apartemen dua kamar di dekat kantor Sasuke dan tinggal bersama. Sakura yang awalnya menolak untuk dinikahkan memilih untuk menerima segalanya dan bersikap sebagai istri, menemani Sasuke menghadiri acara makan malam di kantor, memasak, menyambut dengan segelas kopi atau teh saat Sasuke pulang bekerja. Begitu pula dengan Sasuke. Mereka saling melengkapi di tengah 'hubungan dadakan' yang dibuat bukan atas dasar cinta.

Bagi Sakura, dia hanya harus melakukan yang terbaik. Lagi pula Sakura percaya bahwa cinta bisa datang kapan saja, jika hari ini masih belum ada cinta untuk Sasuke di hatinya, maka Sakura akan menunggu sampai hari itu tiba, sampai saat dia bisa melihat Sasuke sebagai pasangan yang ia cintai sepenuh hati.

Dan begitu pula sebaliknya.

SasuSaku: The Rest Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang