Dengan perasaan bingung dan senang ia menerima uluran tangan besar yang kini sudah menenggelamkan tangan mungilnya. Mereka berjalan berdua, pemilik tangan mungil itu meremas sisi dress-nya seakan dejavu akan hal yang terjadi saat ini.
Bukankah mereka tidak cukup baik dari pertama kali bertemu lagi setelah masa kecil dulu? Wow dalam semalam seakan kemarahan, dan canggung ini menghilang.
Berganti kebingungan dan keheranan.
"Kita akan pergi?" tanya Naura menatap lelaki yang baru saja memasangkan safety belt padanya. Didepan pintu kamar setelah sarapan pagi bersama, Aksa datang ke kamarnya dan mengajaknya turun.
Ia pikir lelaki itu membawanya ke ruang tengah ternyata digaransi.
"Ya, kamu ingin ke suatu tempat mana?" sungguh diluar dugaan. Naura tidak pernah membayangkan Aksa akan mengajaknya keluar. Gadis itu ingat Aksa bahkan tidak membiarkannya bersekolah. Karena itu bisa memudahkan dirinya kabur dari lelaki itu.
I minggu lalu Naura baru memulai lagi sekolahnya dengan homeschooling. Mau tidak mau Naura menurut. Karena ia masih ingin lulus dan masuk perkuliahan.
Apa yang menyebabkan Aksa bersikap seperti ini padanya? Itu masih menjadi pertanyaan untuknya.
Dan lelaki itu semakin tampan berbeda dari biasanya yang mengenakan setelan kantor. Kini Aksa mengenakan celana jeans hitam, kaos oblong polos berwarna hitam di padupadan kan dengan kemeja biru dongker. Terlihat lebih muda, walaupun lelaki itu memang masih muda. Hanya saja jika setiap hari Aksa mengenakan setelan kantor wajahnya terlihat berkharisma, berahang tegas, dan memesona.
Naura segera mengalihkan pandangan ketika sadar terlalu memerhatikan penampilan lelaki itu.
"Kemana aja."
Aksa menoleh, mencari keberadaan tangan gadis itu lalu menariknya tanpa ijin. "Lebih spesifik."
Netra indahnya menatap tangannya yang digenggam Aksa. "Kalau di tanya kemana mau makan apa, aku tidak tahu. Bingung."
Bukankah perempuan memang begitu? Makanya lelaki harus lebih peka dan mengerti.
"Nonton? Makan? Timezone? Pantai?" Aksa mengajukan penawaran. Naura tampak berpikir.
"Nonton?" menaikkan alis kirinya, menunggu jawaban Aksa. Apakah menerima opsinya.
"Boleh." Seketika ia menghela nafas lega. Dan bibirnya tertarik membentuk senyuman. Entah apa yang terjadi, gadis itu merasa senang.
"Kamu tidak bekerja?"
"Tidak. Hari ini kita akan menghabiskan waktu bersama." ujarnya lembut.
***
Bersyukurlah ketika memiliki pasangan yang sangat mengerti dan memahami, menerimamu apa adanya. Mau menggenggam tanganmu dalam hal apapun.
Dicintai lelaki yang cintanya lebih besar dari cintamu suatu keberuntungan. Kepalanya menoleh ke sebuah tempat yang banyak di kunjungi orang-orang untuk menikmati waktu dengan menonton sebuah film.
Sudah lama gadis itu tidak kesini, terhitung satu bulan lebih. Dan ia merindukan momen asik ini. Biasanya akan ada kerandoman Marina dan Kevin. Ia rindu dua teman baiknya itu.
"Ayo masuk," ajak Aksa menarik tangan mungil Naura ketika pintu studio telah dibuka.
Bundle popcorn dan ice Chocolat juga menemani serunya nonton film nanti. Ketika sudah menemukan kursi yang dipesan Aksa menarik Naura duduk disebelahnya tanpa melepaskan genggaman itu. Gadis itu cukup kesulitan untuk melepaskannya. Entah kenapa hari ini ia merasa sedikit nyaman tanpa memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVAGE BOY
Teen FictionRomance - teenfiction Keretakan dalam hubungan yang audah terjalin sejak kecil. Di sebabkan karena kesalahpahaman. Keegoisan yang ingin menginginkan, dan kesabaran yang Aksa pertahankan. Mulai: 20 September 2022