chapter 15

5.1K 459 16
                                    

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Jeno yang memakai piyama dengan rambut basah keluar dari sana. Setelah acara makan malam bersama, papa dan mama Huang menyuruh Jeno serta Renjun untuk istirahat. Mereka cuma menginap dua hari satu malam, besok sore keduanya akan kembali ke pusat kota, melanjutkan rutinitas seorang pengusaha dan penyanyi.

Jeno melempar dirinya ke kasur kamar tamu yang berbalut sprei warna putih bersih. Dia merasa ada yang berbeda dari Renjun sejak kembali dari dapur, lelaki itu jadi agak diam ke dia doang, beberapa kali Renjun juga menghindar dari Jeno yang coba ajak bicara. Jeno usak rambutnya yang basah, aroma shampoo yang sudah tersedia di kamar mandi kamar tamu itu menguar dan terasa menenangkan. Jeno membaringkan dirinya, tidak peduli rambutnya masih basah, dia pusing dengan sikap Renjun, padahal Jeno rasa tidak membuat kesalahan apapun.

"Rambut kamu masih basah, jangan tidur dulu."

Jeno langsung bangkit saat mendengar suara Renjun juga langkah kaki yang mendekat ke arah ranjang. Renjun datang dengan hair dryer di tangannya, lelaki itu memakai piyama tidur berwarna kuning, rambutnya juga setengah basah, aroma strawberry khas Renjun tercium ketika jarak mereka semakin dekat.

"Duduk di bawah, aku keringin dulu rambut kamu."

Bagai terhipnotis, Jeno lakukan semua yang Renjun katakan. Kini ia duduk di antara kaki Renjun beralaskan lantai, dengan Renjun yang duduk di tepian kasur. Bunyi hair dryer jadi pengiring keheningan tidak mengenakan yang terjadi diantara keduanya.

Jeno memejamkan mata saat jemari Renjun mengenai kulit kepalanya, lelaki itu agak memijit kepala Jeno membuat sensasi santai yang menenangkan bagi Jeno. Walau dalam keheningan, tapi Jeno menikmati bagaimana Renjun secara telaten mengeringkan rambutnya, pijatan lembut itu membuat Jeno hampir tertidur.

"Jeno."

Panggilan dengan suara pelan Renjun yang hampir teredam bunyi bising dari alat pengering rambut itulah yang menyadarkan Jeno untuk tetap membuka mata.

"Iya?"

"Aku mau."

Jeno mengernyit. Dia masih mencerna dua kata yang meluncur dari birai indah Renjun. Lantas saat Renjun menyelesaikan kegiatan mengeringkan rambut Jeno, lelaki itu baru selesai pada sesi berpikir soal konteks jawaban yang Renjun berikan tiba-tiba.

si sulung Lee membalikkan badannya, mendongak menatap Renjun yang juga menunduk menatap dirinya balik.

"Ren, saya nggak mau paksa kamu untuk hal itu, jangan merasa nggak enak buat nolak hal bodoh yang saya ucapin kemarin. Saya baru sadar itu salah, saya cuma imp—"

"Tapi, aku mau, mau jadi your partner sex, aku mau, Jeno, aku mau."

Jeno berdiri dari posisi duduk di lantainya. Lelaki itu memposisikan diri si samping Renjun yang menatapnya dengan yakin bahkan berulang mengucapkan kata 'aku mau' seperti meyakinkan Jeno atas keputusannya sendiri.

"Ren, kamu—"

"Aku mau!"

Jeno membuang pandangan. Dia bingung harus bereaksi seperti apa, dia juga bingung karena Renjun tadi bersikap sangat acuh tak acuh, tapi sekarang malah seperti ini.

"Okay, besok kita perbarui kontrak perjanjian kita." Jeno mengalah pada akhirnya, ditengah rasa bingung, dia tidak bisa bohong kalo dia juga merasa bahagia. "Sekarang kamu balik ke kamar kamu, ya? Istirahat. Besok kita bicarain lagi."

Si lebih tinggi berdiri, hendak menuju ke arah lemari untuk mengambil selimut, tapi tertahan dengan tangannya yang ditarik oleh Renjun.

"Kenapa, Ren?"

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang