chapter 26

3.9K 492 30
                                    

Jeno turun dari mobilnya begitu saja, melempar kuncinya pada orang yang akan memarkirkan mobil itu. Langkahnya lebar-lebar dengan detak jantung memburu memasuki area lobby hotel, sedikit Jeno menarik napas saat sampai di depan resepsionis yang memandangnya bingung. Meski begitu, sang resepsionis tetap menyambut Jeno dengan senyuman— menanyakan apa ada sesuatu yang bisa ia bantu.

Mata Jeno terpejam, pikirannya hanya diisi dengan Renjun dan bagaimana keadaan lelaki itu sampai dia tidak ingat berapa nomor kamar Renjun. Jeno mengumpat kecil karena tak kunjung ingat, ia meraih ponselnya, menghubungi Doyoung yang sialnya juga berada di luar jangkauan — mungkin karena badai di daerah pusat distrik yang membuat listrik terputus sebab banyak pohon tumbang.

"Huang Renjun," Jeno menjeda sebentar, "Berapa nomor kamar Huang Renjun?"

Resepsionis itu mengerjab sebentar, lalu tangannya mengetik sesuatu di komputer dan mengatakan pada Jeno bahwa Renjun berada di kamar nomor 423 yang berada di lantai lima gedung hotel itu. Tanpa mengucapkan terima kasih dan sebagainya, Jeno bergegas menuju lift. Beruntung sekali karena tidak ada pengunjung yang antri lift, jadi dia bisa langsung menuju lantai lima.

ting!

Jeno keluar dari lift dengan cepat, bahkan sampai menabrak beberapa pengunjung yang berjalan di depannya. Lelaki itu mengabsen satu persatu nomor ruangan untuk mencari tujuannya. Setelah menghabiskan hampir satu menit, Jeno akhirnya menemukan kamar Renjun.

"Renjun!" Jeno mengetuk dan menekan bel yang ada di sana, mencoba membuat Renjun merespon dia, tapi tidak ada jawaban sampai lima menit Jeno terus mengetuk dan memanggil nama Renjun. Tindakan Jeno itu mengundang beberapa pengunjung lain yang mungkin terganggu juga penasaran dengan apa yang terjadi.

"Renjun! Ini aku Jeno!" Masih dengan usahanya, Jeno hampir akan mendobrak pintu itu kalau tidak ada suara pengunjung lain yang menghentikan tindakan bodohnya tersebut.

"Ada apa? Apa pemilik kamar itu ada masalah sama anda?"

Jeno menggeleng. "Dia sedang sakit, sudah hampir empat jam terhitung sejak manajernya menghubungi dia sampai sekarang, tapi tidak bisa dihubungi."

"Minta saja kunci cadangan ke pihak hotel." Usulan salah satu pengunjung lainnya itu menarik kembali kesadaran Jeno dari rasa panik, lupakan soal mengetuk dan berteriak di depan kamar Renjun— Jeno kini sedang berada di lift untuk turun kembali ke resepsionis dan meminta kunci cadangan kamar Renjun. Hujan sudah sepenuhnya berhenti, mungkin Doyoung juga sedang dalam perjalanan kemari, ketika sudah sampai di lantai pertama, Jeno kembali berjalan dengan langkah lebar menghampiri resepsionis tadi.

"Apa saya boleh minta kunci cadangan kamar nomor 423?" Tanya Jeno tanpa basi-basi saat sudah di depan resepsionis.

Kening resepsionis itu mengkerut, ia bertatapan dengan temannya seolah berpikir apa urusan Jeno sampai meminta kunci kamar hotel yang bukan miliknya. "Tuan, kami bisa menyiapkan kamar lain jika anda mau, itu kamar milik tuan Huang Renjun."

"Saya juga tau itu kamar milik Renjun, tapi dia tidak jawab semua ketukan dan panggilan saya." Jeno menatap tajam dua resepsionis di depannya. "Aku keluarganya, tolong berikan, ini urusan penting."

"Maaf, tapi kami tidak bisa. Ketentuannya—"

"Persetan sama ketentuan! Pacar saya alias Huang Renjun mungkin lagi sekarat di kamar itu, berikan kuncinya atau saya rusak pintu kamar hotel ini." Jeno menaikkan nada suaranya, peduli setan dengan sopan santun yang diajarkan orang tuanya, yang penting sekarang hanya mendapatkan kunci kamar Renjun.

"Maaf, Tuan—"

"Sialan." Jeno berbalik dan kembali menuju lift, tidak ada gunanya berbicara atau negosiasi dengan resepsionis itu, lebih baik ia ganti rugi karena merusak fasilitas hotel.

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang