Satu minggu setelah kejadian hari itu, baik Renjun atau Jeno sudah bersikap seperti orang asing, pada kenyataannya mereka sudah tidak bertemu lagi, sih. Renjun sudah mendapatkan ponselnya setelah berbohong pada Yangyang bahwa dia harus menemui Doyoung secara mendadak malam itu sampai lupa dengan ponselnya. Kebetulan Yangyang memang tidak dekat dengan Doyoung, kendati lelaki berusia tiga puluh tahun itu sudah seperti kakak sendiri buat sahabatnya.
Begitu juga dengan Jeno, Jaemin yang awalnya marah sampai tidak mau bicara sama dia pun akhirnya menerima alasan Jeno menghilang secara tiba-tiba dan tidak dapat hubungi karena ada keperluan mendadak dengan sang papa, agak gak masuk di akal sebab itu sudah larut malam mana mungkin papa Jeno menggangu putranya, tapi Jaemin percaya-percaya saja. Mereka — lebih ke Jeno — merencanakan untuk bertemu Yangyang di kesempatan kedua yaitu saat ada pameran di kantor Jeno. Tapi, sayangnya waktu itu Yangyang harus ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.
Omong-omong soal Yangyang, dia sedikit kecewa dengan Jeno dan menghindar sejak hari itu. Walau alasannya karena ada urusan dengan sang papa, tetap saja seorang lelaki harusnya menepati ucapan dan janjinya. Meski begitu, Yangyang tidak bawa panjang rasa kecewanya, dia sudah bersikap biasa saja, sepulang dari luar negeri mereka juga sempat bertemu di suatu mall di kota untuk makan siang bersama.
Siang ini Yangyang juga bersiap untuk makan siang lagi dengan Jeno. Rencananya selain makan siang, mereka juga mau ke time zone sekalian refreshing sejenak karena kebetulan besok akhir pekan. Siulan bahagia Yangyang terus ia senandungkan, kalo boleh jujur, sejak pertemuan pertama kali mereka di makan malam keluarga besar hari itu, Yangyang sudah menaruh sedikit perasaan pada Jeno.
Hey, siapa di dunia ini yang akan menolak pesona Lee Jeno? Lelaki itu tampan, tau bagaimana cara memperlakukan pasangannya, sopan, kaya raya, dan yang pasti Lee Jeno itu mau berusaha. Sejauh ini, Yangyang sadar kalo Jeno masih belum yakin akan hubungan mereka ke depannya, tapi lelaki itu memilih tetap merespon Yangyang dan keliatan berusaha menerima presensinya. Itu membuat Yangyang makin lama makin terpesona dengan Jeno. Setitik kesalahan ingkar janji tidak menghilangkan seribu kelebihan Jeno di matanya.
"Pake baju apa ya?" Monolog Yangyang sambil menatap tumpukan baju di lemari kaca besar miliknya. Dia akan berkeringat hari ini karena mereka akan pergi ke tempat bermain, maka outfit nya pun harus sesuatu yang menyerap keringat agar Yangyang tidak keliatan kusam di depan Jeno.
"Bagusnya warna kuning apa hijau ya?" Lagi-lagi dia bertanya pada keheningan, Jeno pernah bilang kalau Yangyang terlihat lucu dengan baju yang berwarna cerah, menggambarkan dia sekali, katanya, itu membuat Yangyang seharian full duduk di atas ranjang, fokus memilih baju dengan berbagai macam warna yang menurut dia cerah dan ceria. Sebegitu besar efek ucapan Jeno baginya.
Setelah lima belas menit memilih beberapa setelan baju, akhirnya Yangyang menjatuhkan pilihannya pada kaos polos warna biru muda dan celana pendek saja, yang nanti akan dibalut hoodie warna senada kaosnya tapi lebih gelap, dia sama Jeno hanya akan keluar untuk perjalanan singkat dan tidak jauh, jadi menurutnya pakaian simple saja sudah cukup.
Yangyang menjatuhkan dirinya ke kasur empuk, badannya butuh rebahan setidaknya sebelum dia akan sibuk bermain di time zone bersama Jeno nanti. Dia meraih ponsel yang ada di nakas, membuka aplikasi burung gendut berwarna biru. Keningnya berkerut bingung saat nama Renjun ada di daftar menu trending.
"Huang Renjun dating? Kekasih Huang Renjun?" Buru-buru Yangyang mengecek, menggeser layar mencari informasi yang bisa dicernanya.
Seperti petir yang menyambar di tengah terik matahari, seperti itu adalah apa yang Yangyang rasakan ketika sebuah foto di mana seseorang yang beberapa minggu ini menemani harinya menggandeng sosok memakai mantel yang ia ingat adalah milik Renjun, terakhir kali dipakai ketika ia mengajak sahabatnya itu ke club, dan foto itu diambil sehari setelah Renjun hilang dari club.
"Penyanyi terkenal yang baru saja merilis album barunya Huang Renjun kedapatan tengah bergandengan tangan dengan pengusaha muda Lee Jeno di salah satu gedung apartment mewah daerah ibu kota."
***
"Is he your boyfriend, Renjun?"
Di tengah liburnya setelah mengurus semua jadwal Renjun pasca perilisan album baru, Doyoung harusnya sedang bersantai menikmati hari liburnya di kampung halaman atau mencari pekerjaan sampingan agar tubuhnya tidak terbiasa berleha-leha. Tapi, artis kecilnya ini mungkin tidak suka melihat Doyoung melakukan kegiatan lain selain mengurus dirinya.
Maka, di sinilah Doyoung sekarang, berdiri di ruang tamu apartment Renjun dengan si artis kecil yang cuma menunduk di tempatnya duduk. Ratusan wartawan menunggu mereka di lobby gedung mewah itu. Foto Renjun dan pengusaha muda Lee Jeno menjadi trending topik di sejumlah media, bahkan di televisi banyak spekulasi wartawan tanpa dasar muncul di permukaan soal hubungan Renjun dan si pengusaha.
Doyoung langsung meluncur ke tempat Renjun begitu pihak agensi menghubunginya, mereka harus memberikan klarifikasi sebelum 48 jam setelah berita itu meluncur ke media. Tapi, sedari tadi Renjun cuma diam menunduk dengan air muka yang tidak bisa Doyoung baca, keliatan terkejut, marah, dan entah apa yang harus Doyoung lakukan untuk membuat Renjun setidaknya membuka mulut agar ia bisa segera memberikan informasi ke agensi terkait hal yang menyangkut artisnya.
"Renjun, Kakak nggak akan marahin kamu untuk keteledoran kamu ini, kalo memang dia pacarmu, kita bisa segera konfirmasi berita yang ada. Kamu gak berpikir kita bakal ngelak kalo itu bukan kamu, kan?" Doyoung memegang kedua bahu kecil Renjun yang masih diam, bahkan tidak membiarkan Doyoung menatap matanya. "Itu jelas kamu, Kakak tanya sekali lagi, Renjun, dia pacarmu?"
Doyoung tersentak begitu Renjun berdiri dari duduknya, lelaki itu berjalan cepat ke arah kamarnya membuat Doyoung gelagapan tatkala Renjun keluar dengan topi dan masker juga jaket serba hitam.
"Kamu mau ke mana?" Doyoung menahan tangan Renjun yang hendak membuka pintu apartment. "Ratusan wartawan ada di bawah sana, Renjun, bahaya kalo kamu pulang ke rumah Huang sekarang, pasti rumah—"
"Jeno. Aku mau ke apartment Jeno, Kak."
"Jadi, dia pacarmu?"
Renjun akhirnya mau menatap mata Doyoung. Air mata terlihat berkumpul di ujung mata bening itu membuat Doyoung tau harusnya dibanding mencecar Renjun dengan pertanyaan-pertanyaan tadi, dia lebih baik memberikan sebuah pelukan ke Renjun yang pastinya juga terkejut dengan semua ini.
"Aku nggak bisa jawab sekarang, aku harus ketemu sama Jeno dulu. Aku minta—"
Doyoung memotong ucapan Renjun dengan menarik lelaki itu ke dalam pelukannya. Membuat Renjun menjatuhkan setitik air mata yang dia tahan sejak dia melihat berita dirinya di televisi siang tadi, belum lagi keluarganya yang ribuan kali menghubunginya, lalu Doyoung — seperti apa yang sudah ia prediksi — juga ikut menemuinya, produser di agensinya juga sama, hal itu membuat Renjun mematikan telefonnya, dia juga sama terkejutnya, dia pikir semuanya sudah selesai. Tapi, ternyata malah jadi seperti ini.
"It's okay, Renjun, semua bakal baik-baik aja, ya? Maaf, Kakak udah bikin kamu panik." Doyoung mengusap punggung Renjun yang bergetar pelan, pertahanan artis kecilnya itu runtuh.
"Kamu mau ketemu sama Lee Jeno?" Doyoung bisa rasakan Renjun menganggukkan kepala di sela-sela sesi menangisnya. "Oke, Kakak antar, ya?"
Yang ada dipikiran Renjun sekarang hanyalah Lee Jeno. Lelaki itu adalah biang segalanya. Renjun benci, harusnya dia bisa menolak Jeno ketika lelaki itu menawarkan mengantar Renjun. Ini pasti rencana Jeno. Jeno pasti sengaja menjebak dirinya.
Renjun yakin akan pemikirannya itu. Sangat yakin.
[]
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal | ft. Noren
FanfictionSkandal besar menyandung nama Huang Renjun penyanyi papan atas dengan pengusaha muda kaya raya Lee Jeno. *** warn: homophobic please dont interact, missgendering, mentioned m-preg, mature content, semi-baku, age-switch. slow update!