chapter 36

3.5K 426 30
                                    

Ruangan yang biasanya tertata rapi itu sekarang lebih mirip gudang yang nggak layak huni. Kertas kertas dan semua foto berserakan, laptop yang menyala menunjukkan sosok yang sama seperti diselebaran foto yang posisinya di mana-mana. Kepala Jeno tenggelam di atas buku yang ada di meja, kemejanya kusut, rambutnya sudah di bawah kuping. Dia terlihat seperti orang dengan keinginan hidup yang kecil. Matanya lelah dan mengantuk, tapi dibanding tidur di atas kasur yang dulu ia tempati bersama Renjun, Jeno lebih memilih ruang kerjanya. Namun, sayangnya justru ruangan itu menyimpan lebih banyak 'Huang Renjun' daripada ruangan manapun di apartment nya.

Itu sudah satu minggu sejak Renjun menghilang. Jeno yakin sekali kalau Renjun sudah mengganti nomor ponselnya. Jeno juga menduga bahwa keluarga Renjun mengganti rumah mereka agar Jeno tidak bisa mengamati Renjun lagi sebab beberapa hari ini Jeno tidak melihat Doyoung keluar masuk rumah Huang lagi. Terakhir kali dia dimarahi habis-habisan oleh Doyoung karena kehadirannya di sekitar rumah Huang membuat Renjun semakin sedih, tapi setelah hari itu Doyoung tidak pernah terlihat ke sana lagi. Jeno kehabisan cara untuk menemui Renjun, dia bahkan sampai mengirim email ke Renjun walau pastinya tidak akan pernah terbalas.

Rasanya hampa. Perasaan bersalah dan rindu yang tidak bisa Jeno utarakan itu membuat dirinya seperti kehilangan seluruh semangat. Pertama kalinya jatuh cinta lagi, dan harus dihadapkan pada masalah serumit ini. Jaemin dan Yangyang selalu meyakinkan dia bahwa semua pasti akan kembali seperti semula, tapi bagaimana bisa jika keberadaan Renjun sekarang saja tidak ada yang tau di mana.

Hubungan Jeno dengan keluarganya pun renggang. Penyebabnya hari di mana Yangyang datang ke apartment Jaemin dan mengatakan Renjun baru sana menghubunginya, lalu bilang bahwa Renjun melihat mereka berciuman di basement. Jeno yang kehilangan kendali emosi atas dirinya, hanya ingat satu orang yang memiliki bukti foto itu; Erick. Dengan kemarahan, Jeno memukuli adiknya itu tanpa berpikir bisa saja orang lain yang memberikan foto itu kepada Renjun.

Kemarahan Jeno hari itu membuat Papa Lee mengusirnya, dia juga lihat jelas bagaimana Erick tidak mampu berdiri sebab ia jadikan samsak dari emosi yang tertahan. Hidup Jeno seperti kehilangan arah, dia tidak dapat menemukan Renjun di mana-mana, dia juga tidak bisa mengutarakan rasa sedihnya kepada sang mama seperti apa yang ia lakukan saat dia sedih dan bimbang.

Kalau kepala bisa pecah dan kembali ke bentuk semula, mungkin kepala Jeno sudah pecah berkali-kali atas insiden ini.

Jaemin dan Yangyang masih sering mengunjunginya, terlebih Yangyang masih giat mencari informasi terbaru menggunakan para orang kepercayaannya, hanya lelaki itu yang bisa Jeno jadikan harapan untuk menemukan di mana Renjun sekarang.

Sinar lampu dan deritan pintu yang terdengar membuat Jeno mengernyit di balik lipatan tangannya. Aroma parfum yang ia kenali menyeruak, langkah kaki itu semakin mendekat, tapi Jeno terlalu malas untuk memperbaiki posisinya.

"Aku nggak tau kamu secinta ini sama Renjun." Yangyang menaruh kotak makanan di meja Jeno, lelaki itu menggeser kursi untuk duduk berhadapan dengan Jeno yang masih setia berada di posisinya. "Bangun, punggung kamu bisa bungkuk kalo gitu terus."

Wajah kusut dan muram Jeno sudah seperti pemandangan biasa bagi Yangyang sejak ditinggal Renjun. "Makan. Aku sama Jaemin masih usaha cari informasi."

"Ini semua salah lo."

Yangyang terhenyak, ia menghentikan aktifitas membuka kotak bekal untuk menatap Jeno dengan tatapan yang Jeno tidak tau apa artinya. Tapi, ini adalah pertama kali mereka bicara empat mata, Jeno butuh distraksi untuk rasa sakit, dan validasi untuk kesalahannya. Dia mencari alibi untuk setiap langkah salah yang dia ambil dan orang paling tepat untuk itu semua adalah Yangyang.

"Lo yang salah. Lo yang suruh gua buat gak jujur sama Renjun. Lo yang masih deketin keluarga gua bahkan setelah gua bilang gua cinta sama Renjun. Lo yang nyudutin Renjun, lo yang bikin dia pergi!"

"Lo yang bikin gua ngelakuin kesalahan itu, lo yang bikin gua bingung soal perasaan gua sendiri, Yangyang, lo yang paling salah!"

Nada Jeno berat dan penuh akan amarah yang terpendam. Tatapan tajam Jeno itu bahkan gak membuat Yangyang bergetar sama sekali. Mata Yangyang justru mengedar mengamati ruangan yang penuh dengan Renjun itu. Pigura-pigura besar dan rak kecil kebanyakan berisi album Renjun dan poster lelaki itu. Harusnya Yangyang lebih dulu tau kenyataan bahwa Jeno ternyata diam-diam menjadi penggemar sahabatnya dan kini mencintai sahabatnya.

Yangyang berdiri, berjalan ke arah rak yang penuh dengan photocard Renjun.

"Renjun pernah cerita, ada penggemar misterius yang selalu datang di setiap fanmeet nya, hadiah-hadiah yang dia kasih selalu mahal dan indah. Renjun juga selalu bilang, kalo penggemar misterius itu selalu mengatakan hal-hal yang bikin Renjun semangat lagi. Ternyata itu kamu ya, Je?"

Yangyang mengambil satu foto di mana Jeno terlihat memakai masker dan berfoto dengan Renjun yang berada di panggung, di tangan Jeno terlihat boneka karakter kartun favoritnya yang selalu Renjun rawat dengan baik.

"Ini emang salahku, Je, Maaf. Aku yang dari awal nyuruh kamu nutupin semuanya, aku yang nyuruh kamu buat mastiin perasaan kamu dulu padahal itu cuma karena aku masih berharap ada sedikit rasa cinta buat aku yang kamu simpan dan karena aku belum rela liat kamu akhirnya sama Renjun. Aku jujur soal itu sekarang." Yangyang menunduk. Dia merasa sangat buruk telah menjadi egois dan menghancurkan persahabatan hanya karena cinta sepihak ini. "Aku yang salah karena nantang kamu hari itu, aku yang salah karena berpikir Renjun adalah alasan kenapa cintaku gak kebales."

Jeno menatap nanar Yangyang, dia kira lelaki itu akan kembali membela dirinya seperti apa yang sudah ia lakukan saat Renjun menuntut penjelasan hari itu. Tapi, hari ini, Yangyang hanya menunduk dan mengatakan kalau dia memang bersalah.

"Dari kecil aku hidup kaya boneka. Aku diatur untuk jadi sempurna. Aku cuma punya Renjun jadi temanku. Orang tuaku selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, hari itu saat Mama Lee meluk aku sambil senyum lebar, rasanya aku dapetin semua kasih sayang seorang ibu di dunia. Sebuah pelukan yang nggak pernah aku dapetin dari mamaku sendiri, aku dapetin dari mama Lee yang bukan siapa-siapa."

"Maaf, karena aku yang haus kasih sayang orang tua ini ternyata bikin kamu mikir kalo aku masih harapin kita bisa sama-sama."

Jeno terhenyak. Isakan Yangyang membuatnya tersadar bahwa sekali lagi ia telah buat kesalahan besar. Ia hendak bangkit untuk menenangkan Yangyang, tapi lelaki itu sudah mengangkat kepalanya dan menatap Jeno dengan tatapan penuh tekad walau berderai air mata.

"Kamu tenang aja, aku janji, aku bakal persatuin kamu sama Renjun lagi, aku janji, aku bakal tebus semua kesalahan yang udah aku perbuat sama Renjun, sama kamu, sama diri aku sendiri. Aku janji, Je, aku janji."


***

tbc

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang