chapter 17

4.5K 436 91
                                    

Renjun meletakkan dua gelas sirup segar dan beberapa camilan yang ia punya ke atas meja ruang tamu di mana Yangyang dan Jeno kini duduk berhadapan. Entah bagaimana Renjun merasakan atmosfer tidak mengenakkan yang membuat keadaan menjadi canggung. Jeno terlihat lebih pendiam, juga Yangyang serta tatapannya yang menghunus tajam ke arah si sulung Lee.

Apa karena Yangyang tau Jeno menciumnya?

Yangyang adalah teman Renjun bahkan sejak Renjun belum bisa menulis namanya sendiri dengan benar. Lelaki itu selalu mengatakan akan menjaga Renjun dari semua dominan hidung belang atau siapapun itu yang berniat membuat Renjun dalam situasi sulit. Jadi, itu mungkin alasan masuk akal dibalik ketusnya sifat Yangyang dan tajamnya tatapan lelaki itu kepada Jeno yang kini terlihat seperti anak anjing tidak berdaya.

"Ekhem..." Renjun berdehem, ia dudukan diri di samping Yangyang, merangkul sahabatnya itu sambil cengengesan. "Yangyang, belum pernah ketemu dia kan?" Renjun menunjuk Jeno dengan dagunya. "Itu Jeno, pacarku." ugh, walau sudah berkali-kali melakukan hal lebih dari sekedar pasangan pura-pura, tapi memanggil Jeno dengan sebutan 'pacarku' terasa menggelikan di telinga Renjun.

"Aku tau." Yangyang masih dengan tatapan tajamnya itu, sebelum tiba-tiba tersenyum lebar seolah sutradara baru mengatakan camera, roll, action!

"Maaf banget ya aku tadi ganggu kegiatan kalian, lupa banget sekarang Renjun ini udah punya pacar." Yangyang menatap Jeno dan Renjun bergantian, ia melihat jelas rona merah karena malu dipipi sahabatnya. "Ah ya, Lee Jeno, kita belum kenalan," ujarnya setelah itu, sambil menjulurkan tangan — mengajak bersalaman.

"O-oh iya, Lee Jeno." Gelagapan, Jeno yang sedari tadi sibuk dengan isi pikirannya sendiri pun sambut juluran tangan Yangyang dan mereka resmi berkenalan di hadapan Renjun yang tersenyum senang. Walau dalam hati merasa bersalah karena membohongi Yangyang.

"Liu Yangyang." Suara Yangyang terdengar dingin, "Aku punya sebuah club di daerah sini, kalau kamu mau berkunjung. Biasanya aku dan Renjun suka menghibur diri di sana." Jabatan tangan mereka terlepas dan Yangyang coba buka topik agar Renjun tidak merasa aneh.

"Oh ya? Nanti kalau ada waktu saya mampir." Jeno melirik Renjun, lelaki itu terdiam — mungkin ingat sesuatu.

"Itu harus, lain kali sama Renjun datangnya, nanti aku siapin ruangan khusus buat kita bertiga supaya nggak ada manusia jahil."

"Ya, ya itu bagus, tapi aku nggak bisa ke club buat bulan ini atau bulan depan." Renjun menyandarkan diri pada sofa. "Hehehe, aku mau rilis album rahasianku, Yang!" Lalu ia berkata heboh sambil memeluk tubuh Yangyang dari samping, terlihat bagaimana mereka sangat dekat, dan di antara mereka ada rahasia masing-masing dengan Jeno.

"Kok kamu nggak bilang?" Yangyang menatap Renjun dengan gembira, terlihat ikut antusias mendengar temannya akan mengeluarkan karya-karyanya yang lain. "Karena udah ada pacarmu itu kamu jadi nggak pernah ngasih tau aku lagi!" Lanjutnya, pura-pura merajuk.

"Ih, mana ada! Aku juga baru tau tadi sore, aku belum ngabarin kamu karena aku pikir kamu lagi sibuk." Renjun membela diri, pasalnya Yangyang itu cukup sibuk, dia suka ke luar negeri untuk urusan bisnisnya.

"Alasan."

"Beneran, Yangyang, ih!" Malah jadi Renjun yang merengut sebal karena tidak dipercaya sahabatnya.

Interaksi mereka tidak luput dari pandangan Jeno. Renjun sangat manja dengan Yangyang, lelaki itu terus memeluk Yangyang bahkan ketika merajuk sebal, terlihat seperti seorang adik padahal umur Renjun lebih tua dari Yangyang.

"Eh, kayanya aku harus pulang deh, tadinya mau nginep, tapi kan..." ucapan Yangyang menggantung, meski begitu Renjun dan Jeno tau maksud Yangyang.

"Ya, nginep aja, Yangyang. Saya mau—"

"Duh, enggak jadi deh, ada urusan juga di club, tiba-tiba dapat pesan disuruh ke sana." Yangyang berdiri dari posisinya, diikuti Renjun yang masih memeluk tangannya, terlihat tidak rela ditinggal Yangyang.

"Kamu bawa mobil sendiri?"

Yangyang menggeleng, "Mobilku kan masih di bengkel."

"Oh, kalo gitu biar Jeno aja yang nganterin!" Renjun berucap semangat, dia punya misi membuat Yangyang dan Jeno jadi akrab agar mereka tidak secanggung sekarang.

Atas usulan Renjun, Yangyang menatap Jeno, sebelum menjawab, "Boleh."

***

"Udah sejauh itu?" Yangyang membuka percakapan tepat setelah Jeno duduk di balik kemudi dengan ia disampingnya. Basement apartment yang sepi jadi saksi percakapan mereka di dalam mobil itu. "Kamu suka beneran sama Renjun?"

Jeno menoleh dengan cepat, ia menggeleng, tidak, tentu saja jawabannya tidak. Kalaupun iya, itu dalam konteks hanya karena dia menyukai Renjun sebagai fans yang menyukai idolanya, seperti itu. "Enggak, kamu tau semua cuma kejadian nggak disengaja." Jeno ucap dengan tegas.

"Bohong." Yangyang menolak percaya. Ketidaksengajaan apa yang terus diulangi berkali-kali? Bahkan kali ini Yangyang lihat dengan kedua matanya sendiri. "Jangan jadi orang brengsek, Jeno."

"Ini semua cuma akting dan kamu jelas tau itu kan?"

Senyum miring Yangyang ulas, "You even kiss him in private when no one saw both of you. So? Akting ke siapa? Ke kompor? Atau ke nyamuk yang di sana?"

Jeno mendengkus gusar, mana mungkin ia mengatakan ke Yangyang soal dia dan Renjun yang menjadi 'teman tidur' itu akan membuat semuanya jadi buruk. Tapi, sekarang dia dipojokkan Yangyang karena kejadian tadi, Jeno tidak tau harus membalas dengan alasan apalagi.

"I do kissed him, but its not like i had feeling for him, Yangyang."

"So, kiss me now."

Jeno melotot, terkejut dengan kalimat Yangyang. Terang-terangan lelaki itu meminta Jeno mencium dirinya di temaram lampu mobil Jeno.

"Kamu bisa cium Renjun tanpa perasaan, kan? Jadi, kamu juga pasti bisa cium aku juga," cetus Yangyang membuat Jeno remat kemudi mobilnya. "Ayo, Jeno, cium aku sekarang."

Jeno cuma diam, tidak menghiraukan Yangyang atau permintaan nyeleneh lelaki yang hampir jadi pendampingnya tersebut.

"Haha... liat, Jeno, you can't kiss me, don't you? Its clearly that you never liked me at the first place." Yangyang tertawa hambar, lelaki itu menatap nanar Jeno yang bahkan tidak bisa menatap matanya sekarang.

Tidak. Yangyang tidak sedih atau marah, dia lega, dia tau sekarang bahwa kedekatan mereka sebelum semuanya berubah memang tidak bisa membuat Jeno melihat kearahnya barang sedetik pun, lelaki itu hanya menjalankan janjinya untuk berusaha menerima Yangyang, tapi semua sudah jelas sekarang bahwa Jeno tidak mendapatkan hasil dari usahanya. Jeno tidak menyukainya in romantic way.

"You like Renjun, Jeno, stop denial." Yangyang melepas seat belt nya. "Aku pulang sendiri aja, kamu balik ke dalem."

Jeno menahan lengan Yangyang, membuat Yangyang menoleh dan apa yang Jeno lakukan padanya setelah itu membuat jantungnya hampir jatuh.

Jeno menciumnya.

[]

to be continued
hehe

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang