chapter 22

4.3K 441 2
                                    

Itu adalah minggu kedua bulan di mana Renjun dalam masa sibuk mempersiapkan album barunya. Lelaki itu sibuk melakukan pemotretan untuk albumnya dan juga persiapan untuk syuting music video yang akan diambil di salah satu tempat yang berada di distrik neo. Renjun bahkan kembali pada masa tidak bisa leluasa bermain ponsel hanya untuk sekedar menyapa para penggemar atau menghubungi orang-orang terdekatnya, termasuk Jeno.

Doyoung sudah kembali pada masa jadi manajernya yang strict bahkan saat saat harus latihan vokal dan rekaman, lelaki itu mengatur semua makanan dan minuman yang harus Renjun makan dan tidak boleh makan, demia kelancaran proses rekaman. Renjun tidak bisa protes, kendati dirinya cukup lelah, apalagi kalau harus berganti-ganti pose di depan kamera, mengatur ekspresi, berganti baju untuk yang kesekian kali, makan makanan yang sebenarnya tidak ingin ia makan, tapi Renjun senang. Dia merindukan masa ia sibuk jadi penyanyi yang jadwalnya banyak, diundang tampil sana sini, menjadi tamu di acara radio, atau datang ke festival musik yang sering diadakan di pusat kota. Pada intinya, Renjun senang karena karirnya membaik dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Dibanding sebelum-sebelumnya, Doyoung sendiri bisa melihat Renjun lebih menikmati kegiatannya.

Jadi benar kata orang, untuk bisa menghargai sesuatu dalam hidup, kita harus kehilangan atau hampir kehilangan sesuatu itu terlebih dahulu.

"Kita istirahat dulu, terima kasih!" Suara crew yang mengatur jalannya acara pemotretan hari itu terdengar sampai penjuru ruangan yang sudah disetting sesuai tema album Renjun.

Renjun berjalan menjauhi tempat pemotretan untuk duduk di depan kursi meja rias, dia harus mengganti riasannya setelah istirahat makan siang berakhir. Senyumnya merekah begitu Doyoung menghampirinya dengan sekotak makanan dan yogurt dingin.

"Makan dulu, masih edisi nggak boleh makan goreng-gorengan." Doyoung menaruh kotak makanan dan yogurt dingin di meja rias depan Renjun, lalu menarik kursi untuk duduk di samping artisnya yang tidak membantah apapun. "Kamu keliatan enjoy banget sama jadwalmu."

Renjun tersenyum makin lebar, "Iya! Soalnya aku kangen... maksudnya, setelah beberapa minggu cuma bisa sembunyi, akhirnya aku dapet kesempatan buat ngelakuin ini semua lagi." Pandangannya menerawang mengingat bagaimana kehidupannya setelah skandal fotonya dengan Jeno tersebar.

"You deserve it! Huang Renjun nggak pernah sekalipun redup, kemarin anggep aja kamu lagi ambil jeda buat nunjukkin sisi terbaik kamu yang lain di hadapan para penggemar." Doyoung menepuk bahu Renjun yang menatapnya dengan wajah seperti anak kecil hendak menangis. "Nggak usah kebanyakan akting, cepet makan itu!" Sebelum Renjun memulai akting menangis lebaynya, Doyoung lebih dulu berdiri, hendak beranjak dari sana, tapi tidak jadi karena dia ingat sesuatu.

"Oh ya, Renjun, tadi ada pesan dari Jeno."

Renjun mendongak, "Apa?"

"Katanya nanti dia mau mampir ke sini, sekalian jemput kamu."

Mulut Renjun membentuk bulat, mengatakan 'oh' panjang sambil mengangguk-angguk, kedua tangannya sibuk memilah milah makanan yang bukan seleranya itu.

"Bilang aja iya, Kak, soalnya aku juga sekalian mau ngasih tau dia sesuatu."

"Aku ambilin ponselmu, ya? Kamu bales sendiri."

Renjun menggeleng, "Udah, nggak apa, bales aja, Kak. Nggak ada apa-apanya juga itu roomchat."

Doyoung mendengkus, lalu mengatakan 'iya' sebelum benar-benar berlalu meninggalkan Renjun yang sibuk makan.

Kebetulan sekali Jeno berniat mengajaknya bertemu hari ini. Mereka sudah jarang bertemu secara langsung karena jadwal yang kadang bertabrakan, mungkin karena hari ini hari Sabtu dan besok Jeno free jadi lelaki itu ingin bertemu sama dia. Renjun juga punya sesuatu yang harus ia beri tau langsung ke Jeno.

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang