Siang itu, walau belum terlalu siang, tapi buat Renjun ini cuacanya sangat panas terik, seolah matahari ada di atas kepala dengan jarak sejengkal. Dengan baju santai dengan topi dan masker, Renjun menggandeng lengan kekar Jeno masuk ke dalam gedung kantor lelaki itu.
Pertama kalinya Renjun datang ke sana. Gedung tinggi menjulang dengan ratusan karyawan berada di bawah impinan Jeno, betapa hebatnya lelaki itu bisa menjalankan usaha yang turun temurun.
"Harus banget ya ketemu di kantor?" Renjun berbisik begitu mereka berada di lift dengan beberapa karyawan yang menyadari bahwa seseorang yang berjalan bergandengan dengan atasan mereka ada Huang Renjun si soloist terkenal.
Jeno berdehem begitu menyadari tatapan para karyawannya yang seperti sangat penasaran, membuat mereka semua langsung mengalihkan pandangan ke mana saja asal tidak memandang dua anak adam yang berdiri di belakang.
"Iya, Jaemin udah nunggu di ruangan aku." Jeno santai menjawab dengan intonasi suara seperti biasa seolah yang bisa mendengar di sana cuma dia dan Renjun.
Jadi, sebenarnya Renjun masih tidak enak hati soal tanda merah seperti bekas kissmark di leher Jeno dua hari lalu, tapi dia juga sadar bahwa apapun itu, sama sekali bukan urusannya. Jeno juga dirinya punya privasi yang mungkin tidak harus ia tahu, entah itu memang bekas kissmark atau gigitan serangga — Renjun tidak tau dan tidak mau tau. Dia tidak mau tau semua hal yang berpotensi membuat dirinya sakit hati. Renjun lebih baik tidak tau apapun. Jadi, dia coba abaikan saja, tidak membawa panjang hal yang kemarin sampai membuatnya kehilangan mood menontonnya.
Kini ia dan Jeno keluar dari lift masih dengan bergandengan. Pegangan Renjun di lengan Jeno yang berbalut jas warna abu-abu itu membuat jasnya sedikit kusut, tapi Jeno tidak ambil pusing. Hari ini Renjun akan bertemu dengan Jaemin, alasan lain kenapa tempatnya di kantor adalah karena Jeno ingin Renjun tau tempatnya bekerja. Selama dua bulan dekat, tidak banyak yang Renjun tau tentang dirinya, Jeno ingin memperbaiki itu. Sekalipun mereka tidak selamanya bersama seperti sekarang, dia hanya ingin memperlakukan Renjun sebagaimana harusnya.
"Nanti aku ada meeting."
Renjun mendelik, "Terus aku gimana? Sendirian di sini gitu?"
"Sama Jaemin? Kalian bisa ngobrol selama aku rapat. Sebentar doang." Jeno terkekeh melihat wajah merengut Renjun yang melempar protesan padanya. "It's okay, Renjun, Jaemin nggak jahat."
"Ekhem."
Baik Renjun ataupun Jeno, mereka langsung melepaskan gandengan seolah kepergok, tapi Jeno seketika berdecih sebal karena yang berdeham di belakang mereka ada Jaemin yang datang dengan pakaian super santainya. Rupanya lelaki itu berbohong, tadi dia bilang sudah sampai setengah jam yang lalu.
"Dinding bisa mendengar, lantai bisa merekam, jangan pacaran di luar, nanti kena situasi mencekam!"
Renjun terkikik geli dengan ucapan orang yang memakai hoodie tosca dan celana training di dalam gedung kantor yang kebanyakan isinya adalah orang-orang dengan pakaian rapi.
"Itu Jaemin." Jeno berkata lirih.
"Renjun! Huang Renjun! Dalam dua puluh lima tahun hidup, gak pernah gua bayangin bisa ketemu sama idola gua depan mata, sedekat ini," lelaki itu memegang pundak Renjun dengan dramatis, mendekatkan wajahnya mengamati Renjun dengan pandangan terpukau dengan sosok kecil yang ternyata jauh lebih cantik jika diliat dari dekat. "Tanpa bayar!" lanjutnya membuat Renjun mengulas senyum kendati merasa agak tidak nyaman sama Jaemin yang menatapnya sedetail ini.
"Jaem." Jeno menegur, spontan Jaemin melepaskan pegangannya pada pundak Renjun dan melirik Jeno dengan gaya sok takut.
"Ops, sorry, Mr. Posessive!" Tapi kemudian kembali merangkul pundak Renjun, membalik tubuh lelaki mungil itu membawanya masuk ke dalam ruangan Jeno. "Yuk masuk, Renjun, anggep aja ruangan sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal | ft. Noren
Fiksi PenggemarSkandal besar menyandung nama Huang Renjun penyanyi papan atas dengan pengusaha muda kaya raya Lee Jeno. *** warn: homophobic please dont interact, missgendering, mentioned m-preg, mature content, semi-baku, age-switch. slow update!