chapter 06

5.5K 530 7
                                    

Hal pertama yang bisa Renjun cerna ketika matanya terbuka dan bau khas percintaan memasuki indra penciumannya adalah dia baru saja melakukan kesalahan terbesar dibanding kabur dari asrama sekolahnya. Dengan beban berat di pinggangnya, serta dengkuran halus diceruk lehernya, Renjun makin yakin bahwa apa yang ia lakukan semalam bukan sebatas mimpi basah lelaki dewasa. Iya, itu terlalu nyata, harusnya dia sadar, kemarin dia berada di kelab malam bersama Yangyang, lalu pagi ini terbangun dengan manusia asing yang memeluknya erat, ditambah tubuh mereka — lebih ke tubuh manusia lain itu yang telanjang karena Renjun masih menggunakan kaos putih tipisnya — berhimpitan dibalik selimut putih itu, semua ini memang nyata. Terlalu nyata untuk terus terbayang di ingatan Renjun bagaimana mereka menghabiskan malam bersama. Yang paling memalukan adalah Renjun ingat bahwa dia yang memulai semua ini. Dia yang menggoda lelaki dibelakang tubuhnya ini.

Renjun mengusak rambutnya kesal, ingin mengulang semua dan tidak membiarkan dirinya masuk tipu daya lelaki yang kemarin tiba-tiba duduk di depannya, menyodorkan segelas wine lalu dia teguk tanpa berpikir lelaki tampan itu punya maksud lain. Huang Renjun menyadari dirinya terlalu naif kemarin.

Sekarang bahkan dia tidak bisa melepas pelukan erat lelaki yang entah sama atau tidak dengan seseorang yang tiba-tiba duduk di mejanya kemarin. Yang bisa Renjun lakukan cuma berdoa, semoga tidak ada media yang melihat mereka kemarin malam yang entah bagaimana caranya bisa berada di sini, Renjun tidak tau ini hotel atau rumah atau apapun itu.

"Kamu udah bangun?"

Renjun terkejut, suara berat khas lelaki jantan yang baru saja kembali dari alam tidurnya membuat sekujur tubuhnya merinding. Rangkulan di pinggangnya dilepas dan kasur empuk itu memantul seiringan dengan gerakan si dominan yang bangun dari posisi awal.

"You was so amazing last night."

duk!

"Berhenti bicara omong kosong!"

"Oh, good morning Huang Renjun."

Renjun melirik sinis sosok di sebelahnya yang tidak bereaksi apapun padahal baru saja terkena sikutan maut Renjun di perut berkotak enam sempurna itu. Pipi Renjun tanpa sadar memanas melihatnya tanpa sengaja.

"Kenapa malu-malu? Kamu kemarin udah ngerasain padahal."

Renjun mendongak, lalu bangkit dari posisinya yang setengah telentang, tapi sungguh tubuhnya terasa seperti habis diulek oleh sesuatu yang tidak wajar. Renjun merintih, mengundang tawa remeh dominan di sampingnya.

"Padahal cuma satu ronde, tapi kamu kayanya kesakitan banget, ya?" Jeno menarik pinggang Renjun agar posisi mereka mendekat, membuat Renjun menempel pada dada bidangnya yang tidak tertutupi apapun.

"You're jerk! Lepasin, aku mau pulang." Renjun meronta dalam dekapan Jeno, walau harus rasakan sakit setiap kali dia menggerakan tubuh bagian bawahnya. Begitu banyak tanda cinta di sekujur tubuh Renjun.

"Dalam kondisi seperti ini? Kamu mau menggoda banyak lelaki dominan lain?"

Renjun menatap sengit Jeno yang menaik turunkan alisnya menggoda si submissive di dekapannya itu. Lalu, dia melepaskan pelukan dan menyibak selimut membuat Renjun reflek menutup mata, tidak mau melihat milik Jeno di pagi hari. Hal itu mengundang tawa Jeno yang terdengar menyebalkan di telinga Renjun.

"Kenapa kamu tutup mata? Adik kecilku yang sedang tidur ini yang membuat kamu menangis sampai menjerit kemarin mala—"

"Stop! are you nuts? Kemarin malam itu kesalahan, jangan diungkit terus! Aku ngelakuinnya dalam keadaan gak sadar, so that's basically not what i want!"

Jeno terkikik melihat si polos Huang Renjun meneriakinya dengan mata tertutup. "Jadi, kamu mau coba ngelakuin itu secara sadar? Morning sex sounds good, tho."

Scandal | ft. NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang