Mata yang terpejam erat terbuka pelan, aku mendesah gusar ketika kurasakan sesuatu yang aneh menyerang tubuhku. Aku kembali memejamkan mata, berusaha tidak menggubris sensasi aneh dari tubuhku. Memeluk erat bantal yang ada dalam jarak dekatku, aku terus berusaha menepis keanehan itu.
Menggigit bibir bawahku sampai kurasakan perih yang mungkin saja aku melukai bibirku. "Please … stop it!!"
Tubuhku menggeliat, seluruh jari-jari kakiku terlipat kuat—menahan rasa aneh yang menyerang tiba-tiba ketika tanpa sadar aku tertidur tadi.
Aku tidak mau menyentuhnya, aku ingin berhenti, aku mencintai Build dan tidak ingin hidup seperti ini, jadi, kumohon berhentilah.
"FUCK!!!" Aku terus memohon sesuatu itu berhenti dengan memukul kuat punggungku. "Please, stop it, shit."
Tubuhku semakin menggeliat kuat, kakiku bahkan sudah mendorong selimut hingga terjatuh ke lantai. Aku sampai menangis mencoba menahan rasa sakit dalam tubuhku, boleh aku berdoa memohon kepada Tuhan?
"FUCK, SHIT!!! GOD PLEASE, I BEG YOU!!" Aku terisak kuat, kembali memukul punggungku berulang-ulang, bahkan sempat beberapa kali menampar pipiku sendiri untuk menyadarkan diri. "ARGHH!!!"
Aku tidak tahan. Aku bangkit dari ranjang dan membuka kuat pintu balkon kamarku, meneliti kamar Build—berharap dia sudah kembali untuk menenangkan diriku. Aku tahu itu mustahil karena ini sudah pukul sebelas malam. Aku berjalan membongkar seluruh kamarku, mungkin saja aku menemukan sesuatu yang dapat menenangkan reaksi aneh dalam diriku.
Saat tengah sibuk dalam pencarian, tanganku berhenti bergerak ketika melihat pouch peralatan bengkel yang tergeletak di atas meja kecil.
Aku teringat akan sesuatu, tanpa pikir panjang, ini demi keberlangsungan hidupku. Aku menuruni anak tangga, membuka pintu rumah dengan tergesa-gesa bahkan mungkin sampai membuat suara gaduh. Aku tidak peduli.
Aku keluar pagar, menatap tong sampah yang memang selalu ada di depan rumahku. Bergegas kubuka penutupnya dan mencoba membongkar isi dalamnya, aku jarang membuang sampah dan kenapa tempat sampah sialan ini penuh dengan banyak sampah!! Fuck!!! Sialan!! Arghh! Rasanya aku ingin mengumpat.
Kukeluarkan semua isinya, tidak peduli jika pakaianku akan kotor. Aku butuh itu.
"FUCK!!" Umpatku.
Mungkinkah tong sampah ini sudah di angkut minggu lalu? Seharusnya barang itu masih ada di sini, 'kan?
Aku menampar wajah dengan sangat kuat, mencoba menenangkan diri. Ini sangat menyakitkan, aku berulang kali menarik napas, mencari cara agar tubuhku tenang.
Langkahku kembali masuk ke dalam rumah, mencari ponsel yang kini entah berada di mana. Kuacuhkan semua pesan masuk, yang kuinginkan hanya nomor Mew.
"Fuck, Mew, angkatlah sialan!!" Aku kesal, Mew jarang tidur malam, lalu kenapa dia susah dihubungi.
"Hallo,"
"Fuck Mew, Where are you doing!!!"
"Hey, hey, calm down. Why?" Mew masih mencoba menenangkan suaraku yang gemetar hebat.
"Help me!! Aku mau! Now!! Please,"
"Kau mau apa, Bible? Bicara yang jelas, sialan!" Mew malah mengumpat, apalagi yang dibutuhkan seseorang jika malam-malam begini menghubunginya kalau bukan karena narkoba!!
"ARGHHH!! BANGSAT!!!" Kupukul kembali punggungku dengan sangat kuat. "FUCK!! PLEASE, DON'T PLAY ME, JERK!!!"
"Hey, Bible, relax man!!" Aku mendengar suara Bright mengambil alih panggilan. "Kau sakau? Mew baru mengisap sabu dan dia menjadi semakin aneh, mau kuantar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]
FanfictionBible tidak tahu jika pria yang baru saja pindah ke sebelah rumahnya adalah sebuah narkoba yang menjelma manusia, membuatnya kecanduan setiap saat. "What do you think about me? Tentang ... Seseorang yang akan menjadi pasanganku nantinya, apa bisa ak...