29 | Black Hole

816 101 12
                                    

Pintu sengaja tidak kubuka lebar, memastikan lebih dulu, siapa tamu tidak diundang itu.

Lewat celah pintu itu, mataku melebar menatap pria dengan dahi yang terluka, wajahnya pucat. Aku segera membuka pintu dengan lebar. "Brii!! Kau kenapa??"

Bright menahan tubuhku untuk tidak mendekatinya, kulihat dia bersama Metawin saling bergandengan dengan wajah pucat mereka. Apa yang terjadi? Aku khawatir dengan keduanya.

"Bible, sorry to bother you," Bright menyipit untuk menahan sakit di kepalanya. "Sial, rumah bordil Win digerebek polisi, aku sedang disana dan kami terpontang-panting lari."

Bright menjelaskan dengan wajah kacaunya.

"Aku tidak bisa ke bengkel, Mew juga sedang bersembunyi entah di mana, kau tahu lah." Sempat-sempatnya Bright terkekeh. "Aku sudah memasukkan motorku ke dalam garasimu, di depan mobil tuamu agar tidak kelihatan. Sialan, aku ingin menumpang di rumahmu untuk beberapa hari saja."

Aku mengangguk cepat, tidak mungkin kubiarkan Bright kebingungan mencari tempat persembunyian dengan keadaan seperti ini.

"Are you okay?" Aku bertanya khawatir pada Metawin, pria itu mengangguk padaku, wajahnya sama pucatnya seperti Bright.

"Tadinya aku mau pulang ke rumah, tetapi aku sedang tidak baik dengan ibuku." Pintu kubuka lebar agar Bright dan Metawin masuk dengan leluasa, setelah memastikan keduanya masuk, aku menutup pintu dan segera kukunci. "Mereka juga pasti kebingungan kenapa aku membawa Win, mereka masih belum menerima hubungan kami."

Aku mengangguk lagi, mengerti tentang kondisi teman baikku itu.

"It's okay, tinggallah di sini." Aku berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan mereka. "Akan aku ambilkan kotak P3K untukmu."

Aku menghentikan langkah ketika Bright dan Metawin tidak bergerak dari tempat mereka. Aku menatap ke arah pandangan keduanya, Build tengah berdiri tidak jauh dengan apron hitam yang melindungi tubuh bagian depannya.

"D-dia …."

Aku berjalan mendekati Bright, mengikis jarak sampai menyisakan sejengkal. "Jangan khawatir. Aku akan memberitahunya, dia cukup mengerti. Bersikaplah biasa saja."

"Win," Kami bertiga menatap Build yang melambaikan tangannya—menggenggam spatula. "Kalian tidak apa-apa?" Build menanyakan tentang keadaan Bright dan Metawin yang cukup berantakan.

Aku tersenyum manis pada Build untuk mengalihkan pandangannya, berjalan mendekatinya. "It's okay, baby. Mereka akan menginap di sini sementara."

"Benarkah? Wah, semakin ramai semakin seru." Wajahnya terlihat bahagia menatap wajah pucat. Bibir Metawin tersenyum tipis, mencoba menyukai situasi yang disukai oleh Build.

"Kami akan pakai lantai tiga," Bright berujar, aku mengangguk membiarkan Bright dan Metawin pergi dari sekitar kami, Metawin membalas lambaian tangan Build dengan kaki terus melangkah naik.

"Turunlah setengah jam lagi untuk makan malam." Pintaku yang langsung di angguki oleh keduanya. Aku menatap Build lagi, tersenyum tipis. "Wajahmu kenapa terlihat sangat senang?"

"Iyalah, aku sangat senang karena akan ada teman di sini." Build menjawab dengan wajah bahagianya.

Aku melangkah mendekat—langsung memeluk pinggangnya. "Lalu, bagaimana denganku? Kau tidak suka?"

Build mendengus kesal, aku tahu, terkadang aku suka melenceng dari pembicaraan yang semestinya hanya untuk melihat ekspresi kesalnya yang menggemaskan itu.

Aku mengecup pipinya tepat pada bagian lesung, "Don't be mad, I'm just kidding."

Wajah Build masih memandang marah. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kalau meminta maaf, bukan di situ!"

Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang