22 | Like A Villain

857 105 24
                                    

"Hey, calm, calm."

"Stup the fuck up!!" Kutarik kuat tangan Build sampai tubuh kecilnya masuk ke dalam pelukanku. "Die if you touch him!!"

"Don't make us the center of attention, Bible." Om Roy melangkah pelan ke arahku. Tanganku langsung terangkat agar dia berhenti bergerak. Om Roy turut mengangkat kedua tangannya, "Pak Maxime hanya ingin bertemu denganmu,"

"Berhenti menggangguku, sialan!!"

"Bible—"

"SHUT UP!!" Kupeluk erat tubuh Build. Aku tidak ingin Build dalam bahaya. Pandanganku tajam terarah pada Om Roy. "Please ... Leave."

Build turut membalas pelukanku. "Bible, Papamu hanya ingin bertemu denganmu."

"Shut up, Biu. Aku tidak memiliki siapa pun di dunia ini." Kupeluk semakin erat tubuhnya, demi apa pun aku tidak ingin Build tahu bagaimana kehidupanku, tidak ingin sampai Build tahu siapa pemilik darah yang mengalir dalam tubuhku. "I have only you," bisikku lirih.

"Bible," Om Roy terlihat mendesah pelan. "Come on, Pak Maxime semakin kritis, dia ingin menemui."

"I beg you," aku tidak tahu apa yang membuat mataku sampai berkaca-kaca, aku hanya takut jika Build pergi. Aku belum pernah bersikap baik pada Om Roy sebelumnya, namun kali ini, aku sangat berharap Om Roy dapat mengerti permohonanku lewat tatapan sendu ini. "Tidak bisakah? Kalian sedikit saja memberiku kebahagiaan?"

"Kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu, Bible."

"Kalau begitu menyingkir dariku." Aku melepaskan pelukan, kuraih tangan Build dengan erat. "Aku akan bahagia dengan keputusanku."

Tanpa aba-aba, kutarik tangan lembut itu untuk lari meninggalkan Om Roy serta tiga bodyguard-nya, untuk apa dia membawa beberapa pria berbadan besar itu. Mengacaukan acara kencanku saja.

"Bible, ice creamku ...."

Build, tidak bisa kah jangan memikirkan ice cream terlebih dahulu? Aku tidak menanggapi Build. Tanganku terus membawa Build berlari menjauh dari empat orang gila itu, sesekali kepalaku menoleh kebelakang dan sialnya mereka mengejar langkahku dan Build.

"Bible ...."

Aku tahu Build akan protes atau merengek, tanpa mempedulikannya, aku menuntunnya untuk menerobos masuk ke dalam lift, dan berhasil membuat mereka gagal mengejar.

"Bible, ada apa sih? Siapa mereka!!"

"Sshhh,," aku menyeka peluh di dahinya, melirik ke beberapa orang yang memperhatikan kami. "Kamu tenang ya, kita cukup lari dari mereka."

"Mereka orang jahat, ya?"

Aku menelan saliva. "Iya."

"Pria berkacamata itu bilang, aku harus membujukmu untuk mau menemui Papamu. Kalau tidak, mereka akan mencelakaiku." Mendengar itu, kepalaku langsung menoleh, pengguna lift lainnya juga langsung menatapku dan Build. "Salah satu dari mereka menodong senjata padaku!"

"Sshh," aku mengelus bibirnya, mencoba agar Build tidak bersuara kencang dan menimbulkan gosip panjang. "Ada aku, Build."

"Ayo kita beritahu Ayah."

"Tidak!" Aku kembali melirik, menggenggam tangan Build itu menerobos keluar dari lift, kutarik tangannya kuat menuju parkiran. "Jangan, jangan beritahu Om Ghazam, aku mohon."

"Kenapa? Kalau mereka orang jahat. Ayah akan membantu—"

Aku langsung memeluk tubuhnya begitu erat, jika Build memberitahu Om Ghazam, tanpa menunggu waktu yang lama, aku dan Build pasti akan langsung dipisahkan.

Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang