4 | Careful What You Wish For

1.3K 155 25
                                    

"Bang—ssttt ... Ahhh,, anjing, anjing!!!"

Aku lupa kapan aku memulai kegiatan ini, sejak pukul 05.30 tadi, aku terbangun dan mataku hanya memandang kegiatan Build di dalam kamarnya. Selama memperhatikannya, tanpa sadar aku bermain dengan kejantananku pagi-pagi sekali. Hei!! Jangan katakan aku terlalu bernafsu atau apa, salahkan saja Build yang hanya memakai G-string di dalam kamarnya dengan dinding kaca itu. Siapapun dapat melihatnya, 'kan? Namun, aku berharap tidak ada yang bisa menikmati ini kecuali aku sendiri.

Kecepatan tanganku bertambah ketika aku melihat Build berdiri dan mengoles sesuatu di bagian pinggul ke bawah. Mungkin dia sedang memakai lulur full body—tangannya terlihat tengah memijat pada area berisinya, ah, sialan.

Tubuh yang gemetar ini semakin mendesah kuat ketika mulai mencapai klimaks, kepalaku mendongak ketika puncak kenikmatan mulai berhasil kuraih. Kugigit bibir bagian bawah. Aku tidak menyangka melihat dan membayangkan saja akan senikmat ini, bagaimana jika langsung mempraktekannya? Ah, aku ingin.

Aku lupa pernah berniat untuk berubah—lepas dari kata laki-laki bajingan.

Sayangnya, aku tidak bisa membiarkan ini. Mataku kembali menatap ke depan, jangankan beranjak dari tempat, menaikkan celana saja aku malas. Ini gila. Aku merasa tergila-gila kepada pria cantik di ujung sana. Dadaku kembali berdetak kian cepat, napasku sudah tidak terkontrol dan kejantananku kembali menegang, sialan.

Aku kembali bermain.

_____

Sudah cukup, ini pukul 07.15 dan aku harus segera berangkat ke kampus. Sebenarnya tidak harus sih, aku adalah salah satu mahasiswa termalas tahun ini. Tapi kalimat Bright terngiang ke dalam pikiranku, aku jatuh cinta dan aku harus berubah, meski beberapa jam lalu masih melakukan hal gila.

Setidaknya, semua harus seimbang.

Drugs, sex dan Build. Aku tidak bisa melepaskan pikiranku dari ketiganya. Jadi, aku memutuskan untuk mengambil semua dengan memperatakan—menjadikan semua sama rata.

"Hai, pagi ..."

Aku yang sedang menutup gerbang sontak menoleh ketika mendengar suara manja itu. Bibir si cantik mengembang sempurna, berdiri tepat di tengah-tengah antara rumahku dan rumahnya.

"Pagi," membalasnya dengan senyum manis pula. Baru dibicarakan, Build sudah muncul saja. Bukankah itu tandanya kami berjodoh?

"Mau pergi?"

"Uhum." Aku mengangguk, menatap Build menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga dan melangkah pelan ke arahku. Tangan putih itu terulur, sebuah paper bag berwarna coklat.

"Hari ini Bunda masak sup ayam banyak karena teman-teman Ayah mau datang, jadi Bunda sisihkan sedikit untukmu." Lesungnya menekuk dalam.

Build tolong, jangan semanis ini. Aku tidak sanggup.

"Oh, maaf, aku sudah sarapan." Meski hanya roti panggang, tapi itu sudah cukup karena aku sedang terburu-buru.

Tunggu, aku sempat bingung ketika melihat ekspresi Build dari sumringah menjadi sendu. Tangan terulur yang menggenggam paper itu langsung turun. "Ya sud—"

Build, sedih?

"Aku terima!!" potongku dengan cepat, aku tidak mau melihat Build sedih. Aku memang bajingan gila seperti Papa, tapi aku tidak mau seperti dia—membuat orang yang dicintai bersedih.

Aku segera meraih tali paper dan tidak sengaja kulit kami bersinggungan. Sialan. Sangat halus, apa ini efek dari luluran pagi ini? Bahkan aroma minyak zaitun menyeruak ke dalam indra penciumanku.

Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang