20 | Crazy Over You

1K 120 19
                                    

Build benar, seharusnya aku tidak bersikap pengecut, melainkan bersikap gentleman—menjaga dan melindungi Build dengan sangat baik. Bukannya malah mencoba mengundurkan diri setelah apa yang aku perbuat.

Mataku tidak lepas dari Build yang tengah menatap peralatan mobil yang sedang menjadi kesibukanku di hari libur ini. Sudah dua hari sejak kejadian itu, Build tetap menjadi Biu-ku, yang setiap hari datang sambil tersenyum manis, memperlihatkan lesungnya yang indah. Build tetap bersikap seakan-akan itu adalah kejadian yang biasa aku dan dia lakukan.

Aku sendiri masih terjerat rasa bersalah, bahkan ketika tanpa sadar menyentuhnya, aku langsung merasa buruk saja.

"Bible,"

"Hm," mataku bergerak menatap ke arah open end wrench dalam genggaman Build, tangannya mengguncang pelan—memintaku untuk segera meraihnya.

Aku sempat meminta tolong untuk Build mencarikan alat di box penyimpanan peralatan bengkel. Aku meraihnya sambil menggumam terima kasih. Lalu, kembali fokus pada mesin mobil.

Build berdiri, memelukku dari belakang sambil ikut menatap kegiatan tanganku. Aku sempat menoleh padanya dan mendapatkan senyuman manis seperti biasanya.

"Aku berkeringat, Build."

"Memangnya kenapa?"

Aku tidak lagi menanggapi pertanyaannya, hanya menatap pakaian yang Build kenakan. Sweater turtle neck berwarna abu-abu serta celana levis longgar panjang. "Kamu tidak kepanasan ... Berpakaian seperti itu."

"Hm? Tidak, biasa saja."

Semua kalimatku menghilang, aku terbungkam di dekat Build. Tanda bercintaku pasti masih membekas di seluruh tubuhnya, 'kan? Build pasti bersusah payah menyembunyikan itu.

"Kamu bisa menggunakan kaus milikku."

"Boleh kah?"

"Tentu saja," Aku melangkah mundur, membuat tubuh Build otomatis ikut mundur, dia melepaskan pelukannya dan mengikutiku berjalan masuk ke dalam rumah.

Selagi tidak di rumahnya, Build bisa membiarkan bekas ciuman itu terlihat. Aku tahu jika Om Ghazam dan Tante Kiena belum kembali, tetapi Build mungkin menyembunyikannya dari Mbok In.

Aku membuka lemari, meraih satu kaus yang tergantung rapi berwarna putih. Menatap Build yang berdiri tidak jauh dari meja hias di kamarku. "Open your sweater."

Build tidak melakukannya, tangan hanya bermain di ujung sweater yang dia pakai. "Aku bisa berganti di kamar mandi."

"No, di sini. Aku akan mengoles salep untuk membuat ruam merahnya menghilang." Aku sempat membeli di apotek, tapi tidak berani memberikannya pada Build. Mungkin mengolesnya secara langsung adalah pilihan terbaik.

Aku tahu jika Build pasti malu melakukanya. Namun, Build tetap membuka sweater yang di pakainya dengan gerakan lambat, kepalanya berpaling ke arah lain. Aku berjalan mendekatinya, menuntunnya untuk duduk di tepi ranjang. Sebelum mengobati Build, aku mencari paper bag berisi obat-obatan yang kubeli beberapa hari lalu.

"Mendekat," ucapku ketika melihat Build tiba-tiba berpindah duduk setelah aku mendaratkan pantat di dekatnya.

Aku mulai mengolesi seluruh tubuhnya, bahkan kulihat ada sebuah ruam yang membiru pada bagian niple sebelah kirinya. Oh astaga, sekasar apa sih aku melakukannya.

Selama pengobatan itu, aku dan Build tidak ada yang membuka suara. Aku bahkan tidak menatap Build karena terlalu fokus pada ruam-ruam di tubuhnya. Begitu selesai, kubantu Build untuk memakai kaus putih milikku.

Hilang Naluri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang