Kabar perjodohan

5.1K 215 4
                                    

Assalamualaikum...

"Waalaikumsalam." Ucap Kiyai Husein dan umi Maryam secara bersamaan.

Kiyai Husein menggelengkan kepalanya. "Darimana saja Afnan?"

"Tadi Afnan nolongin orang kecelakaan dulu Abiii." Jawab Afnan dengan perasaan yang tidak enak menyadari dirinya terlambat empat jam. Acaranya pun sudah selesai terlihat hanya tersisa beberapa orang saja saat ini.

"Mohon maaf pak kiyai tadi ada perempuan kecelakaan kasihan dia sendirian. Akhirnya mas Afnan dan saya nungguin dulu sampai perempuan itu mendapat pertolongan. Tadi mas Afnan juga mendonorkan darahnya untuk perempuan itu pak kiyai." Sahut pak Tino.

Maryam yang sangat bangga dengan putranya itu hanya tersenyum. Mendengar penuturan pak Tino. Kyai Husein pun mengurungkan niatnya untuk memberi hukuman kepada Afnan.

"Subhanallah, yasudah ayo masuk." Ajak kiyai Husein.

"Asalamualaikum." Afnan mengucapkan salam untuk kedua kali saat melangkahkan kaki memasuki rumah sahabat kecilnya, Nabila.

Tentu saja kedatangannya di sambut baik oleh keluarga Nabila.

Bahkan saat ini Nabila dan Afnan sedang berada di teras depan untuk berbincang-bincang melepas rindu karna sudah empat tahun lebih mereka tidak bertemu. Afnan yang memutuskan kuliah di Arab sementara Nabila yang memutuskan untuk kuliah di Malaysia membuat keduanya tidak pernah bertemu.

Nabila sedikit membenarkan hijabnya. "Emmm... Afnannn? kamu denger kan tadi mereka mau jodohin kita?"

"Hemm? lalu?" Ucap Afnan yang masih setia menundukkan pandangannya.

"Kamu ga keberatan dengan perjodohan itu?" Tanya Nabila dengan hati-hati.

"Tidak, untuk apa keberatan? Toh saya juga sudah mengenal kamu. Saya percaya orang tua saya tidak mungkin menjerumuskan anaknya ke hal yang buruk, jadi pilihan mereka pasti yang terbaik buat saya." Terang Afnan.

"MasyaAllah." Nabila mengulas sebuah senyuman manis. "Tapi Afnan, aku belum bersedia jika mereka memintaku untuk menikah dalam waktu dekat. Jujur aku...."

Seakan paham dengan perasaan Nabila, Afnan pun menganggukan kepalanya. "Saya ngerti, tidak perlu terburu-buru. Kapan pun kamu siap saya akan menunggu itu."

"Tapi kalo kita tidak berjodoh bagimana Afnan?" Khawatir Nabila.

"Jodoh sudah ada di tangan Allah, Nabila. Saya memang tidak menolak perjodohan ini karna saya tau kamu perempuan yang baik. Entah nantinya kamu berjodoh dengan saya atau tidak biarlah itu menjadi urusan Allah." Terang Afnan.

Nabila sangat mengagumi pemikiran Afnan yang dewasa, sikapnya yang tenang, ekonomi yang sempurna, sungguh Afnan benar-benar suami idaman.

"Maaf Afnan, ada nama laki-laki lain yang sudah tertulis didalam hatiku, bahkan menunda pernikahan adalah alasanku untuk menunggunya sampai dia siap datang menemui abi dan umi." Batin Nabila.

"Wahh kalian disini ternyata. Gak baik loh berduaan sama yang bukan mahram nya." Ucap Habibah, adik Afnan.

Nabila dan Afnan pun hanya tertawa. Tak berselang lama kiyai Husein beserta keluarga berpamitan karna hari sudah semakin larut.

Sesampainya di pesantren, Pak Tino yang hendak turun dari mobil teringat akan sesuatu hal. "Mas Afnan, itu kan koper dan tas milik gadis tadi?"

Afnan menoleh ke arah belakang. "Aduhh, saya lupa lagi. Besok saja saya kembalikan kerumah sakit tolong bantu saya bawa ini ke dalam pak."

"Itu apa nak?" Tanya Mariam melihat putranya yang membawa koper dan tas slempang perempuan.

"Ini punya temen ketinggalan. Afnan masuk ke kamar dulu ya umi?"

"Iya nak, istirahat kamu pasti lelah."

•••

Disisi lain seorang gadis terbangun dari komanya. Netra nya menangkap ruangan serba putih dengan alat-alat yang menempel pada tubuhnya.

"Shhh.... aduh pusing banget."

Ingatannya kembali pada kejadian siang tadi dimana dirinya terpental jauh tinggi hingga tubuhnya terhantam trotoar. Saat menyadari dimana ia sekarang tanpa terasa sebuah air mata sudah membasahi pipinya.

"Hallooo, kamu sudah sadar?"

Safira mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara tersebut.

"Apa yang kamu rasakan?" Tanya seseorang wanita berhijab dengan pakaian kemeja biru muda yang dibalut jas putih.

Wanita cantik itu tersenyum ramah. "Perkenalkan nama saya Anjani. Saya salah satu dokter spesialis disini."

Bukannya menjawab, Safira memilih diam pandangannya menatap ke arah luar jendela. "Kenapa ada yang nolongin aku? harusnya biarin aja aku mati." Lirinya.

Senyum di bibir Anjani tidak memudar. "Astagfirullahalazim ga boleh ngomong kayak gitu, artinya Allah masih memberikan kesempatan untuk kamu dan alangkah baiknya jika kesempatan itu kamu pergunakan dengan baik, saling membantu dan menebar kebaikan."

"Kesempatan? kesempatan seperti apa? Tuhan ngambil semua kebahagiaan ku itu yang namanya kesempatan? itu yang namanya Tuhan masih sayang sama aku?" Safira terisak. "Aku udah ga punya siapa-siapa dok, aku gatau harus pulang kemana, duniaku udah hancur." Sambungnya.

"Nama kamu siapa?" Tanya Anjani mengalihkan topik dengan harapan tangis Safira reda.

"Safira."

"Nama yang cantik... perkenalkan saya Anjani. Oh iya kamu bilang tadi kamu ga punya siapa-siapa? mulai hari ini, kamu tinggal dengan saya dan menganggap saya sebagai kakak kamu." Ucap Anjani dengan penuh semangat padahal kalau di pikir-pikir mereka belum kenal cukup lama tapi Anjani yakin bahwa gadis yang terbaring di hadapan nya ini adalah gadis yang baik.

"Gimana Safira? Apa kamu setuju?" Sambung Anjani dengan tatapan penuh harap.

Anjani yang tidak mendapat balasan apapun dari Safira lagi-lagi hanya bisa menampilkan sebuah senyuman.

"Safira, kamu ga perlu takut atau sungkan. Saya juga hidup sebatang kara, dulu saya tinggal dengan kedua orang tua saya dan satu adik perempuan. Tapi Allah lebih sayang dengan mereka."

Safira mengangkat sudut bibirnya. "Maaf bukannya aku gamau, tapi takut merepotkan dokter."

"Tidak merepotkan sama sekali Safira."

Dikarenakan besok Safira sudah boleh pulang, dan kebetulan malam ini Anjani sift malam jadi kemungkinan besok pagi Anjani akan mengajak Safira untuk pulang bersama.

•••


Hallo readers!!! Jangan lupa masukin ceritanya ke perpus kalian ya. vote & komen juga !!!

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang