Kotor dan Hina

4.7K 179 1
                                    

Keesokan paginya Safira sudah terlihat rapi menggunakan daster pink panjang bermotif boneka beruang.

Safira meninggalkan kamarnya untuk mencari keberadaan Anjani yang sudah menghilang dari tempat tidurnya.

"Safira" Panggil Anjani.

"Mbak Anjani! aku udah siap mau ikut mbak sama bi Narti ke pasar."

Anjani sangat senang melihat senyuman yang terukir di bibir adik angkatnya. yaa, Safira.

"Bentar ya? mbak ganti baju dulu. Mau pake kaos sama celana training biar gampang geraknya." Setelah mendapati anggukan dari Safira, Anjani segera memasuki kamarnya.

Selesai bersiap-siap, Anjani, Safira dan bi Narti segera keluar rumah tak lupa menyapa dan berpamitan kepada dua satpam di depan rumah Anjani.

"Pak nanti kalo ada yang nyari saya, tolong bilangin ya saya lagi keluar sebentar. Oh iya nanti kalo pak Tarno sudah pulang minta tolong sampaikan pot besar di taman belakang pecah belum dibenahi." Pesan Anjani kepada dua satpamnya. Sejak keluarganya pergi Anjani tinggal bersama dua orang satpam pak Edo dan pak Yanto, pak Jarwo tukang kebun, Bi Narti dan juga pak Tarno supirnya sekaligus suami dari bi Narti.

Sesampainya dipasar mereka belanja dengan asiknya. Membeli beragam jenis sayur dan buah-buahan yang sebenarnya tidak perlu dibeli pun ikut masuk ke dalam tas kresek belanjaannya. Hingga waktu menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. Di rasa cukup lelah berdiri mereka memilih meninggalkan pasar tradisional tersebut takut makin kalap.

Namun, di pertengahan jalan mereka di hadang oleh seorang laki-laki yang terlihat menggunakan seragam sekolah acak-acakan.

Betapa terkejutnya Safira kala laki-laki tersebut melepas helm yang dikenakannya.

Reflek Safira menjatuhkan belanjaan yang ia bawa. "Reyhan?"

"Hallo manis, kita bertemu lagi."

Anjani yang melihat Safira ketakutan pun berusaha melindunginya. "Siapa kamu?!"

Reyhan hanya menampilkan senyuman mengejek. "Minggir, dia punya gue!"

"Atas dasar apa anda mengeklaim bahwa Safira adalah milik anda?" Anjani sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Gausah banyak bacot, urusan gua cuman sama jalang itu."

"Jelas ada, saya kakak dari wanita yang sudah anda rendahkan dengan menyebut dia jalang."

Reyhan tersenyum sinis. "Gua ngerendahin dia? Tanpa gua rendahin juga dia udah rendah."

"Jaga bicara kamu! Kamu pakai seragam sekolah tapi cara bicara kamu seperti—"

Bughhh

Belum sempat menyelesaikan pembicaraan nya, tubuh Anjani terhempas ke jalanan. Safira yang menyaksikan Anjani mendapatkan perlakukan kasar dari Reyhan pun tersulut emosi. Saat dirinya hendak menolong Anjani tangannya ditarik terlebih dahulu oleh Reyhan.

"Ikut gua!"

"Engga! lepasin Rey!"

"Ga akan."

"Rey aku gamau! lepasin." Tangis Safira pecah.

Bi Narti yang sedang mencoba menyadarkan Anjani terkejut ketika mendapati Safira berusaha di bawa pergi oleh Reyhan.

"Tolong tolong, tolong ada copeeet." Teriak bi Narti sambil berlari menghampiri sekerumunan tukang ojek.

Reyhan yang terkejut ketika melihat segerombolan orang menghampiri mereka, dirinya segera mendorong Safira dan melajukan motornya dengan kencang.

"Bu, ibu gapapa?" Tanya seorang perempuan yang mendengar teriakan bi Narti.

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang