Kesempatan Untuk Hidup

4.7K 198 3
                                    

Safira melirik jam dinding dikamarnya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Ia terus memikirkan cara agar bisa keluar dari rumah sakit sebelum dokter Anjani datang. Bukannya bermaksud untuk menolak kebaikan dokter Anjani tapi Safira merasa dirinya hanyalah orang asing yang akan merepotkan.

"Duhh, mau kabur aja kok susah ya? padahal di film-film infusnya di tarik gitu langsung lepas." Cicit Safira.

"Selamat pagi, saya mau ngecek infusnya dulu ya." Ucap seorang suster dengan ramah.

"Mbak ini kan infusnya sudah habis, berhubung pagi ini mbak sudah diperbolehkan pulang jadi infus nya saya lepas sekarang ya? sambil menunggu pagi nanti, mbak bisa istirahat terlebih dahulu." Ucap suster tersebut sembari melepas infus ditangan Safira.

Safira mengulas sebuah senyuman. "Baik sus." Didalam hatinya sudah berlonjak kegirangan.

Setelah melihat suster itu pergi Safira segera merapikan dirinya. Dan bergegas meninggalkan rumah sakit.

"hufttt, untung ga ketahuan." Ucapnya lega.

Disisi lain, Anjani bertugas berkeliling mengecek seluruh kondisi pasien betapa terkejutnya ketika ia membuka kamar Safira. "Kenapa kosong?" saat dirinya mengecek kamar mandi pun tidak menemukan siapapun disana.

Tak menunggu waktu lama Anjani berlari menuju ruangan cctv untuk melihat kemana Safira pergi. Ternyata benar, gadis itu melarikan diri. Raut khawatir terlukis di wajah Anjani.

Matahari sangat terik, saat ini Safira sudah berada di sebuah rumah sederhana milik sahabatnya, putri.

Tok tok tok...

"Permisi, putriii"

"Puttt, putrii"

"Permisii" Teriak Safira sekali lagi, namun tidak ada sahutan. Namun tiba-tiba saja pintu rumah Putri terbuka.

Safira terkejut, pasalnya bukan Putri yang membukakan pintu melainkan Difa.

"Lo ngapain disini?"

"Aku mau ketemu Putri."

"Ngapain? Biar gue tebak. Lo pasti mau numpang disini kan?" Sinis Difa.

"Iya dif, tolong panggilin putri ya? Aku mau nginep disini sementara."

Bukannya menjawab Difa justru mendorong Safira. "Heh jalang, lo gausah sok melas dehhh. Minta aja sana sama pelanggan lo." Difa menutup pintu rumah Putri dengan kencang meninggalkan Safira yang masih mematung.

•••

Hari sudah semakin larut, sejak pergi dari rumah sakit Safira hanya lontang lantung tidak jelas dijalanan. Dirinya bingung harus kemana lagi.

Safira mendudukan dirinya di pinggir trotoar, matanya terus menatap jalanan dengan tatapan kosong.

"Hai cewek, sendirian aja." Ucap seseorang yang tentu saja Safira sangat kenal dengan suaranya.

"Ngapain kamu disini Rey?! Kamu jahat aku benci sama kamu."

Reyhan mengelus lembut pipi Safira namun tangannya di tepis secepat mungkin oleh Safira.

"Gausah pegang-pegang."

Reyhan tertawa kecil. "Udahlah, kamu ikut aku aja asalkan-"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya Safira segera mendorong tubuh Reyhan dan berlari secepat mungkin.

Jantung Safira berdebar kencang sungguh dirinya sangat takut saat ini apalagi melihat Reyhan yang masih terus saja mengejar nya.

Setelah cukup lelah berlari, Safira di kejutkan sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti menghadangnya.

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang