Malaikat kecil

4.9K 193 3
                                    

Ratih membalas pelukan Safira tak kalah hangatnya "Mbak makasih yaa udah ngasih aku kesempatan untuk bekerja dan tinggal disini."

"Sama-sama Ratih, aku juga makasih banyak karna kamu udah mau bantuin aku. Sukses terus untuk usaha kamu yaaa?" Jawab Safira dengan senyum yang terus melekat pada bibirnya.

Saat Safira hendak pergi, Ratih menahan tangannya. "Mbak, apa boleh aku minta satu hal ke mbak Fira?"

Safira mengernyitkan dahinya penasaran. "Apa Ratih?"

"Mbak, sebetulnya alasan aku keluar dari sekolah bukan karena aku tidak punya biaya. Melainkan karna aku-" Ratih menghentikan ucapannya.

"Karna aku hamil di luar nikah mbak. Selama ini aku tinggal dengan nenek dan om ku, tapi laki-laki bejat itu justru meniduri keponakannya sendiri dan ikut menyalahkan aku sampai aku di fitnah hamil dengan kekasihku padahal dia adalah laki-laki yang baik. Saat aku tau kalo aku hamil rasanya berat banget mbak pernah terlintas untuk menggugurkan kandungan ku. Tapi aku sadar kalau dia tidak tau apa-apa." Dengan penuh keraguan akhirnya Ratih berhasil menyelesaikan ceritanya.

Reflek Safira memeluk tubuh Ratih dengan air mata yang mengalir di pipinya. Safira sangat paham bagaimana perasaan dan posisi Ratih saat ini.

Ratih perlahan melepaskan pelukannya. "Mbak, karna keterbatasan umur dan ekonomi, aku menitipkan anak itu di panti asuhan. Aku ingin minta satu hal, apa boleh mbak dan suami merawat dan mengasuh anak ku dengan penuh cinta? Seidaknya aku tau kalau dia ada di tangan orang yang tepat. Aku janji sama mbak tidak akan pernah mengganggu atau mengusik kehidupan dia." Sambung Ratih dengan tatapan penuh harap.

Safira menganggukkan kepala sambil mengusap bahu Ratih.

Ia melemparkan tatapan pada Afnan meminta ijin. Paham dengan tatapan istrinya, Afnan tersenyum. "Ayo kita jemput anak itu. Saya dan istri saya berjanji akan merawatnya dengan baik seperti anak kami sendiri."

"Terimakasih mbak, mas." Jawab Ratih dengan senyuman yang lebar.

Sesampainya di panti asuhan, Ratih segera menemui ibu panti lalu menanyakan keberadaan anaknya. Afnan dan Safira pun mengikuti prosedur mengadopsi seorang anak. Saat sudah selesai ibu panti mengantar Afnan dan Safira bertemu dengan bayi Ratih. Ratih? Ratih sudah lebih dulu menemui anaknya.

"Nak, maafkan ibu ya? Bukannya ibu benci kamu, tapi jujur sangat berat buat ibu jika ibu harus merawat kamu. Karna ketika melihat kamu rasanya ibu kembali teringat dengan kejadian ibu. Ibu benci dengan perasaan ini nak. Tapi satu hal yang harus kamu tau, ibu sangat-sangat mencintai kamu." Batin Ratih

Safira sedikit terenyuh ketika melihat Ratih menggendong bayi kecil itu. "Eh mbak, sudah selesai?" Tanya Ratih saat menyadari Safira berada di sampingnya

"Sudah Ratih, wahh cantik sekali dia. Siapa namanya?" Balas Safira sambil menoel pipi bayi di gendongan Ratih.

Ratih tersenyum, "Namanya Alya Shaqueena Qailla." Ucapnya sambil mencium pipi Alya.

"Nak, kamu harus jadi anak yang baik, sholehah dan penyayang yaa" Di akhir kalimat Ratih memberikan bayi itu pada Safira.

Dengan hati-hati Safira menerima bayi mungil itu dari tangan Ratih. "Halo malaikat kecil." Bisik Safira di telinga Ayla.

"Mbak mas, terimakasih yaa. Aku percaya kalian bisa merawat dia dengan baik. Aku titip Alya." Ucap Ratih sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

Safira menggenggam tangan Ratih. "Iya Ratih kita juga terimakasih karna kamu udah ngasih kepercayaan ini ke kita. Dan satu lagi, kamu jangan khawatir yaaa? Kamu boleh kok bertemu dengan Ayla kapan pun yang kamu mau."

"Terimakasih mbak." Balas Ratih dengan senang.

"Oh iya ini kamu ga sekalian bareng dengan kita?" Tawar Safira.

Ratih tersenyum. "Engga usah mbak, aku juga mau berkunjung ke rumah nenek sebentar"

"Ya sudah kita permisi dulu. Mari Ratih, mari bu. Assalamu'alaikum" Pamit Afnan dan Safira bersamaan.

"Wa'alaikumsalam"

Afnan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mengingat bahwa kali ini ada seorang malaikat kecil yang ikut bersama mereka.

"Mas, jujur aku gugup sebelumnya aku belum pernah mengasuh bayi. Pernah sih aku punya adik kecil tapi ini kan notabene nya anak aku. Aku takut kalau aku belum bisa jadi ibu yang baik buat Alya." Khawatir Safira.

"Gapapa sayang, nanti kita urus bersama ya?" Jawab Afnan sambil mengelus kepala Safira.

"Istri mas makin cantik deh gendong anak kayak gini" Sambung Afnan membuat Safira ingin mencubit perut suaminya saat ini.

"Mas fokus nyetir aja sana gausah jadi tukang gombal!" Jawab Safira dengan ketus.

Afnan hanya tertawa sambil memperhatikan istrinya yang terlihat bahagia. "Anak umma cantik banget sihh, mancung, putih" Puji Safira.

"Jangan lupa pakai MasyaAllah umma sayanggg" Koreksi Afnan.

Safira tersenyum. "MasyaAllah, anak umma cantik sekaliii." Ucap Safira mengulangi pujian pada Alya.

"hooo? apa sayang? ooow? Cantiknya umma mau ngomong apa iniii?" Tanya Safira sambil terus memandangi Alya dengan ocehan yang keluar dari mulutnya.

Entah bagaimana Afnan mendeskripsikan perasaannya sekarang. Yang jelas ia sangat-sangat bahagia berhasil membawa dua orang bidadari kembali ke rumahnya.

Mulai saat ini Afnan berjanji pada dirinya sendiri akan mengusahakan untuk menjaga, membimbing, memuliakan serta melindungi istri dan anaknya.

•••

Sedikit dulu ya hahahaha, besok malem aku update lagi.

jangan lupa pencet bintang dipojok kiri bawah.

see you next chapter!!!

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang