Humairah ku

4.6K 190 4
                                    

"Assalamu'alaikum"

"Assalamu'alaikum, permisi"

Tidak mempedulikan jam, Difa terus mengetuk pintu ndalem dengan kencang.

"Assalamu'alaikum pak kiyai, umi Maryam."

"Permisi Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum." Teriak Difa hingga membuat beberapa ustadz dan ustadzah menghampirinya.

"Difa, kamu ini masih hitungan santri baru jangan buat onar" Tegur ustadzah Nadya.

"Afwan ustadzah, ini ada yang lebih penting menyangkut nyawa seseorang!"

"Astagfirullahalazim" Ucap semua bersamaan.

"Nyawa siapa Difa?" Tanya ustadzah Nadya.

"Udah ustadzah yang penting ini gimana cara ngebangunin pak kiyai." Teriak Difa.

Sebetulnya Kiyai Husein dan Maryam belum tidur mereka sedang mengaji bersama. Setelah mendengar keributan Kiyai Husein keluar sambil kebingungan karna di depan ndalem sudah di penuhi banyak orang.

"Ada apa ini kok ramai sekali?" Tanya Maryam

"Gus Afnan! Gus Afnan adaa?" Panik Difa.

"Afnan tidak ada, ada keperluan apa nak sampai mencari Afnan?" Tanya kiyai Husein penasaran

"Ini pak kiyai, Safira—"

"Ada apa? Safira? Kamu tau dimana dia?" Potong Maryam

"I—Iya saya tau. Safira ada di Malang pak kiyai, umi. Sekarang Safira sedang sakit badannya demam sudah hampir tiga hari."

"Nak Difa silahkan masuk dulu. Untuk para ustadzah dan ustadz silahkan melanjutkan istirahat nya maaf jika kegaduhan ini mengganggu waktu istirahat kalian." Ucap kiyai Husein dengan lembut.

"Kalau begitu kami permisi pak kiyai. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" Balas kiyai Husein dengan lembut.

Maryam segera menelfon Afnan dan memberi tahu sesuai dengan yang diceritakan oleh Difa. Tak menunggu waktu lama Afnan kembali pada toko bunga tadi pagi yang ia kunjungi. Ternyata firasatnya benar bahwa toko itu sebenarnya milik Safira.

Setelah beberapa kali Afnan menekan tombol, Ratih keluar dari pintu samping toko.
"Eh ini mas yang tadi ya? Ada apa mas? Ada yang ketinggalan atau bagaimana?" Tanya Ratih dengan sangat ramah.

"Safira nya, ada?" Tanya Afnan to the point
Ratih sedikit terkejut pasalnya darimana laki-laki ini mengenal Safira? Bukannya menjawab Ratih hanya terdiam.

"Mbak, Safira ada? Saya suaminya" Merasa tidak ada jawaban, Afnan mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

"Suami? Jadi mas poligami? Atau selingkuh? Astaghfirullah, istighfar mas. Mbak Fira orang yang baik jangan pernah mas ngeduain mbak Fira atau ngejadiin mbak Fira selingkuhan." Jawab Ratih dengan kesal.

"Mbak, saya Afnan. Saya tidak pernah poligami atau selingkuh dengan siapapun. Safira itu istri sah saya. Tolong, saya ingin bertemu dengan dia mbak. Dia lagi sakit." Tegas Afnan.

Ratih mengangguk paham meskipun dirinya sedikit bingung lagi pula ini bukan saat yang tepat meminta penjelasan karna Safira lebih membutuhkan pertolongan saat ini. "Yasudah mas silahkan masuk."

Ratih mengantar Afnan ke kamar Safira. Sesampainya disana, pandangan Afnan fokus pada seorang perempuan yang teramat sangat ia rindukan. Tangannya terulur memegang dahi Safira.

"Panas sekali"

"Iya mas, sudah tiga hari ini setiap malam mbak selalu demam."

"Kita bawa ke rumah sakit sekarang."

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang