Takdir Terbaik

4.2K 197 2
                                    

Saat ini, Anjani duduk tepat di samping Safira sembari membenarkan hijab yang Safira kenakan. Setelah dirasa cukup rapi, Anjani memposisikan tubuhnya di belakang Safira.

"Nak Safira, nanti ikuti kata-kata saya ya?" Perintah kyai Husein.

Safira tersenyum manis sambil menganggukan kepalanya. "Baik pak kyai"

"Mulai hari ini aku memutuskan untuk memilih jalan hidupku. Biarlah keputusan ku hari ini menjadi takdir terbaik di dalam hidupku. Tuntun aku ya Allah untuk menuju ke surga Mu. Bimbing aku untuk selalu menyenangkan hati Mu." Batin Safira.

"Bissmillah." Ucap kyai Husein

"Asyhadu an laa ilaha illallah"

"Asyhadu an laa ilaha illallah"

"Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah."

"Wa asyhadu anna muhammadar rasulullah." Butiran air mata berhasil meluncur di pipi mulus Safira

Safira menetralkan nafasnya, entah mengapa jantungnya berdebar setelah selesai mengucapkan kalimat syahadat.

Tak hanya Anjani dan beberapa santri sepertinya gus Afnan pun ikut serta memerhatikan Safira. "Alhamdulillah" Ucap semua bersamaan.

Satu persatu dari mereka meninggalkan mushola pesantren untuk melanjutkan aktifitas mereka kembali.

"Terimakasih banyak pak kyai" Ucap Anjani.

"Sama-sama, senang bisa membantu. Nak Safira, untuk kedepannya kamu harus bisa menjadi panutan untuk semua orang, menjadi wanita yang soleha serta taat kepada Allah."

"Aamiin, terimakasih pak kyai."

"Saya permisi dulu ya, Assalamu'alaikum" Pamit kyai Husein.

"Waalaikumsalam" Ucap Gus Afnan, Anjani serta Safira bersamaan.

"Makasih nan udah mau bantuin aku."

Gus Afnan tersenyum manis dengan kepala yang masih tertunduk. "Itu sudah kewajiban saya untuk saling membantu."

"Kalo gitu kita pamit dulu, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam"

Sepulangnya dari pesantren Anjani bergegas kembali ke rumah sakit sementara Safira lebih memilih untuk mengurung diri di kamar sambil membuka aplikasi instagram. Ia berhenti menggulir layar ponselnya ketika menemukan sebuah postingan mengenai kajian.

"Sabtu? dua puluh tiga februari? jam tujuh? malem ini dong? Gus Afnan? Judul kajian, Masa lalu kelam?" monolog nya.

Safira bergegas keluar dari kamarnya. "Biiii, Bi Narti"

"Iya non, ada apa toh kok buru-buru gitu?"

"Ituuu, bibi punya kerudung ngga? sama baju gamis?"

"Bibi mah punya banyak nonnn"

"Nahh, pilihin yang paling cocok buat Fira dong biii" Ucap nya memelas.

Bi Narti tertawa kencang. "Waduh non ini gimana toh, ya bibi memang punya banyak tapi emangnya non mau keliatan kayak mbok mbok? kan baju gamis anak muda sekarang banyak modelnya non"

"Yahhh" Safira mengerucutkan bibirnya. Pasalnya ia belum membeli baju-baju muslim untuk pergi ke acara seperti itu.

"Coba pinjam punya neng Anjani non, pasti punya banyak."

"Aduhh, kalo nunggu mbak Anjani ngga keburu biiii"

"Emang mau buat apa toh non?"

"Mmm.... Fira mau dateng ke kajian biii."

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang