Pesantren?

4.1K 186 0
                                    

Safira terbangun kala sinar matahari mulai menembus jendela kamarnya. Matanya melirik jam beker yang bertengger disamping tempat tidurnya. "ASTAGHFIRULLAHAL'ADZIM." Ia segera berlari keluar kamar untuk mencari keberadaan Anjani.

"Mbak Anjani maaf aku bangunnya kesiangan jadinya belum sholat subuh." Ucap Safira dengan perasaan bersalah.

Anjani menggelengkan kepalanya. "Minta maaf sama Allah sayang bukan sama mbak."

"Ya Allah maafin Fira, tolong kasih Fira dispensasi di hari pertama Fira login."

Anjani yang melihat kelakuan adik angkat nya ini hanya bisa menggelengkan kepala sambil menahan tawanya. "Nah ini salah satu alasan kenapa mbak mau masukin kamu ke pesantren Safira."

"Pesantren?"

Anjani mengangguk kecil. "Safira, Apa kamu bersungguh-sungguh ingin mengenal islam lebih jauh?"

"Iya mbak, Aku mauu"

"Kalau begitu mbak menyarankan kamu untuk masuk pesantren. Apa kamu bersedia?"

Safira hanya terdiam.

"Tujuan mbak baik sayang, supaya kamu lebih disiplin. belum lagi ilmu mbak ga cukup tinggi kalau harus menjawab semua pertanyaan-pertanyaan kamu." Anjani tertawa puas melihat ekspresi sedih yang Safira tunjukan. Pasalnya sepulang dari kajian kemarin malam Safira semakin aktif bertanya banyak hal kepada Anjani bahkan Anjani sangat antusias menjawab semua pertanyaan yang Safira lontarkan. Anjani juga tidak segan-segan mengenalkan islam lebih jauh lagi kepada Safira namun Anjani takut salah merangkai kata ketika menjelaskan kepada adik angkatnya ini.

"Mbak Anjani mahhh." Gumam Safira sambil menundukkan kepala nya.

Anjani semakin terbahak-bahak. Dirinya menyeka air matanya yang keluar setelah menertawakan ekspresi Safira. "Mbak serius Safira. Kalau kamu bersedia, mbak akan membawa kamu ke pesantren sekarang juga. Ini semua demi kebaikan kamu."

"Aku pikirin dulu ya mbak?"

"Iya, Sekarang kamu sarapan dulu gih. Mbak tunggu jawabannya yaaa."

Safira menghela nafas berat. "Emmm okey. Fira mau mbak"

"Beneran?"

"beneran mbakk"

"Yaudah, ayo siap siap kamu pake baju punya mbak dulu aja udah mbak siapin di meja depan kamar mbak. Nanti sebelum berangkat kita beli baju dulu ya?"

"Okay mbak Anjani"

Anjani segera mengirimkan sebuah pesan kepada Gus Afnan jika akan berkunjung ke pesantren milik keluarganya.

Disisi lain Gus Afnan yang baru selesai mengajar mengernyitkan dahinya ketika mendapati pesan dari Anjani.

"Assalamu'alaikum"

"Loh, Bila?" Jawab Afnan terkejut ketika melihat Nabila berada di sebelah nya.

"Salamnya di jawab dulu Afnan"

"Eh maaf, Waalaikumsalam. Kamu ngapain disini?"

"Iya tadi aku habis dari ruangan abi nganterin bukunya ketinggalan. Oh iya ini sekalian aku bawain kamu makanan"

"Wihh, makasih biill. Kangen masakan kamu"

"Kamu beresin dulu. Biar aku siapin makanannya." Ucap Nabila begitu telatennya membuka satu persatu rantang yang ia bawa.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit akhirnya Nabila selesai juga. "Afnan sini dulu, kamu harus isi tenaga"

Gus Afnan tersenyum manis. "Makasih ya bil, belum jadi istri aja udah seperhatian ini. Jadi ga sabar deh."

Nabila hanya tersipu malu. Apalagi ketika Gus Afnan memberi pujian terhadap masakannya. Memang dari kecil Nabila bercita-cita untuk menjadi seorang chef dan bersekolah tata boga namun ketika ia beranjak dewasa semuanya berubah menurutnya memasak bisa dijadikan hobi jadi ngga perlu sekolah mahal-mahal karena masakan yang ia buat juga sudah cukup enak.

"Udah selesai ya? ini minumnya." Ucap Nabila sambil menyodorkan sebuah minuman kepada Gus Afnan.

"Makasih bil"

"Sama-sama, yaudah aku beresin dulu ya? kamu bisa lanjut kerja."

"Ehh bil, hari ini saya mau pulang lebih awal karena ada teman saya yang mau berkunjung ke pesantren."

"Siapa?" Selidik Nabila.

Afnan tersenyum hangat. "Anjani"

"Oooh, iyaa."

Afnan segera membereskan buku-buku yang berserakan di mejanya. Dikarenakan hari ini dia hanya mengisi kelas pada jam pertama ia memilih untuk izin pulang lebih awal lagi pula Anjani merupakan salah satu donatur terbesar di pesantren milik kyai Husein ditambah Anjani tidak memberikan penjelasan tujuannya berkunjung ke pesantren membuat Afnan penasaran.

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas siang. "Mbak Anjani, Fira ambil ini aja ya?"

"Masa cuman dua pasang sih? Ambil lagiii baju kamu sebelumnya kan pada terbuka semuaa"

"Kalo kaos lengan panjang aku punya banyak mbak, jadi aku beli rok aja ya?"

"Yaudah biar mbak bantu pilihin aja"

Satu jam mereka habiskan untuk membeli perlengkapan Safira selama di pesantren.

Anjani memarkirkan mobilnya pada halaman pesantren. Kedatangan Anjani disambut hangat oleh kyai Husein.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, silahkan masuk." Ucap kyai Husein dengan ramah. Beliau memanggil Nyai Maryam untuk membuatkan minuman.

"Ada keperluan apa wahai anak ku?"

"Jadi begini pak kyai, saya ingin mendaftarkan Safira untuk menimba ilmu disini. Apakah kyai Husein mau menerima adik saya ini?"

"Alhamdulillah.... tentu saja nak, dengan senang hati"

"Alhamdulillah."

•••

"Pak kyai, umi Maryam, Afnan saya pamit ya terimakasih atas jamuan makan malamnya"

"Santai saja nak, umi justru malah senang"

Anjani mengusap lengan Nyai Maryam "terimakasih sekali lagi umi. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" Jawab mereka bersamaan.

"MBAK ANJANI!!!!" Teriak Safira sambil berlari menghampiri Anjani

Anjani berbalik. "Iya sayang? ada apa?"

Safira hanya menatap Anjani dengan mata yang berkaca-kaca. "Mbak, aku mau ngucapin makasih banyak sama mbak. makasih atas perhatian, kasih sayang, semuaaa yang mbak Anjani kasih ke aku. aku ngga tau kelanjutan hidup aku seperti apa kalo waktu itu aku ga ketemu sama mbak. Maafin aku yang selalu ngerepotin mbak Anjani."

"Udah jangan sedih ah, nanti mbak bakalan sering² kesini buat jengukin kamu. Kalo ada kebutuhan kamu yang kurang kamu bilang sama Afnan biar nanti mbak yang anter kesini."

Safira mengangguk pelan sembari mengeratkan pelukannya pada Anjani.

"Nak Safira ayo masuk, biasanya jam segini para santri tidak boleh keluar dari asramanya kecuali ada keperluan tertentu." Ucap Nyai Maryam dengan lembut.

"Tuh dengerin, sana masuk gausah cengeng gini ih mbak ga suka." Ucap Anjani sambil mengelus pundak Safira.

"Saya permisi ya semuanya, Assalamu'alaikum" Anjani berlalu meninggalkan Safira yang masih menangis sesegukan.

Seakan memahami perasaan Safira Maryam memeluknya, "Ayo nak masuk"

Safira berjalan gontai mengikuti Maryam.

•••

Hallo semuaa, jangan lupa kasih vote yaa biar aku makin semangat update nya. Makasihh.

sehangat cinta gus afnan [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang