EPILOGUE

104 11 10
                                    

᯽ ུ ུ ֺ

Tahun demi tahun berlalu. Lyrabelle dan kawan-kawan telah menyelesaikan ajaran mereka di sekolah sihir ternama yaitu, Hogwarts.

Peperangan yang telah berlalu bagaikan debu. Tidak ada Voldemort, dunia sihir ini menjadi aman tentram tanpa satupun ancaman. Para Death Eaters ditangkap dan ditempatkan di Azkaban.

Oliver Wood berhasil menikahi Lyrabelle, acara pernikahan mereka juga berlangsung sangat baik dan sakral.

Lyrabelle kini tak perlu khawatir lagi. Ada suaminya yang akan melakukan apa saja demi kebahagiaan Lyrabelle, dan juga kelima anak-anaknya yang senantiasa menemani kehidupannya.

Di kediaman keluarga Wood, si kembar Daniel dan Nathaniel sudah ribut pagi-pagi. Mereka meributkan soal sarapan mereka yang lauk pauknya berbeda.

"Hey Nath, mengapa lauk mu berbeda denganku? Bukankah seharusnya sama, yaitu ayam goreng?" tanya Daniel, mencondongkan wajahnya kearah Nathaniel.

Nathaniel menyeringai, "It's because, Mum loves me more. So she give me sausage." kata Nathaniel, mencibir.

Nathaniel menaikan kedua alisnya. "What do you mean?! Nope, she loves me more!"

"She loves me more!"

"No, me!"

"ME!"

"Bisakah kalian berdua diam?" Seketika ucapan Kathleen memecahkan keheningan. Gadis bersurai coklat itu nampak kesal dengan kedua adik kembarnya.

Disampingnya, Marianne, mencoba menenangkan sang adik. Ia mengelus-elus punggung Kathleen. "Sudahlah Kath, mereka masih kecil." lirih Marianne, menggelengkan kepala.

Kathleen hanya menghela nafas. Masa bodoh dengan Daniel dan Nathaniel, pikirnya. "Good morning kids! How's your sleep?" tanya Wood, yang baru saja bangun dari tidurnya. Pria dengan tinggi rata-rata itu masih terlihat tampan walaupun rambutnya berantakan.

"It's good and, bukankah hari ini kau bekerja, Dad?" Marianne balik bertanya. Ia menaikan sebelah alisnya.

"Ah, hari ini aku cuti. Jadi Dad bisa menghabiskan waktu dengan kalian, isn't it?"

Keempatnya mengangguk. Sebenarnya, mereka sudah mewanti-wanti momen ini. Momen dimana Wood cuti dan bisa bermain dengan anak-anaknya. Wood akan mengajarkan mereka bermain Quidditch.

Lyrabelle akhirnya datang dan duduk disebelah Wood, mengecup pipinya. "Good morning, dear. Good morning too kids, dimana Nancy?"

Daniel dan Nathaniel terkekeh, lucu saat melihat momen mesra Ayah dan Ibu mereka. "Masih tidur, Mum." kata Kathleen buka suara.

Lyrabelle mengerutkan keningnya, "Hah? Masih tidur? Marianne, coba kau bangunkan adikmu."

Marianne mengangguk paham. Gadis itu bangkit dari duduknya, berjalan menuju lantai atas, hendak membangunkan Nancy.

Perlahan-lahan membuka pintu kamarnya, menunjukkan pemandangan kamar Nancy yang.. Aneh.

Pakaian dimana-mana, buku berserakan, tongkat yang tidak disimpan dengan baik. Marianne melemparkan bantal ke wajah Nancy.

"Nancy, bangun! Setidaknya bersihkan kamarmu! Kamu ini, bagaimana kamu ingin menikahi pria kaya kalau kamu saja tidak bisa membersihkan kamarmu sendiri?" Marianne mengomel panjang lebar. Tak henti-hentinya ia mengguncangkan tubuh Nancy.

Nancy membuka mata, menyingkirkan bantal yang menghalangi wajahnya. "Ada apa, Anne? Kenapa jadi membahas pria kaya sih.." Nancy celingukan. Matanya sayu, menandakan sang cahya masih mengantuk.

Marianne berdecak kesal. "Turunlah, Mum sudah menyiapkan sarapan."

Perintah Marianne langsung dijalankan oleh Nancy. Keduanya turun tangga, Marianne jalan duluan dan dibelakang Nancy mengikuti.

"There you go, Nance. Come, let's have a breakfast together."

᯽ ུ ུ ֺ

Siang harinya, Lyrabelle memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Tempat dimana kedua orang tuanya telah beristirahat dengan tenang.

Makam dimana kedua orang tuanya dikuburkan. Sudah hampir bertahun-tahun Lyrabelle merindukan mereka.

Disana, terlihat 2 batu nisan yang tertuliskan :

In loving memory, Walter Anderson Valentine and Marianne Valentine (neé Lee.)

1951-1998

&

1959-1998

"May God guide you to the right path. Later is the way for innocent people."

Lyrabelle jatuh terduduk. Walter dan Marianne (Ibunya) gugur dalam peperangan. "Ayah, Ibu, beristirahatlah dengan tenang di Surga. Kelak aku akan menyusul suatu saat nanti." isaknya.

Wajahnya sendu kelabu, penuh isak tangis. Wood memandang dari kejauhan, Daniel dan Nathaniel nampak kebingungan.

"Sudah hampir 1 malam ia menangis. Apa yang aku harus lakukan agar istriku tak sedih lagi, Tuhan?" batin Wood. Diam-diam pria pecinta Quidditch itu prihatin terhadap istrinya. Hampir setiap malam Lyrabelle menangis yang membuatnya terbangun.

Daniel mendongakkan wajahnya. "Dad, kenapa Mum menangis?" tanya Daniel cemas. Mata Nathaniel berkaca-kaca, ia ikut menatap Ayahnya.

Wood tersenyum simpul, mengelus surai si kembar. "Mum hanya lelah, ia hanya membutuhkan istirahat saja." bujuk Wood.

"I should call Diamonds Gang for this."

...

and yaap, that's the final chapter alias epilog. aku, pay, disini berterima kasih banget untuk kalian yang udah vote bahkan dukung ceritaku dari 0 sampai segini. suer, i'm very thankful to you guys ❤‍🩹

kalau misal kependekan, maaf ya manteman t__t ada kemungkinan aku bakal jarang banget update, dikarenakan kondisi ku yang lagi sibuuuuuuk banget. biasalah, esempe sedang mempelajari P5 ;)

tapi tenang aja! buat kalian yang stan ship verlen, gerie, harnya, dralena, nevasya, duwa dan cedrella ga perlu khawatir! aku bakal nambahin beberapa extra eps kalau memang sempat hihi, jadi disitu aku bakal nunjukin kehidupan para anggota Diamonds Gang setelah lulus 🎓

see you guys later!

@yvettemiamor a.k.a pay, dearest friend to all her friends. ♡

[✔] 𝐅𝐑𝐈𝐄𝐍𝐃𝐒𝐇𝐈𝐏 𝐈𝐒 𝐌𝐀𝐆𝐈𝐂 | 𝗼. 𝘄𝗼𝗼𝗱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang